Motivasi

Mau Apa dan akan Ke Mana?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Habil (Ibu dari dua Putra dan Kontributor Media)

Seringkali aku tertegun dan menyendiri di sudut ruanganku. Merenungi akan diri yang renta dan papa. Kadang sambil berurai air mata. Mengingat apa saja yang sudah kuperbuat untuk agamaku. Amalanku juga belum seberapa. Teringat bagaimana ketaatanku yang belum sempurna untuk suamiku. Teringat aku belum bisa menjadi teladan yang baik untuk anak-anakku. Kadang, pernah memarahi dan bernada tinggi. Memang, Aku bukan tipe orang yang bisa tertawa lepas kepada setiap orang. Kadang, suka memendam kepedihan sendiri. Namun, hal itu bisa tertepiskan juga, dikala aku sudah mengaji. Berbekal ilmu dan agama yang telah di transfer oleh gurunda.

Ilmu Islam adalah cahaya yang mampu menerangi seseorang dalam kegelapan. Dengan ilmu agama seseorang mampu membedakan antara mana yang haq dan mana yang batil. Mana perbuatan yang bisa menolong dirinya di hari akhirat dan mana perbuatan yang sia-sia dan merugikan diri baik di dunia maupun akhirat. Dengan Ilmu juga, seseorang mampu hidup lebih tabah dan kuat menjalani ganasnya ujian di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat apalagi bernegara.

Saat aku dan suamiku memutuskan untuk hijrah, meninggalkan perkara yang mubah. Apalagi perbuatan yang haram. Terutama dalam pekerjaan yang bersinggungan dengan riba. Banyak juga yang menghujat dan mencela atas keputusan ini. Menganggap apa yang kita lakukan adalah “sok-sokan”. Gimana bisa menyambung hidup jika pekerjaannya cuma jualan recehan. Berbagai komentar pun silih berganti. Namun, dengan keyakinan, bahwa Allah Swt. telah menjamin rezeki bagi setiap hamba-Nya. Yang terpenting ada usaha untuk mencari rezeki yang halal. Besar kecilnya tergantung cara manajemen antara kebutuhan dan keinginan.

Jika kita pikir-pikir secara mendalam dan cemerlang. Untuk apa sih, kita ini hidup di dunia ini. Mari coba kita renungkan. Dari setetes mani, menjadi segumpal darah lalu menjadi segumpal daging. Kemudian, berkembang dan dilahirkan. Tumbuh kembang menjadi pribadi dengan segala karakter. Aktivitas pun tidak jauh berbeda. Secara umum, hidup manusia itu adalah untuk memenuhi hajjatul ‘udhowiyahnya (untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya) meliputi makan dan minum, istirahat, mandi, serta buang hajat. Juga untuk menyalurkan naluri-nalurinya. Seperti ingin eksis, ingin mendapatkan pujian, kebutuhan biologis, mendapatkan kasih sayang, kebutuhan mendapatkan perlindungan, serta kebutuhan untuk beragama.

Nah, aktivitas kehidupan pun berkutat pada pemenuhan kebutuhan dan naluri itu. Lantas, karena naluri beragama sudah ditetapkan Allah Swt. Sudah sepantasnya dijaga, dirawat, dan diperjuangkan.

Agama Islam mengajarkan bahwa setelah kehidupan di dunia akan ada lagi kehidupan nan abadi. Akan kita lalui banyak tahapan kehidupan. Setidaknya ada 4 kehidupan.
Pertama, alam rahim atau kandungan sejak mulai setetes mani hingga 9 bulan lebih.
Kedua, alam dunia yaitu, sejak dilahirkan sampai diwafatkan. Alam dunia ini adalah tempat untuk mempersiapkan bekal menuju kampung halaman.
Ketiga, alam penantian. Dimana, ketika seseorang wafat dan dikuburkan hingga menuggu hari kiamat datang.
Keempat, alam akhirat. Tempat nan abadi menuai hasil selama hidup di dunia. Di sana ada surga dan neraka. Akan ditempatkan sesuai hasil penghitungan amalan sewaktu hidup di dunia.

Jadi, begitu panjang perjalanan dan liku kehidupan ini. Memilih hijrah adalah pilihan yang perlu diperjuangkan. Mau pilih hijrah atau berada dalam lingkaran setan adalah pilihan ditangan masing-masing. Hijrah butuh konsekuensi dalam setiap tantangan yang dilalui. Pandanglah kehidupan nan jauh abadi di sana. Jangan terlena dengan dunia fana dan melalaikan. Mari berhiijrah berjemaah.

Wallahua’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here