Oleh: Ummu Firda
Wacana-edukasi.com — Sebanyak 6.000 milenial Jawa Barat telah mendaftar program Petani Milenial Juara melalui situs https://petanimilenial.jabarprov.go.id/. Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jabar Benny Bachtiar mengatakan pendaftaran Petani Milenial Juara masih dibuka. Gubernur Jabar Ridwan Kamil sendiri menargetkan 5.000 milenial tergabung dalam program tersebut (TRIBUNJABAR.id).
Di tempat berbeda, Sekretaris Komisi II DPRD Jabar Yunandar R Eka Perwira menilai program petani milenial Gubernur Ridwan Kamil, hanya gimik, biar kelihatan keren tetapi konsepnya tidak jelas. Yang ada petani juara, itupun konsepnya, belum jelas dan matang. Plot anggarannya juga minim. (JabarEkspres.com, 13/02/2021)
Dalam hal ini, tentu kita mengapresiasi upaya pemerintah dalam upaya memajukan bidang pertanian. Namun, seyogianya dalam menjalankan program apa pun itu diharapkan bisa dengan konsep yang jelas dan sangat matang tentunya.
Menciptakan petani dadakan yang mudah diarahkan sesuai keinginan pihak korporasi tentu bukanlah harapan kita bersama, apalagi hanya menyasar sebagian kalangan saja dan mencari keuntungan semata. Justru kita berharap agar pemerintah memajukan ekonomi pertanian yang menyentuh untuk seluruh kalangan petani.
Petani-petani kita saat ini masih banyak didera persoalan, mulai dari biaya pengolahan yang mahal, peralatan yang sangat minim, harga pupuk yang selangit, ditambah permainan harga komoditas pertanian yang terkadang dipermainkan para tengkulak. Ini pun harus jadi perhatian, apalagi di tengah gempuran impor. Mau seperti apa nasib para petani kita ke depan?
Hal yang wajar terjadi ketika kapitalisme hadir masuk kedalam sektor pertanian kita. Watak dasar sistem kapitalis ini kelihatan (tidak mau rugi) hanya sekedar mencari keuntungan dan memanfaatkan posisi penguasa demi memuluskan kepentingan mereka, sehingga solusi yang diberikan tidak menyentuh kepada akar persoalan.
Kuatnya kapitalisme mengakar di dalam sektor pertanian dan pangan di Indonesia tak bisa kita pungkiri.
Semoga program petani milenial ini tidak dijadikan ajang untuk kepentingan para pemilik modal saja, tapi benar-benar bisa berkontribusi untuk pertanian Jawa Barat secara umum, dan dengan konsep yang matang tentunya.
Kapitalisme pangan bukanlah hal yang baru, dan bahkan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Kalau dulu saat penjajahan Belanda kita mengenal sistem pertanian kulturstelsel, maka bisa jadi saat ini penjajahan dan kapitalisme pangan sudah berwujud dalam bentuk dan wajah baru.
Semoga setiap kebijakan yang diambil oleh pemimpin kita saat ini bukan sekedar mengejar keuntungan beberapa pihak saja, tapi benar-benar bisa memberikan maslahat kepada seluruh petani. Tentu maslahat ini akan benar-benar kita rasakan manakala syariat ini mampu kita terapkan dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pertanian, sistem perekonomiannya, dan sistem yang lainnya.
Sistem pertanian didorong oleh arahan Al-Qur’an yang tersirat dalam firman Allah ta’ala yang memerintahkan para hamba-Nya untuk berusaha di muka bumi, makan darinya, dan menikmati rezeki yang datang darinya (hasil bumi). Allah ta’ala berfirman,
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” [Quran Al-Mulk: 15]
Wallahua’lam bishshawab
Views: 0
Comment here