Surat Pembaca

Membaca #IndonesiaGelap

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Dalam rangka memprotes kebijakan efisiensi anggaran yang dilakukan Presiden Prabowo, para Mahasiswa melakukan demonstrasi yang bertajuk Indonesia Gelap. Demonstrasi ini dilakukan Mahasiswa hingga sejumlah organisasi masyarakat sipil di sejumlah daerah termasuk di Jakarta sejak Senin (17/2) hingga Jumat (21/2). Pasalnya, efisiensi anggaran menyasar pos anggaran penting seperti pendidikan.

Mengutip dari CNNIndonesia.com (22/2/2025), Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan ragam kebijakan di awal masa jabatan Prabowo ini tidak sesuai dengan apa yang sering digembar-gemborkan. Hal ini bertolak belakang dengan kebijakan Prabowo yang sebelumnya menambah jumlah kementerian.

Bentuk kekecewaan masyarakat, imbas dari kebijakan yang salah. Sejak awal pemilihan Presiden, masyarakat menaruh harapan perubahan pada Presiden terpilih. Sayang, di luar dugaan harapan berubah menjadi kekecewaan. Sejalan dengan apa yang disampaikan Peneliti Senior dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menyebut pemimpin dan para elit memberikan harapan baru, seperti tentang lapangan pekerjaan, naiknya penghasilan, daya beli meningkat, dan sejumlah harapan lain yang diidam-idamkan kalangan muda. Tapi faktanya, bentuk kekecewaan muncul dengan wujud demo dan viralnya tagar #KaburAjaDulu.

Lebih lanjut diketahui bahwa efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah bukan dialokasikan untuk hal-hal esensial, misalnya untuk tunjangan kinerja dosen. Tapi malah untuk melaksanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang banyak dikritik. Jelaslah bahwa salah kelola kebijakan negara justru mengakibatkan munculnya permasalahan baru.

Hal ini sudah cukup mengonfirmasi kesalahan paradigma sekuler kapitalisme, dalam membangun negara. Sistem ini hanya melahirkan pemimpin yang tunduk pada kepentingan para kapitalis. Demokrasi misalnya, asas yang ada adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Sementara yang membuat hukum adalah manusia, jelaslah akan membuka lebar keran kerusakan.

Mengganti kepemimpinan tanpa merubah sistem, justru akan membuat Indonesia semakin gelap. Pemimpin terpilih hanya melanjutkan kerusakan dari pemimpin sebelumnya.

Islam memberi harapan untuk menerangi Indonesia dan seluruh dunia. Kepemimpinan dipandang sebagai tanggung jawab dunia dan akhirat. Sejalan dengan hadis Nabi saw.

“Imam adalah raa’in (gembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR Bukhari).

Artinya, para pemimpin dalam Islam menyadari betul amanah yang ada di pundaknya. Telah tercatat dalam sejarah peradaban Islam, bagaimana sosok pemimpin dalam Islam sangat berhati-hati dalam mengemban amanah ini. Hal inilah yang menghantarkan mereka senantiasa menerapkan kebijakan berlandaskan hukum Allah Swt. dan sunnah Nabi saw. Ganti pemimpin tanpa mencabut akar masalah kerusakan, merupakan sebuah kesia-siaan. Saatnya mengembalikan kehidupan umat dengan cahaya hukum Islam untuk menerangi semua lini kehidupan.

Ismawati
Banyuasin, Sumsel

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 13

Comment here