Parenting

Mendidik Anak Sesuai Zaman

blank
Bagikan di media sosialmu

Mendidik Anak Sesuai Zaman

“Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya, karena mereka tidak hidup di zamanmu,” (Ali bin Abi Thalib).

Empat remaja di Jawa Barat menjalani perawatan intensif di rumah sakit jiwa. Mereka diduga mengalami gangguan kejiwaan karena kecanduan gim daring. (m.jpnn.com, 16/3). Menurut data, RSJ Cisarua Jawa Barat, dalam sebulan menangani sekitar 11 hingga 12 pasien anak. Rentang usia 7-15 tahun. Total saat ini, ada ratusan anak yang ditangani. Mereka disebut mengalami kecanduan gawai. (health.detik.com, 16/10/2019).

Saat ini kita hidup di era digital. Perkembangan teknologi semakin pesat. Berbekal gawai, dengan mudah berselancar di dunia maya. Ibarat menjelajah dunia dalam satu sentuhan. Kebutuhan akan gawai dianggap primer. Kita dituntut selalu up to date dengan info kekinian.

Ini menjadi dalih orang tua membekali anak berbagai macam gawai. Dari yang biasa sampai mutakhir. Disesuaikan isi kantong masing-masing. Keberadaan gawai mulai menggeser peran orang tua. Anak-anak lebih senang berinteraksi dengan gawai. Seolah, mereka hidup di dunia yang berbeda.

Ternyata, kasus kecanduan gawai tidak bisa kita anggap remeh. Banyak anak menjadi korban. Mulai dari gangguan ringan hingga akut. Bahkan, korban gawai dikatakan mirip pecandu narkoba. Kasus ini bagaikan fenomena gunung es. Butuh penanganan serius dan menyeluruh.

Mendidik anak sesuai zaman, bukan berarti membiarkan mereka menjadi korban. Tenggelam dalam arus teknologi tanpa batas. Tapi, menyiapkan mereka menjadi generasi tangguh pengisi peradaban Islam. Tak gentar melawan gerusan zaman. Jelas ini bukan hal mudah. Diperlukan sinergi antara orang tua, masyarakat, dan negara.

Chaya Yuliatri, S.S.
(Aktivis dakwah & pegiat literasi)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 168

Comment here