Oleh: Niwatun, S.Pd.I. (Aktivis Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)
Wacana-edukasi.com — Beratnya tanggung jawab orang tua, terutama ibu dalam mendidik anak akan berbalas pahala ketika ikhlas menjalankannya. Seandainya pahala berbentuk batangan emas, mungkin akan terlihat semangat yang menggelora para orang tua untuk meraih emas tersebut.
Fatimah binti Ubaidillah Azdiyah, adalah salah satu contoh ibu yang bersusah payah dalam mendidik anak. Dia mengantarkan sang anak, Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, untuk menuntut ilmu ke beberapa ulama yang jauh dari tempat tinggalnya. Kondisi sebagai orang tua tunggal tidak membuat surut semangat Fatimah untuk menjadikan sang anak ahli ilmu. Hijrah pun dilakukan. Hasilnya bisa kita rasakan saat ini, Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i atau dikenal dengan Imam Syafi’i menjadi seorang alim pendiri mazhab fikih dengan kitab termasyhurnya “Ar-Risalah” dan “Al-Umm”.
Mendidik anak di era sekarang, butuh bijaknya orang tua dan usaha untuk terus mendampingi ananda. Ketika ananda terlanjur mengenal benda-benda canggih seperti smartphone maka orang tua harus mengimbangi dengan pemahaman yang benar. Agar ananda mempergunakan sesuai porsinya. Dari usia dini, karena ananda sebenarnya sudah siap menerima ilmu atau pemahaman dari kita sejak kanak-kanak.
“Kebanyakan orang belum menyadari bahwa anak-anak adalah salah satu unsur umat ini. Hanya saja dia bersembunyi di balik tabir kekanak-kanakannya. Apabila kita singkapkan tabir itu, pasti kita temukan dia berdiri sebagai salah satu tiang penyangga bangunan umat ini. Namun, ketentuan Allah pasti berjalan, yaitu bahwa tabir tersebut tidak akan tersingkap selain dengan bimbingan dan pendidikan secara berkala, sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan bertahap.” (Asy-Syaikh Muhammad al-Khidhr Husain)
Artinya sejak kanak-kanak mereka sudah bisa menangkap maksud dari yang disampaikan orang tua.
Orang tua tentulah menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang bermanfaat untuk sesama. Menjadi anak yang mengerahkan segala potensinya sejak belia. Seperti Imam Syafi’i yang menjadi ahli fatwa pada usia 15 tahun, Muhammad Al-Fatih menjadi wali kota pada usia 14 tahun, dan lain sebagainya. Mereka hidup saat peradaban Islam berjaya.
Prof. Dr. Raghib As-Sirjani, dalam bukunya yang berjudul “Sumbangsih Peradaban Islam pada Dunia” mengatakan, gemilangnya peradaban Islam akarnya adalah Al-Qur’an dan As-Sunah. Artinya harus kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunah saat orang tua mendidik anak-anaknya.
Gemilang di usia belia juga Allah abadikan dalam surat An-Nisa ayat 6. Dalam ayat tersebut ada kata “Rusydan”. Maksud rusydan adalah saleh dalam agama dan juga harta. Dalam hal ini orang tua harus menguji anak-anaknya apakah sudah rusydan atau belum. Orang tua harus mengujinya saat anak-anaknya belum baligh.
Orang tua untuk menguji anaknya apakah sudah saleh dalam agama adalah dengan cara mengamati keadaan sang anak. Apakah anak sudah terbiasa dengan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan atau belum. Apakah ketaatan-ketaatan bisa mengalahkan kemaksiatan atau belum. Apakah anak lebih banyak melakukan ketaatan daripada kemaksiatan atau belum.
Sedangkan untuk menguji anak apakah rusydan dalam hal harta adalah dengan mencoba anak untuk melakukan transaksi jual beli. Jika anak sudah bisa melakukan tawar menawar berarti sudah rusydan. Jika anak belum punya profesi, dia diuji dengan profesi ayahnya. Karena kebanyakan orang-orang yang tidak punya profesi, dia akan melihat profesi ayahnya. Pernah dikisahkan anak petani yang diberi modal untuk melakukan usaha dan dilihat si anak bisa melakukan usaha atau tidak. Sehingga bisa disimpulkan sudah rusydan atau belum.
Disyaratkan dalam menguji kesalehan anak itu sebanyak dua kali atau lebih dan diduga kuat anak sudah saleh sebelum balig. Masyaallah.
Untuk para orang tua, Allah telah berjanji tidak akan membebani makhluknya kecuali sesuai dengan kemampuannya. Jika pada generasi terdahulu banyak anak yang didik menjadi saleh, sekarang pun umat muslim akan mampu mendidik anak-anaknya menjadi saleh.
Bekal orang tua harus senantiasa dipersiapkan untuk mendidik anak-anaknya karena pendidikan pertama anak ada di tangan kedua orang tuanya. Sedangkan sekolah sekadar membantu utuk menjadikan anak saleh. Orang tua harus bersungguh-sungguh belajar atau membuat kurikulum untuk mengantarkan anak-anaknya menjadi saleh sebelum balig.
Orang tua juga harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah dengan melakukan amalan wajib dengan maksimal dan melakukan amal saleh dengan istikamah.
Wallahua’lam bishshawab
Views: 34
Comment here