Oleh : Lely Novitasari (Aktivis Generasi Peradaban Islam)
Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Ahad, 26 Januari 2025, seruan solusi Jihad dan Khilafah menggema di depan kantor Dubes AS. Dihadiri puluhan ribu massa dari Jakarta dan sekitarnya menggelar aksi menuntut pembebasan Palestina secara total.
Sekalipun kini kaum muslim serta khususnya masyarakat Palestina merasakan euforia secara nyata dengan adanya gencatan senjata yang memberikan jeda dari kejahatan dan kedzoliman Zionis Israel. Realitanya selalu berulang, zionis mengkhianati perjanjian & kembali menembakkan senjata beberapa hari setelah diumumkannya rencana gencatan senjata. Umat seharusnya belajar dan terus waspada, bahwa gencatan senjata bukanlah usai segalanya.
Mengutip media Republika, yakni ucapan presiden AS saat di wawancara oleh wartawan di pesawat Air Force One, keinginannya merelokasi warga Palestina di Gaza ke Mesir dan Yordania termasuk Indonesia dengan dalih ingin membangun Gaza dengan cara yang berbeda.
Di sisi lain, wilayah Jenin di Tepi Barat, dilansir CNBC Indonesia, ratusan warga terpaksa meninggalkan rumahnya pada 23/1/2025, setelah pesan peringatan dari drone Zionis Israel yang menyuruh mereka untuk mengungsi. Operasi militer dilakukan didukung kendaraan militer dalam jumlah besar, drone juga helikopter dimulai sepekan setelah gencatan senjata di Gaza. Dalih operasi ini dilakukan untuk mengatasi kelompok militan yang didukung Iran di pengungsian Jenin diungkapkan oleh pejabat Israel yang semakin mengindikasikan ketidak-ridhoan mereka untuk kebebasan Palestina.
Dari aktivitas tersebut nampak sangat jelas, segala cara mereka lakukan untuk mempertahankan hegemoni kekuasaannya dengan terus menginvasi militer ke wilayah Palestina. Maka, kondisi jeda ini selayaknya dimanfaatkan betul oleh umat untuk menyatukan kembali kekuatan serta mengembalikan predikat Khoiru Ummah sebagaimana yang tertuang dalam Al Qur’an. Allah Swt menyebutkan dalam Qs. Al Imran ayat 110, umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.
Mengembalikan Memori Umat
Umat Islam harus belajar dari sejarah. Dahulu umat Islam disegani, dihormati bahkan dimuliakan. Ketika terjadi serangan yang dilakukan oleh pasukan Mongol, hanya dalam waktu beberapa tahun umat Islam di bawah kepemimpinan yang satu, aturan yang satu dalam naungan negara yang satu, mampu mengembalikan wilayahnya kembali. Peristiwa yang dikenal dengan Perang Ain Jalut menjadi kekalahan telak bangsa Mongol yang dikenal sadis dalam menaklukan wilayah yang disinggahinya. Palestina berhasil kembali ke pangkuan umat Islam.
Sementara, sejak tahun 1948 sampai dengan hari ini kebebasan Palestina masih belum terwujud. Apakah karena umat Islam tidak mampu? Bukankah umat Islam punya predikat umat terbaik? Sayangnya sebagian umat mengkerdilkan potensinya hanya dengan berdonasi dan doa. Bukan berarti donasi dan doa tidak perlu, tapi ada kekuatan yang lebih besar yakni menyuarakannya, menyeru ke mereka yang memiliki pengaruh dan wewenang untuk bersama-sama mengembalikan potensi umat Islam.
Imam Malik, guru Imam Syafi’i menasehati, “Umat ini tidak akan menjadi baik di akhirnya, kecuali dengan apa yang menjadikannya baik di awalnya”.
Umat Islam tidak akan bisa bangkit, tanpa mengambil inspirasi dari generasi terbaik. Di masa Rasulullah Saw. dan para sahabat dengan jumlah saat peperangan secara logika kalah, seperti di Perang Badar 300 vs 900, Perang Uhud 1000 vs 3000, Perang Mu’tah 3000 vs 200.000, tapi Rasulullah Saw. dan para sahabat tidak pernah keluar dari apa yang sudah diajarkan dalam Islam dan berhasil mematahkan hitungan logika. Kalau bukan sebab akidah Islam yang kuat, mungkin umat Islam tidak akan pernah berkembang sampai sekarang.
Dahulu Islam tidak hanya dijadikan sebagai pengatur ibadah, tetapi pengatur kehidupan bermasyarakat serta bernegara. Mengembalikan tanah di Palestina bukan persoalan penduduknya semata melainkan fardhu’ain bagi seluruh umat Islam.
Keteladan kembali diajarkan oleh penduduk Gaza, ketika mereka berseru lantang bahwa inspirasi mereka adalah Sirah Nabi Saw. “Khaibar khaibar yaa Yahuud, Jaisyu Muhammad bada’a ya’ud”, “Ingatlah Khaibar wahai Yahudi, tentara Muhammad sudah kembali”.
Jika penduduk Palestina dengan kondisinya yang porak poranda mampu menunjukkan keyakinan dan kegigihan mempertahankan dan merebut kembali bumi Syam sampai titik darah penghabisan, umat Islam di luar pun bisa menyeru kepada para pemegang kekuasaan untuk kembali pada aturan Al Khaliq yang pasti mampu membebaskan Palestina serta membawa kebaikan tidak hanya dunia tapi sampai akhirat.
Memanfaatkan masa jeda gencatan senjata, kesadaran umat harus terus dibangun untuk bisa kembali menyandang predikatnya sebagai umat terbaik. Berusaha berjuang bersama dan mewujudkan tegaknya Khilafah dengan terus memaksimalkan dakwah di segala lini. Yakin kemenangan itu di depan mata, meraih janji Allah dan RasulNya tentang bisyaroh sebagaimana kemenangan Konstantinopel,
“Pemimpin yang membebaskannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad bin Hanval Al Musnad).
Views: 1
Comment here