Oleh: Lely Nv (Aktivis Generasi Peradaban Islam)
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Masih menjadi perbincangan masif tentang tagar ‘kabur aja dulu’ di berbagai platform media sosial. Disinyalir pencetusnya akibat dari kualitas pendidikan yang kurang berkompeten di dalam negeri bertemu dengan banyaknya tawaran beasiswa keluar negeri di negara maju semakin memberikan peluang untuk “kabur”. Terjadi pula di sektor lapangan kerja, masyarakat mengalami kesulitan mencari pekerjaan di dalam negeri bertemu tawaran serta peluang lebih besar diapresiasi di luar negeri, baik pekerja terampil maupun kasar dengan gaji lebih besar di negara maju.
Berbarengan dengan fenomena #KaburAjaDulu, kabar terbaru datang dari Ciamis, seorang Kades Sukamulya, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Ciamis, bernama Dodi Romdani memilih mengundurkan diri dari jabatannya di tahun 2024 setelah hampir 6 tahun dengan masa jabatan yang seharusnya bisa 8 tahun. Meskipun masih ada 2 tahun lagi untuk satu periode, Pak Dodi memilih tawaran bekerja kembali ke Jepang di tempat beliau dulu pernah bekerja. (Kompas(dot)com)
Di platform tiktok, ada influenser Bima yang dulu pernah menjadi buah bibir setelah kritikannya terhadap kinerja pemerintahan di kampung halamannya di Padang, menyampaikan pendapatnya tentang tagar #KaburAjaDulu. Sebelum ramai tagar ini, Bima sudah lebih dulu memilih kuliah dan bekerja di luar negeri dan memberikan edukasi terkait pengalamannya selama di luar negeri. Kini komentar negatif meramaikan kolom komentar di konten terbarunya, menyematkannya sebagai orang yang tidak nasionalis & tidak cinta negara.
Serbuan komentar disinyalir sejak ada respon opini dari pejabat Menteri ESDM pak Bahlil yang menyatakan, orang yang memilih #KaburAjaDulu diragukan nasionalismenya.
Menanggapi komentar miring di kontennya, Bima menyampaikan bukan salah orang-orang yang memilih #KaburAjaDulu ketika tidak mendapatkan apresiasi baik pendidikan maupun lapangan kerja di dalam negeri. Juga bukan berarti #KaburAjaDulu jadi tidak cinta tanah air. Kebanyakan orang yang memilih sekolah dan kerja di luar negeri akibat jadi korban rusaknya sistem kebijakan di negeri ini.
Di sisi lain, tagar ini pun dinilai sebagai solusi di saat ada kebijakan dari negara yang melakukan efisiensi anggaran negara secara masif dengan cara memangkas tenaga kerja baik di lingkungan pemerintah, juga anggaran di bidang pendidikan dan kesehatan. Semakin menguatkan opini di berbagai kalangan masyarakat yang memilih opsi untuk #KaburAjaDulu.
Lucunya, saat ada banyak masyarakat yang mengeluhkan kebijakan efisiensi ini, rezim mengangkat staf khusus baru diantaranya Deddy Corbuzier yang dilantik sebagai Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Sosial dan Publik. Ia dilantik bersama beberapa orang lainnya. Deddy dilantik dengan pertimbangan punya kepakaran di bidang komunikasi publik. (CNNIndonesia(dot)com)
Sebagian masyarakat akhirnya mulai ragu & luntur rasa kepercayaan dengan kinerja rezim penguasa. Sebab, kebijakan yang dibuat seolah kontradiksi, dimana satu sisi dalihnya mengefisiensikan anggaran, tapi di sisi lain melantik staf khusus yang pasti ada kebutuhan anggaran baru yang akan dialokasikan. Apakah bijak?
Sistem Gagal
Fenomena #KaburAjaDulu menjadi gambaran kegagalan dari kebijakan sebuah sistem hari ini dalam memberikan solusi atas problematika masyarakatnya. Ditambah Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari Fenomena brain drain yang menjadi isu krusial dalam konteks globalisasi/liberalisasi ekonomi yang semakin menguat, dan semakin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan berkembang. Hingga akhirnya menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan.
Sistem kebijakan ekonomi kapitalisme terbukti cenderung memihak pada para pemodal, baik investor asing, aseng dan asong yang punya hubungan mesra dengan rezim penguasa sebab adanya hubungan simbiosis mutualisme. Contoh nyata kasus pagar laut, patok pagar seluas itu apakah mungkin tidak diketahui oleh aparat maupun pemerintah? Siapa saja yang terlibat dan bermain dibaliknya? Hingga sampai saat ini kasusnya masih bergulir, meskipun sudah banyak warga termasuk nelayan yang dirugikan. Apakah semua warga yang dirugikan dipaksa untuk #KaburAjaDulu?
Secara logika, Indonesia merupakan wilayah yang strategis, dengan iklim tropisnya kaya akan SDA di darat maupun di laut. Selayaknya daya serap lapangan perkerjaan terbuka lebar, anggaran pendidikan mampu diprioritaskan, juga kesehatan dan fasilitas penunjang lainnya memadai.
Namun, mengutip pendapat Bima di atas, masyarakat hari ini menjadi korban dari ketidakadilan dari sebuah sistem yang rusak. Bahkan sematan pernyataan tidak cinta air itu harusnya ditunjukkan pada mereka yang korupsi, para pejabat yang tidak menjalankan amanah sesuai tupoksinya, mereka yang sempat membuat kekisruhan gas melon sulit didapat, mereka yang menjual aset-aset negara pada asing, aseng dan asong.
Ini seharusnya menjadi momentum introspeksi bangsa ini bahwa realita sistem kapitalisme-sekuler tidak akan pernah mampu menyelesaikan problematika berbagai aspek hingga ke akar. Pendidikan terjangkau dan lapangan pekerjaan dengan upah layak seolah hanya menjadi angan.
Di samping itu, meskipun di luar negeri tampak maju dan menjanjikan hidup layak, ada faktor lingkungan & pergaulan dari sistem yang sama (kapitalisme-sekuler) akan menjadi tantangan besar bagi generasi yang memilih #KaburAjaDulu ke LN (luar negeri) tanpa bekal mental dan keimanan yang kuat. Mungkin bisa saja terpenuhi dari segi materi, tapi bagaimana dengan keberlangsungan hidup manusia jika terbawa arus kebebasan moral dan pergaulan?
Kembali Ber-Islam
Mayoritas penduduk negeri ini beragama Islam. Tapi mengapa mencari solusi hidup di luar Islam? Bukankah Islam memiliki aturan yang komprehensif? Tidak hanya mengatur ibadah, tapi juga muamalah. Termasuk di dalamnya mengatur kebijakan dalam dan luar negara.
Islam merupakan risalah yang sumbernya dari Pencipta manusia. Ketika seluruh aturanNya diterapkan, akan membawa manusia, muslim maupun non muslim pada kehidupan penuh dengan keberkahan : adil, damai, sejahtera, aman dan tentram, dengan kemajuan di segala bidang juga diiringi dan diwarnai dengan ketaatan, jauh dari kedzoliman serta ketidakadilan.
Sebab, Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan rakyat, dan mewajibkan negara memenuhi kebutuhan asasi setiap warga negara individu per individu. Akan ada banyak mekanisme yang harus dilakukan negara termasuk diwajibkannya menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki baligh. Baik di sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa dengan pengelolaan SDA yang Allah limpahkan kepada kaum muslim.
Dalam aspek pendidikan, Islam mewajibkan negara memprioritaskan pendidikan baik tenaga pengajarnya, fasilitasnya juga muridnya. Sumber dana pendidikan diambil dari pengelolaan SDA yang dikuasai negara untuk dikembalikan kebermanfaatannya semua untuk rakyat.
Sistem Islam akan mensuasanakan hidup penuh dengan ketaatan dan keimanan. Dimanapun, kapanpun setiap individu maupun para pejabatnya dijaga dengan sistem yang mengkondisikan takut akhirat, maka sifat maupun perbuatan maksiat dan menyimpang serta kedzoliman bisa diminimalisir.
Terbukti Islam telah membawa peradaban manusia pada masa lalu ke peradaban yang agung berbilang abad lamanya. Dipenuhi dengan kebaikan dan jauh dari segala keburukan.
Jika #KaburAjaDulu merupakan respon dari sistem yang rusak (kapitalisme-sekuler), selayaknya umat Islam kembali mengambil solusi Islam atas respon dari segala problematika yang menggurita sejak lama. Sebagaimana diketahui, setiap penyakit Allah berikan penawarnya, begitupun setiap problematika pasti ada solusinya. Hanya Islam solusi yang masuk akal, terbukti secara historis, memiliki pengaturan yang komperhensif dan sesuai dengan fitrah manusia.
Views: 1
Comment here