Opini

Menyoal Minimnya Mitigasi Kekeringan

blank
Bagikan di media sosialmu

Belum adanya keseriusan dalam menangani masalah krisis air bersih, ini nampak dengan tingkat intensitas yang luas, pemerintah belum serius pada solusi langkah kebijakan-kebijakan hanya melakukan distribusi dan stok air bersih di daerah yang terdata terkena kekeringan. 

Oleh : Ermawati

wacana-edukasi.com, OPINI– Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat(PUPR) melalui Direktorat Jenderal(Ditjen) Sumber Daya Air terus melakukan langak-langkah antisipasi dan mitigasi terhadap dampak kekeringan pada musim kemarau 2023. Berdasarkan prediksi Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) musim kemarau tahun ini sudah mulai berlangsung sejak Maret denag titik puncak pada Agustus-September 2023. Pu.go.id (8/8/2023)

Musim kemarau selalu terjadi setiap tahun, kondisi ini menyebabkan krisis air bersih disetiap wilayah pula terjadi setiap tahunnya, prediksi yang di keluarkan oleh BMKG di perkirakan musim kemarau puncaknya akan terjadi pada terakhir bulan Agustus 2023 yang pemicunya fenomena El Nino dan kekeringan ini akan terjadi seperti tahun 2019.

Kepala BMKG memeprediksi El Nino sudah terjadi sejak Juli namun beberapa hari terakhir semakin menguat dari sebelumnya yang masih lemah. Kondisi ini akan berdampak pada kekeringan yang melanda lahan pertanian dan kesulitan air bersih, maka pemerintah harus antisipasi menyiapkan kondisi yang akan terjadi kedepannya.

Pengaruh Kekeringan

Kekeringan dinegeri ini dari beberapa bulan lalu sampai saat ini terjadi di banyak wilayah, pengaruhnya sampai pada kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kejadian ini tidak hanya menyebabkan karhutla di satu wilayah namun di beberapa wilayah di Indonesia seperti salah satunya yang terjadi di Kalimantan Selatan yang ini ada total 2.521 titik api yang menyebar dan sampai 205,5 hektare yang terbakar.

Banyak Masyarakat yang mengeluhkan pengaruh kekeringan yang semakin meluas, berimbas pada kesulitan mendapat air bersih sehingga hanya bisa dipenuhi dari air bersih yang dibantu pemerintah. Namun ada wilayah dari tahun ke tahun selalu kesulitan mendapatkan air bersih seperti daerah Pengasinan, Dusun Girimulya, Desa Binangun, Kota Banjar, Jawa Barat yang kesulitan mendapat air bersih bahkan air sumur juga tidak dapat di pakai untuk minum karena rasa yang asin, disana juga tidak ada air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Anom.

Musim kemarau juga melanda Jawa Timur walau belum masuk puncak muslim kemarau namun beberapa daerah mengalami kesulitan air bersih di 27 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 1.617 dusun, 844 desa/kelurahan dan 221 kecamatan diantaranya Banyuwangi, Jember, Probolinggo, Lumajang, Mojokerto, Madura dan sekitarnya. Diestimasi banyaknya penduduk yang terdampak dari kekeringan ini sebanyak 1.6664.433 jiwa atau 655.277 KK, namun tingkat kekeringan berbeda 500 kering kritis, 253 kering langka dan 91 desa kering terbatas. Hal yang sama terjadi di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Papua dan Maluku, cadangan air tanah disana terbatas.

Jawa Barat juga sama mengalami krisis air bersih di berbagai Kabupaten dan Kota sejak beberapa bulan lalu. Kekeringan ini berpengaruh kepada ketahanan pangan akibat kesulitan mendapat air untuk para petani, yang akhirnya harus menunggu musim hujan jika ingin bercocok tanam, karena saat ini stok air tidak memadai untuk pertanian, walau tingkat kemarau sedang namun pengaruhnya sangat terasa bagi para petani

Krisis Air bertambah Parah

Musim kemarau merupakan fenomena alam, sedikitnya Langkah antisipasi dan mitigasi menambah parah terhadap krisis air bersih, namun krisis yang selalu terulang tiap tahun ini menjadi masalah yang akut, hamper semua daerah mengalaminya baik pedesaan maupaun perkotaan sedangkan persediaan air diperkirakan akan berkurang setiap tahunya maka akan bertambah kesulitan penduduk dalam mendapatkan air bersih dan dalam pemenuhannya. Daerah yang ada PDAM bisa merasakan air bersih seperti di perkotaan namun yang tidak ada saluran PDAM kebanyakan di desa yang tidak bisa mendapatkan air bersih. Tercatat di data BPS pada 2021 menyatakan sebanyak 83.843 desa masih belum dapat layanan air minum bersih dari jumlah 47.915 kelurahan yang belum ada akses air.

Belum adanya keseriusan dalam menangani masalah krisis air bersih, ini nampak dengan tingkat intensitas yang luas, pemerintah belum serius pada solusi langkah kebijakan-kebijakan hanya melakukan distribusi dan stok air bersih di daerah yang terdata terkena kekeringan, tidak adanya alokasi dana untuk masalah pembangunan penampung air bersih saat musim hujan, yang ternyata ini juga tidak menyelesaikan persoalan.

Pangkal Persoalan

Negeri yang subur akan sumberdaya alamnya terdapat banyak air tawar yang melimpah, maka dalam pemanfaatan SDA ini dibutuhkan pengelolaan yang benar juga pembangunan infrastruktur yang baik, namun di sistem negeri ini yang ternyata pengelolaan nya buruk dalam sumber daya air dan lainnya, sekuler kapitalisme yang selalu mengedepankan untung rugi, sehingga air dijadikan bisnis yang di kelola sembarang orang untuk meraup untung, Masyarakat harus membeli air dengan harga mahal. Negara tidak bertanggung jawab secara langsung hanya menjadi regulator saja.

Dalam Kapitalisme proses pengaturan air bersih tidak merata, bagi yang punya uang boleh merasakan air bersih sedangkan untuk menengah kebawah kesulitan mendapatkannya. Jelas Kapitalisme menyebabkan tambah krisis air bersih.

Solusi Islam

Hanya satu solusi yang bisa diharapkan rakyat yaitu yang Syariat Islam. Islam adalah pandangan hidup yang punya pengaturan sempurna terhadap aspek kehidupan, kebijakan politik dan ekonominya juga diatur didalam Islam, negara sebagai pengurus urusan umat dan pelindung.

Maka negara bertugas memenuhi seluruh kebutuhan dasar umat sebab air merupakan SDA yang dibutuhkan banyak orang. Sabda Nabi saw, “kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air,dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Dalam Islam air tidak boleh di kuasai individu namu harus dikelola negara untuk kemaslahatan umat. Mulai dari produksi sampai pendistribusian air akan di kelola dengan sebaik-baiknya sampai tidak ada yang kekurangan pasokan air bersih. Pengelolaan ini tidak untuk bisnis namun untuk kepentingan umat.

Solusi Islam akan mengatasi Krisis air dan bencana kekeringan, solusi ini hanya bisa diwujudkan dengan penerapan Syariat Islam menyeluruh dalam bentuk negara sehingga umat akan Sejahtera. Wallahua’lam bis showab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 21

Comment here