Oleh: Ummu Firdaus
Wacana-edukasi.com — Pada tanggal 18 Januari 2021 telah diberikan kesempatan menghadiri parenting #Bina Solehah 2 yang diasuh oleh Ustazah Yanti Tanjung bersama KPIT Sumedang.
Materi tiap minggunya sangat menarik dan penting bagi ibu-ibu pencetak generasi peradaban. Kali ini dengan judul Mempercantik Kesabaran.
Syaikh Salim Ibn Id Al-Hilal dalam kitabnya, bab As-Sabru Al Jamil mendefinisikan sabar dalam tiga perkara,
1. Sabar adalah memelihara dan menjaganya;
2. Sabar menahan dari sifat maksiat;
3. Sabar adalah ketetapan qada dan qadar yang telah ditetapkan oleh Allah tanpa mengeluh.
Saat mendidik anak pastinya dibutuhkan kesabaran yang ekstra tinggi. Dalam diri setiap anak adakalanya mamancing emosi. Kalau bukan memancing emosi itu bukan anak namanya. Yang jadi persoalan adalah kesiapan kita. Siap tidak kita menghadapi masalah itu. Oleh karena itu, kesabaran harus ada tidak boleh tidak ada pada diri setiap mukmin. Jika tidak sabar, berarti telah melanggar syari’ah Allah Subhanahu wa ta’ala.
Sebuah riwayat dari Ali bin Abi Thalib dinukilkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya demikian:
وقال أمير المؤمنين علي بن أبي طالب رضي الله عنه: “الصَّبْرُ مِنَ الإِيمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ، فَإِذَا ذَهَبَ الصَّبْرُ ذَهَبَ الإِيمَانُ.”
[ابن أبي شيبة، المصنف، حديث رقم: 31097)
Ali bin Abi Thalib RA berkata: “Sabar bagi keimanan laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap maka lenyap pulalah keimanan.”
Maka dari itu berhati-hatilah saat ujian sabar menghampiri. Karena jika tidak sabar, maka
bagaimana nasib keimanan kita?
Bersabar itu adalah perintah Allah. Hukumnya wajib. Apalagi bersabar dalam mendidik anak. Bersabar dalam menjalani proses, bersabar menjawab pertanyaan anak, dan orientasi kita bukanlah hasil. Karena hasil dari apa yang kita usahakan adalah mutlak hak prerogatif Allah. Yang dinilai oleh Allah ada proses yang kita jalani bukan pada hasil.
Rasulullah saw. bersabda,
“Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah.” (Hadits dari Abu Hurairah dengan derajat Muttafaq ‘alaih)
Sekecil apa pun aktivitas yang kita lakukan Allah akan memberi balasan, inilah balasan bagi orang yang bersabar:
a. Diberikan pahala tanpa batas;
b. Kesabaran akan menjadi kesudahan yang baik;
c. Mendapatkan keberuntungan;
d. Dicintai Allah;
e. Diberi petunjuk, rahmat, berkah, dan martabat yang tinggi.
Amalan sabar tidak hanya ditujukan kepada kita, tapi juga ditujukan kepada para nabi yang dijadikan tauladan.
1. Nabi Ayub ‘alayhisalam, kisahnya tentang sakit yang beliau terima;
2. Nabi Yakub ‘alayhisalam, kisah tentang ujian menghadapi putranya selain Nabi Yusuf;
3. Nabi Muhammad sollallahu’alayhi wa sallam, ujiannya saat berdakwah.
Teori parenting sangat menarik untuk disajikan di setiap generasi. Karena di situlah ujung tombak suatu peradaban dan ke mana arah suatu bangsa akan dibawa. Oleh karena itu, kita harus melihat terlebih dahulu landasan apa yang dipakai. Apakah berasal dari akidah Islam atau di luar akidah Islam. Konsep syari’ah Islam baku dan tidak akan berubah karena berasal dari wahyu yang bisa menyelesaikan persoalan-persoalan generasi.
Dalam Islam, metode dalam pembelajaran begitu diperhatikan karena menjadi salah satu penentu materi bisa diterima dengan baik oleh yang diajar. Metode yang diambil dari Islam adalah talaqiyan fikriyan. Dalam pandemi ini pun tak bisa lepas dari metode ini. Adab, unggah-ungguh (sopan-santun), atau nilai-nilai dalam Islam tidak bisa diambil dari dunia maya dengan beragam fasilitasnya. Sedangkan uslub menyesuaikan, apakah bertentangan dengan nilai Islam ataukah tidak.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dalam mempercantik kesabaran. Aamiin.
Wallahua’lam
Views: 186
Comment here