Oleh: Nabila Zidane (Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)
Wacana-edukasi.com — Zaman makin maju, terlihat dari berbagai teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat cepat. Jika dulu informasi hanya bisa diakses dari buku, majalah, koran, televisi radio atau bahkan kecepatan mulut dari satu orang ke orang lain sekarang berkat adanya sosial media hanya dengan sekali klik, maka apa pun yang tengah terjadi di seluruh dunia kita bisa langsung mengetahuinya.
Jika dulu komunikasi jarak jauh hanya bisa mendengar suara saja, tetapi sekarang komunikasi bisa dengan bertatap muka lewat video call.
Saat ini di mana pun kita berada, sosial media bisa mempertemukan siapa pun di belahan bumi mana pun dan kapan pun. Sosial media benar-benar berpengaruh pada dunia komunikasi dan informasi. Bahkan manusia zaman now lebih panik saat ketinggalan HP daripada ketinggalan dompetnya. Bangun tidur yang dicari pasti HP, makan pun kadang tak mau lepas dari HP. Yang berbahaya saat mengendarai mobil pun sambil mengirim pesan.
Kebanyakan manusia justru memanfaatkan berbagai kemudahan di sosial media ini sekadar untuk hiburan dan kesenangan. Hingga bebas berselancar mengakses apa pun yang ada di sosial media. Apakah itu konten lucu, prank, gosip rumah tangga artis, drama Korea, lagu boy band ataupun girl band dan yang lain sebagainya. Saking terlenanya setiap buka sosial media mereka pun tak segan-segan untuk ikut mentrendingkannya.
Hal ini terbukti dari trending topik di berbagai platform sosial media yang lebih cenderung pada hal-hal receh dan kurang berfaedah. Begitulah kondisi masyarakat hari ini yang ternyata lebih menggunakan sosial media sekadar buat hal-hal receh.
Kondisi ini dikarenakan ideologi kapitalisme yang dianut negara kita melahirkan generasi yang kehilangan jati diri dimana sebagian besar dari mereka tidak tahu akan tujuan hidupnya serta menganggap bahwa keberadaan mereka di dunia hanyalah untuk bersenang-senang dan menuruti semua keinginannya tak peduli halal haram. Apa pun kegiatan yang bisa menbuat mereka senang, ya, lakuin aja, dosa neraka urusan belakang. Pokoknya kebahagiaan diri di atas segalanya.
Sedikit banyak sosial media itu akan berpengaruh pada tingkah laku kita. Otak kita akan menyerap fakta-fakta yang sering kita konsumsi termasuk tontonan dan hiburan. Apa yang kita tonton, apa yang kita dengar dan apa yang kita senangi secara tidak langsung akan dapat membentuk karakter dan pemikiran seseorang. Buah dari pemikiran inilah yang akan menentukan perilaku manusia. Jika dia senang dengan boy band atau girl band ala Korea, maka dandanannya pun tak jauh dari style Korea.
Jika kita terbiasa mengakses konten receh dan unfaedah, maka hidup kita juga akan terjebak sama dalam aktivitas yang sia-sia juga seperti sering menghabiskan waktu untuk joget Tik Tok, selalu update gosip artis terkini bahkan waktu seharian habis di dalam kamar demi nonton drama Korea, Astaghfirullah.
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Al-Imran: 185)
Sebagai seorang muslim kita sudah seharusnya memandang bahwa kehidupan dunia adalah ladang amal untuk menyiapkan bekal di akhirat kelak. Kita harus sadar bahwa setiap aktivitas kita pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt.
Jadi sudah seharusnya kita memilih dan memilah setiap aktivitas yang kita lakukan termasuk dalam menggunakan sosial media. Apakah kita mau menggunakannya buat ikut-ikutan memviralkan hal unfaedah atau untuk menambah ilmu Islam dan meningkatkan keimanan?
Selain itu, pada sistem kapitalisme ini orang tua melalaikan tanggung jawab dan perannya sebagai pendidik awal anak. Orang tualah yang seharusnya menanamkan pemahaman Islam kepada anaknya, agar anak tahu apakah tujuan hidup yang sesungguhnya. Ditambah lagi media yang beredar di masyarakat berbasis pada untung rugi kapitalisme.
Kapitalisme menjadikan setiap tontonan dan konten yang disuguhkan adalah yang bisa menarik banyak minat penonton. Mau kontennya merusak atau pun tidak yang penting bisa mendatangkan follower yang tentunya berimbas kepada pendapatan berlipat. Inilah media bentukan sistem kapitalisme yang berasaskan pada pemisahan aturan agama dari kehidupan. Asas ini kita kenal dengan sekularisme.
Maka wajar saja jika media dalam sistem kapitalis ini dipenuhi dengan konten unfaedah dan merusak akidah. Karena mereka meniadakan standar halal haram dari perintah Allah Swt.
Cara Islam Memandang Media
Islam memandang media sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan setiap individunya. Jadi pemerintah akan menjaga media yang beredar di masyarakat agar tidak menyebarkan konten dan paham unfaedah apalagi sampai merusak akidah.
Media dalam negara Islam akan menyebarkan konten islami yang mendidik dan menambah ketakwaan. Media akan semakin menguatkan keimanan seseorang yang telah ditanamkan sebelumnya oleh keluarga dan sekolah. Sehingga perilaku masyarakat dalam Islam akan senantiasa didasari pada Akidah Islamm
Jika dari keluarga, masyarakat dan negara saling menjaga seperti itu. Maka akan sulit dijumpai manusia-manusia yang menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang sia-sia. Mereka justru akan berlomba-lomba untuk giat memanfaatkan kemudahan sosial media untuk mempelajari Islam sebagai bekal akhirat.
Tapi sayang kondisi itu semua tidak akan kita jumpai di negara demokrasi seperti sekarang. Akan tetapi semua itu akan terwujud dalam suatu negara yang menerapkan Islam secara sempurna dalam mengatur negara yaitu Khilafah Islamiyah.
Views: 30
Comment here