Oleh: Novriyani, M.Pd. (Praktisi Pendidikan)
Wacana-edukasi.com — Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencapai target pendidikan agar mampu menghasilkan lulusan yang berkompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Salah satu yang dilakukan yaitu dirombaknya kurikulum.
Seperti yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah melakukan penyesuaian kurikulum SMK dalam rangka mendukung program link and match. Ada lima aspek perubahan yang dibuat untuk memajukan pendidikan vokasi tersebut.
Pertama, mata pelajaran yang bersifat akademik dan teori akan dikontekstualisasikan menjadi vokasional. Kedua, magang atau praktik kerja industri (prakerin) minimal satu semester atau lebih. Ketiga, terdapat mata pelajaran project base learning dan ide kreatif kewirausahaan selama 3 semester. Keempat, SMK akan menyediakan mata pelajaran pilihan selama 3 semester. Terakhir, terdapat co-curricular wajib di tiap semester, misalnya membangun desa dan pengabdian masyarakat (detikNews, 9/1/2021).
Perubahan kurikulum bukanlah pertama kali terjadi. Pemerintah telah banyak melakukan revisi kebijakan dalam kurikulum yang selama ini mengalami perubahan dan pergantian. Mulai dari KBK, KTSP, hingga K-13 yang itu semua tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam hasil pembelajaran siswa dan tidak memberikan output dalam pendidikan.
Output yang dihasilkan pun hanya sekadar mencetak generasi sebagai budak industri.
Seperti yang terjadi saat ini, lulusan SMK hanya diorientasikan sebagai SDM yang memiliki ketrampilan dan keahlian untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka hanya dijadikan sebagai buruh murah guna memenuhi target pendapatan bagi negara.
Dengan dalih memberikan perubahan demi memajukkan pendidikan vokasi, generasi saat ini justru di didik menjadi SDM lulusan yang kompeten, unggul, dan sesuai dengan kebutuhan industri skala nasional maupun global. Sehingga akan melahirkan SDM produktivitas, inovasi, serta daya saing yang signifikan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan inilah yang diambil oleh pemerintah dengan mengadopsi kerangka berfikir Word Bank yakni Knowledge Based Economy (KBE) yang memandang bahwa pendidikan sebagai target dalam memajukan pertumbuhan ekonomi.
Dalam hal ini tampak jelas bahwa tujuan pendidikan bukan lagi mencetak SDM yang berkualitas dari aspek karakter dan kemanfaatannya. Konsep pendidikan karakter yang diadopsi saat ini pun hanya berorientasi untuk memenuhi kebutuhan pasar semata seperti berkomunikasi, mampu menghadapi tekanan kerja, dan bekerjasama dalam tim. Sehingga, tujuan pendidikan karakter itu sendiri hanya untuk membentuk karakter siap kerja, bukan membentuk perilaku individu dalam kehidupan.
Selain itu, lemahnya peran negara yang selalu bergantung kepada perusahaan swasta sehingga SDM yang ada hanya dijadikan budak oleh swasta dan negara memperoleh keuntungan dan manfaat dengan memperkerjakan SDM kepada swasta.
Pada dasarnya, tujuan pendidikan bukan hanya untuk mencetak SDM yang berkompetensi, namun mampu mencetak SDM yang beradab dan berilmu. Yakni membentuk karakter dan membangun kepribadian yang Islami. Selain itu, mendidik anak didik dengan ketrampilan dan pengetahuan agar mampu berinteraksi dengan lingkungan.
Terakhir, mempersiapkan anak didik untuk dapat masuk ke perguruan tinggi dengan mempelajari dasar pengetahuan, seperti tsaqofah, sains, matematika, dll.
Dalam pendidikan vokasi, kurikulum dirancang untuk mempersiapkan sekumpulan SDM dalam bidang teknisi seperti memperbaiki alat elektronik dan komunikasi. Mereka dididik menjadi SDM yang berkompeten dalam ilmu dan praktik untuk menciptakan berbagai sarana dan teknis yang terus berkembang.
Negara dalam hal ini akan memfasilitasi sarana dan prasarana yang menunjang dalam mencetak SDM yang kompeten. Hal itu dapat diperoleh dan diakses oleh semua peserta didik dengan mudah dan gratis. Kondisi ini hanya mampu dilakukan dan diwujudkan dalam sistem yang mengadopsi sistem Islam.
Dalam sistem Islam, SDM akan dicetak menjadi generasi yang bersyakhsiyah Islamiah, menguasai sain dan tehnologi, berjiwa pemimpin. Dengan begitu maka lahirlah generasi-generasi cemerlang yang mampu menguasai peradaban Islam.
Wallahua’lam bishshawab
Views: 13
Comment here