Oleh : Julie Murod
Saat gelap menutup dunia
Saat gelap mematikan pikir juga hati
Saat hanya nafsu yang merajai
Saat cahaya Illahi ‘tak nampak lagi menyinari
Saat nasehat ‘tak lagi meluruh kerasnya hati
Dan fakta mendewakan materi menjadi taji
Saat pemanggul amanah buta hati
Dan hukum bertumpu pada segepok materi
Gempita bumi mengadu mengetuk langit
Segenap luka keangkuhan kezaliman
Membumbung menggetarkan arsy-Nya
Risalah-Nya datang mengguncang tahta tiran
Butiran debu dan besi keangkuhan
Tunduk bersimpuh berharap ampunan
Terik dan gersangnya kalbu tiap insan
Merona pelangi disejuki mulia tauhid-Nya
Sejak itu ‘tak ada satu saja angkara zalim
Tiap inci tanah-Nya hanya membagi sejuk
Riangnya celoteh bocah-bocah lugu
Bak bening embun yang memerak kalbu
Segala nestapa
Segala pedih
Segala sayatan luka
Di basuh indah rahmah-Nya
Musnahlah tirani lemah yang pongah
Alam hembuskan desir segarnya angin
Semburat warna emas menguning senja
Hujan bersuka cita semburkan airnya
‘Tak ada lagi tangisan pilu
Megahnya Khilafah menghapus lalu
Bak keluar dari tungku panas besi
Berkilau tajam menikam durjana
Megahnya Khilafah usir hegemoni penjajah
Mutiara emas kembali pada Pertiwi
Nusantara tegak mendongak dengan gagah
Menyatu padu satu tunjuk sebumi
Megahnya Khilafah kokoh berdiri
Anggunnya menyebar seantero bumi
Nasib para penentang laiknya Abu Sufyan
Tersipu tunduk atau meradang
‘Tak sanggup memanipulasi nasibnya
Di hadapan Yang Maha Rahim
Di belahan bumi manapun
Materi dan ruh menyatu
Segenap rasa karsa berpadu
Teruntuk meraih ridha-Nya yang satu
Jalan surga satu-satunya yang memandu
Semerbak mekarnya ‘tlah menunggu
Pada mercusuar abad gemilang
Pada megahnya Khilafah yang menyinar
Views: 7
Comment here