Oleh: Desi Wulan Sari, M.,Si. (Pengamat Publik dan Pegiat Litrerasi)
Wacana-edukasi.com — Negeri ini sedang menjerit, wabah virus Covid-19 yang tengah melanda membuat rakyat semakin terjepit. Imbas setiap lini kian terasa. Dunia kesehatan sedang sibuk bergulat mencari obat anti virus untuk wabah ini. Wabah yang datang tiba-tiba ini, membuat semua orang tidak siap dengan dampak yang melanda, baik dari sektor ekonomi, kesehatan, dan ketahanan pangan negeri.
Para tenaga kesehatan satu persatu mulai menjadi korban kematian akibat terpapar virus Covid-19 saat menangani pasien yang semakin hari semakin bertambah angkanya. Mengakibatkan biaya kesehatan ini semakin melonjak mahal. Pemerintah ikut ambil bagian dengan mensubsidi fasilitas kesehatan, namun terbatas angkanya. Sedangkan masyarakat lainnya harus bersusah payah mencari biaya pengobatan yang kian mahal.
Kesehatan yang semakin tidak terjangkau oleh rakyat dengan tingkat sosial menengah kebawah, karena mahalnya biaya rumah sakit dan fasilitas pengobatan Covid-19 yang terbatas itu. Seiring rakyat dikejutkan lagi dengan harga-harga bahan pokok yang semakin melambung tinggi. Seperti halnya tahu tempe yang semakin melambung harganya. Makanan yang menjadi menu murah meriah masyarakat sehari-hari semakin hilang di menu meja makan.
Apa pasal harga tahu tempe semakin mahal? Ternyata bahan baku pokok makanan itu yaitu kacang kedelai, harganya melonjak tinggi. Seperti halnya yang dialami sejumlah produsen atau perajin tahu-tempe di Kabupaten Pandeglang, Banten, saat ini tengah dipusingkan dengan meroketnya harga bahan baku kedelai. Demi roda usahanya tetap berjalan para perajin tahu-tempe melakukan sejumlah langkah. Salah satunya dengan menaikkan harga tahu dan tempe. Selain itu, ukuran tahu dan tempe dibuat lebih kecil.
“Caranya terpaksa harus begitu, mau bagaimana lagi kan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Kita juga harus menutup biaya produksi, belum lagi bayar karyawan,” kata salah satu pemilik produsen tahu-tempe di Kecamatan Saketi, Pandeglang, Banten ujar H. Ocid (detik.com, 6/1/2021).
Masalah kenaikan bahan pangan, sepertinya tidak terjadi hanya pada saat wabah ini mulai muncul, tetapi sebelum wabah ini ada, seringkali kenaikan bahan pokok pangan rakyat selalu mengalami kenaikan yang membuat resah rakyat. Penyebabnya adalah bahan pokok yang disediakan pemerintah adalah hasil impor besar-besaran negara, sehingga pemerintah tidak mampu mengontrol harga-harga di pasar akibat bea masuk impor yang tergantung pada harga kurs dollar dunia.
Itulah fakta yang ada saat ini, sudah menjadi rahasia umum, bahwa sistem kapitalis telah menyebabkan kesengsaraan rakyat. Semua bentuk pemenuhan kebutuhan dasar rakyat terus dibebankan oleh rakyat, sehingga kesulitan hidup yang dialami selalu tanpa solusi. Karena sistem kapitaliis diciptakan bukan untuk menyejahterakan rakyat, tetapi untuk terus memanfaatkan rakyat sebagai aset ekonomi para penguasa kapitalis demi keuntungan mereka semata.
Jika saja sistem Islam kembali mengatur dan memelihara negara dan rakyatnya secara kaffah, maka tujuan kemakmuran dan kemaslahatan umat akan tetap terjaga. Kebijakan impor dan beerbagai aturan investasi asing akan diatur sesuai syariat. Tidak akan ada pengerukan sumber daya alam sesuka hati para kapitalis asing untuk mengeruk keuntungan di negeri-negeri muslim. Maka, saatnya umat kembali kepada aturan hakiki, yaitu aturan Allah dengan memberikan amanah kepada pundak para khalifah untuk menjaga rakyatnya, agar hidup sejahtera di bawah naungan Islam kaffah rahmatan lil alaamiin. Wallahu a’lam bishawab
Views: 3
Comment here