Opini

Melindungi Generasi dari Virus K-POP

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Novianti

wacana-edukasi.com, OPINI– Penggemar K-Pop meningkat secara global. Pada 2021, ada sebanyak 7,8 miliar cicitan global yang menggunakan tagar #KpopTwitter. Angka tersebut naik melebihi tahun sebelumnya, yakni sebesar 6,7 miliar cicitan. Dikutip dari mediaindonesia.com ( 20/09/2022), Indonesia menempati urutan teratas untuk jumlah cicitan K-pop terbanyak selama dua tahun berturut-turut.

Padahal lirik dan tampilan para artis K-Pop sangat jauh dari ajaran Islam. Racun gaya hidup dan nilai-nilai liberalismenya sangat kental. Seksualisasi dan digitalisasi adalah dua komponen yang berkolaborasi dalam konser-konsep K-Pop.

Media The Diplomat (06/12/2022) menyebutkan K-Pop sudah menjelma menjadi soft power yang digunakan Korsel untuk menguasai dunia global. Media ini mengulas tentang sisi gelap K-Pop berupa tindakan pelanggaran HAM.
Namun, tentunya kita harus melihat dari sudut Islam. Siapa yang berada di balik K-Pop, apa kepentingannya dan seberapa besar bahayanya bagi umat Islam.

Generasi Imma’ah

Dunia K-Pop membius dan piawai memainkan jiwa dan perasaan pemujanya yang disebut fandom. Ada kemewahan, popularitas, kekayaan, kebebasan yang digilai kebanyakan remaja. Para fandomnya bucin sampai rela mengeluarkan jutaan rupiah demi menonton konsernya.

Harga tiket konser NCT 127 di Indonesia Convention Exhibition BSD pada 11 November 2022, dipatok antara Rp1.045.000–Rp2.970.000. Penjualan tiket dibuka sejak 22 September 2022, tidak kurang dari dua jam sold out.

Untuk apa mengorbankan waktu dan uang padahal artis K-Pop nya saja tidak mengenal mereka. Apakah K-Pop menguntungkan buat masa depan?

Kondisi para fandom percis yang Rasulullah sebutkan sebagai generasi imma’ah yaitu pembebek yang hanya mengikuti trend dan tidak memiliki pendirian. Dari Hudzaifah berkata Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian menjadi Imma’ah, kalian berkata ,”Jika orang-orang baik, kami pun ikut baik. Dan jika mereka dzalim kami pun ikut dzalim. Tetapi siapkan diri kalian (untuk menerima kebenaran dan kebaikan). Jika orang-orang baik, kalian harus baik dan jika mereka rusak kalian jangan menjadi orang dzalim.” (HR. Tirmidzi)

Korban Sistem Kapitalis

Banyak sisi gelap tersembunyi dari gemerlapnya panggung dan kehidupan artis K-Pop yang terlihat sempurna. Mereka harus menjalani masa training sekitar 5 hingga 10 tahun. Mengikuti kelas menyanyi, kelas menari, kelas kepribadian, kelas bahasa. Berlatih tanpa kenal istirahat dan tanpa bayaran.

Para artis dituntut tampil sempurna. Tubuh ramping, hidung mancung, pipi tirus, sehingga terpaksa menjalani diet termasuk operasi plastik. Harus sopan, tersenyum ketika di depan publik. Salah sedikit bisa dihujat jutaan netizen. Tuntutan tersebut membuat para artis K-Pop berpotensi mengalami gangguan mental dan kesehatan.

Yang memiriskan, para agensi menyasar anak mulai dari 10 tahun. Anak-anak kehilangan masa terbaiknya, mengorbankan banyak hal dalam hidupnya. Kontrak mengikat membahayakan anak-anak yang masih hijau dengan kejamnya industri hiburan. Kritikan terkait adanya indikasi pelangaran HAM pun bermunculan.

Tetapi Korsel tetap mendorong industri K-drama dan K-Pop karena keduanya menopang pertumbuhan ekonominya. Industri K-Pop menyumbang pendapatan terbesar keempat sebesar 500 juta dolar AS. Sedangkan industri penyiaran K-Drama memberikan kontribusi 420 juta dolar AS di posisi kelima.

Demam K-Pop juga mendongkrak industri lainnya seperti kosmetik, fashion dan parawisata. Animo berkunjung ke Korsel dan minat tentang budayanya meningkat. Semisal drama popular berjudul Winter Sonata mengambil beberapa adegan di Pulau Nami. Pulau tersebut menjadi terkenal dan salah satu destinasi wajib bagi wisman yang berkunjung ke Korsel.

Demikianlah karakter sistem kapitalis. Rakyat dikorbankan sebagai bantalan dalam bisnis yang ujungnya berdampak pada penyakit patologis mental secara massal.

Hiburan dalam Islam

Islam tetap memberikan ruang bagi anak-anak muda untuk menikmati hiburan karena merupakan kebutuhan alami. Rasulullah menghibur dirinya diantaranya dengan berkuda, memanah, berenang dan berlari.

Hiburan zaman sekarang identik dengan musik, lagu, atau aktivitas seni lainnya. Hukum berkaitan dengan lagu dan alat musik, ulama berbeda pendapat. Namun, K-Pop tidak terkategorikan hiburan yang mubah karena terdapat pelanggaran hukum syarak di dalamnya. Penampilan para artisnya yang mengumbar aurat dan mengusung gaya hidup liberal. Saat konser terjadi ikhtilat yaitu campur baur laki-laki dan perempuan.

Di masa kekhilafahan Islam, seni diberi ruang selama tidak dicampuri oleh maksiat dan hal-hal yang melanggar hukum syarak. Hakim yang disebut qadhi hisbah dibantu polisi akan menutup tempat-tempat hiburan yang berbalut kemaksiatan. Hiburan yang dibolehkan adalah tidak melanggar hukum syarak, tidak melalaikan dan bermanfaat. Islam pun tidak menjadikan hiburan sebagai industri sebagaimana dalam sistem kapitalis.

Menyelamatkan Generasi

Krisis identitas dan keteladanan menjadi penyebab generasi muda muslim terjerat fandom. Seharusnya sosok Nabi Muhammad saw. yang wajib diidolakan, bukan artis K-Pop.

Rasulullah saw. bersabda, “Kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta. Sehingga, apabila mereka memasuki lubang biawak pun, kalian pasti akan tetap mengikuti mereka.” Para sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksud itu adalah bangsa Yahudi dan kaum Nasrani?” Beliau pun menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dijelaskan oleh Al-Qadhi ‘Iyadh bahwa hadis ini menggambarkan tindakan taklid seperti halnya tingkah para fandom. Ibarat diajak ke lubang biawak sekalipun akan mengikuti.

K-Pop adalah invasi budaya barat ke negeri-negeri muslim yang dapat membajak potensi para pemudanya. Agar mereka memiliki imunitas terhadap virus K-Pop, akidahnya harus dikuatkan. Tidak cukup dengan hapal rukun iman, bisa membaca Al Quran dan sholat. Mereka harus memiliki strong why memilih Islam. Paham bahwa ada misi dalam hidup sebagaimana firman Allah ,“Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah.“ (QS. Adz–Dzariyat: 56)

Memilih Islam berarti berkomitmen melaksanakan seluruh Syariat Islam yang mengatur diantaranya tentang solat, makanan, minuman, pakaian, akhlak, muamalah, dan sanksi pidana. Islam adalah sistem kehidupan yang harus dilaksanakan pada level keluarga, masyarakat hingga negara. Absennya peranan negara dalam penerapan Syariat Islam yang mengakibatkan hilangnya perlindungan bagi generasi muda.

Kesadaran bahwa kondisi saat ini jauh dari Islam akan membangkitkan semangat dakwah untuk menyerukan penerapan Syariat Islam. Agenda-agenda barat untuk merusak kaum muslimin termasuk menjadi bagian yang harus dipahami generasi muda.

Semangat perubahan di kalangan anak muda efektif jika terakumulasi, terorganisasi dalam komunitas dakwah yang Allah sebut khoiru ummah. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 104 ,“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Dalam komunitas inilah, para generasi muda akan tumbuh secara eksponensial, membangun kapasitas untuk menghentikan eksploitasi terhadap kelompok di fase terbaik kehidupan manusia. Fokus pada perjuangan menegakkan sistem Islam sebagai alternatif menggantikan sistem kapitalis yang menyengsarakan.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 28

Comment here