Surat Pembaca

Meneladani Kepemimpinan Nabi Saw.

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com– Setiap memasuki bulan Rabiul Awal suasana kerinduan umat Muslim kepada sosok Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam (SAW) semakin terasa. Maulid Nabi muhammad saw diperingati.

Shalawat atas beliau bergema di pelosok kota dan desa. Tablig-tablig akbar banyak digelar. Semua itu semata-mata karena kebahagiaan dan kecintaan umat kepada Rasulullah saw. selain untuk mengingatkan umat akan kemuliaan beliau.

Rasulullah saw. adalah satu-satunya pribadi yang wajib diteladani dalam semua hal; sebagai ahli ibadah, sosok yang berakhlak mulia, suami yang lembut, ayah dan kakek teladan, panglima perang, juga sebagai kepala negara terbaik.

Di antara keteladanan Nabi saw. yang wajib ditiru adalah kepemimpinan beliau atas umat manusia. Rasulullah saw. bukan sekadar pemimpin spiritual tanpa kekuasaan, seperti Paus di Vatikan, tetapi juga kepala Negara Islam pertama. Rasulullah saw. menyusun Piagam Madinah. Beliau mengangkat para wali (gubernur) dan hakim.

Beliau memimpin dan mengirim pasukan serta mengangkat para komandan perang. Beliau mengatur perekonomian. Beliau pun mengirim para utusan untuk menyampaikan dakwah Islam ke berbagai kabilah, termasuk ke Kekaisaran Romawi dan Persia.

Rasulullah saw. adalah pemimpin negara yang sukses. Saat beliau wafat, luas kekuasaan Islam telah meliputi seluruh Jazirah Arab. Jumlah pengikutnya terus bertambah. Pengaruh agama Islam yang beliau bawa juga terus menyebar.

Tidak aneh jika kepemimpinan Rasulullah saw. mengundang pujian dari berbagai cendekiawan dan orientalis. Di antaranya dari Dr. Zuwaimer, orientalis Kanada, dalam bukunya, Timur dan Tradisinya.

Dia mengatakan, “Tidak diragukan lagi bahwa Muhammad adalah pemimpin agama terbesar. Bisa juga dikatakan bahwa dia adalah seorang reformis, mumpuni, fasih, pemberani dan pemikir yang agung.

Keadilan inilah yang menjamin tegaknya pemerintahan dan hukum di tengah masyarakat. Kepercayaan rakyat pada supremasi hukum menjadi kokoh karena pemerintah memberlakukan hukum kepada siapa saja yang bersalah tanpa kecuali. Bandingkan dengan kondisi sekarang yang dimana keadilan tumpul keatas dan tajam kebawah.

Nabi saw. juga memberikan pekerjaan untuk rakyatnya. Ibnu Majah meriwayatkan bahwa beliau pernah membantu seorang lelaki dengan cara menggadaikan barang-barang beliau sehingga terjual dua dirham.

Satu dirham digunakan untuk nafkah keluarga lelaki tersebut. Satu dirham lagi ia belikan kapak untuk mencari kayu sehingga ia bisa mendapatkan keuntungan sepuluh dirham untuknya.

Demikianlah kepemimpinan Rasulullah saw. yang seharusnya diteladani umat pada hari ini. Kepemimpinan beliau berdasarkan akidah Islam. Tidak lain untuk menegakkan hukum-hukum Allah dan menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia.

Bukan kepemimpinan sekuler yang mengabaikan hukum Islam dan tunduk pada konsep politik trias politica (demokrasi). Apalagi ternyata dipakai untuk keuntungan oligarki. Bukan untuk kemuliaan Islam dan umatnya.
Kepemimpinan Kapitalis hanya menguntungkan segelintir orang saja, dimana yang menjadi korban terbanyak adalah umat islam.

Harusnya umat islam bangun dan segera bangkit dengan kondisi ini, kondisi agama yang dijauhkan dari kehidupan, tentu ketika agama dijauhkan dari kehidupan umat islam akan mengalami kehancuran dalam segala aspek kehidupan.

Dan bukti kita cinta kepada Nabi Muhammad Saw adalah dengan cara memperjuangkan warisannya, yaitu memperjuangkan syariat secara kaffah.

Kita harus melibatkan diri dalam barisan perjuangan menegakkan kembali syariat secara kaffah (kepemimpinan syariat secara kaffah) itulah merupakan wujud kecintaan kita kepada Rosulullah Shalallahu Alaihi Wassalaam.

Wallahu’alam bishahawab

Siti Fatimah

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 12

Comment here