Oleh: Ismawati
Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA--Sedih ketika mendengar berita penganiayaan. Sebagaimana terjadi pada seorang Dokter koas Universitas Sriwijaya. Penganiayaan itu terjadi di sebuah tempat makan di kawasan Demang Lebar Daun pada Rabu (11/12) yang diduga karena salah satu rekan korban berinisial LD tak terima terkait jadwal koas akhir tahun.
Krisis Moral
Seyogyanya tenaga medis adalah pekerjaan yang tak mengenal hari libur. Profesi mulia ini harusnya menjadi tuntunan dan contoh yang baik.
Sayangnya, krisis moral yang terjadi pada masyarakat hari ini. Mudah tersulut emosi karena hal sepele. Sikap arogansi semakin menggerus moral setiap individu. Hal ini menunjukkkan indikasi masyarakat sakit yang hidup jauh dari aturan agama.
Terlebih, hari ini arogansi semakin ditampakkan karena merasa punya harta dan jabatan. Sebagaimana kasus dokter koas ini, ayahnya adalah seorang yang menjabat sebagai Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Barat. Dimana imbas dari viralnya kasus ini, sang ayah sempat disebut sempat disebut-sebut saat KPK menangani kasus korupsi lewat Operasi Tangkap Tangan (OTT) di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kalimantan Timur, November tahun 2023 lalu (CNNIndonesia, 15/12/24).
Jangan sampai karena merasa keluarganya memiliki harta dan jabatan, lantas bertingkah arogan. Sebagaimana kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya, yakni penganiayaan yang dilakukan oleh Anak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Kabupaten Situbondo, Mario Dandy.
Hal ini semakin menunjukkan gambaran masyarakat liberal sekuler. Dimana konflik yang terjadi di masyarakat sesungguhnya adalah akibat kesenjangan ekonomi, bukan intoleransi karena agama. Harta dan jabatan kerap dianggap sebagai kuasa yang mampu menekan masyarakat kelas bawah. Celah ketidakadilan semakin terbuka hari ini. Sayang, rezim sekuler tidak memahami akar masalah seperti ini.
Menuju Perubahan
Oleh karena itu, dibutuhkan proses berpikir cemerlang dalam setiap individu. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang terbatas, maka ia membutuhkan sesuatu yang lebih darinya. Dengan demikian, sesuatu yang lebih darinya adalah Al-Khaliq yang Maha Menciptakan individu, alam semesta dan segala kehidupannya.
Allah Swt. sebagai Al-Khaliq (pencipta) sekaligus pengatur kehidupan manusia (Al-Mudabbir). Oleh karenanya, setiap permasalahan kehidupan telah Allah Swt. atur dalam hukum-hukum syariat. Jika kita jauh dari hukum-Nya, segala kerusakan pasti akan nampak darinya.
Hari ini, hukum Allah Swt. tidak menjadi sandaran kebijakan negara, alhasil dibutuhkan individu yang berpikir cemerlang yang kemudian bergerak menuju perubahan. Mengubah segala kemungkaran dan kebatilan, dengan mengganti sesuai sistem baru harapan umat. Saat ketidakadilan hukum ditunjukkan dalam sistem sekuler liberal, saat itulah Islam menjawabnya.
Manusia yang memiliki pola pikir cemerlang, tidak akan terbentuk sikap arogansi kepada sesamanya. Akidah Islam sebagai pondasi utama setiap individu, sehingga akan terbentuklah manusia denhan pola pikir dan pola sikap islami. Selain itu, berkasih sayang dan melindungi sesama kaum muslim juga merupakan perintah Allah Swt.
Butuh upaya serius melepaskan sifat arogansi individu dengan menerapkan syariat Islam secara kafah. Yakni melalui penerapannya dalam proses mu’amalah, pendidikan, pindana, hingga kebijakan negara.
Views: 2
Comment here