Oleh : Lathifah Masniary Lubis (Pontianak-Kalbar)
wacana-edukasi.com, Surat Pembaca– Belum usai kekhawatiran masyarakat kapan Virus Covid-19 ini berakhir, masyarakat kembali dibuat gusar dengan munculnya varian baru yang dipastikan sudah masuk ke Indonesia. Seiring dengan naiknya kasus Covid-19, khususnya di Singapura dan India, Kementerian Kesehatan RI meminta masyarakat agar aktif kembali memakai masker dan menjalani hidup sehat untuk mencegah potensi lonjakan kasus terutama pada golongan lanjut usia dan kelompok yang belum melakukan vaksinasi Covid-19.
Kenaikan Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir dipicu oleh varian baru sub varian Arcturus atau XBB 1.16 yang sangat menular. Sejumlah gejala dari varian ini antara lain kasus konjungtivitis (mata merah) terutama pada anak-anak, Demam atau menggigil, Batuk, Sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare (https://www.kalbarnews.co.id/2023/04/kemenkes-ri-minta-masyarakat-waspadai.html)
Sepuluh provinsi dengan kasus konfirmasi tinggi kemarin adalah DKI (lokal 491, Pelaku Perjalanan Luar Negeri atau PPLN 19), Jabar (lokal 200, PPLN 0), Jatim (lokal 147, PPLN 0), Jateng (lokal 99, PPLN 1), Banten (lokal 86, PPLN 0), DIY (lokal 41, PPLN 0), Bali (lokal 10, PPLN 0), Sulsel (lokal 10, PPLN 0), Lampung (lokal 6, PPLN 0), Sumsel (lokal 5, PPLN 0).
Sementara bisa kita lihat, penjagaan justru makin longgar. Masyarakat juga sepertinya sudah menganggap sepele. Kesiapan negara untuk menangani covid sangat dibutuhkan, bukan hanya peringatan kewaspadaan namun juga pada penanganan dan hal terkait lainnya.
Negara harusnya memberi perlindungan yang optimal terhadap rakyatnya. Perlindungan tersebut tercermin dari kebijakannya. Pemerintah begitu semrawut menangani pandemi ini. Segala kebijakan negara pengadopsi sistem kapitalisme selalu berorientasi materi, termasuk dalam hal penanganan pandemi. Penentu kebijakan adalah aspek ekonomi, berdasarkan perhitungan untung rugi. Masalah keselamatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat dikesampingkan.
Dalam Islam, ketika suatu wabah terdengar maka negara bergerak cepat menerapkan lockdown. Wilayah yang tidak terdampak menjalankan roda kehidupan seperti biasa. Sedangkan di wilayah yang dilockdown, negara memberikan jaminan pangan dan layanan kesehatan secara optimal dan gratis. Penguasa, praktisi kesehatan, para ilmuan dan seluruh rakyat bersinergi, bahu membahu mengatasi wabah. Mereka dilandaskan pada kesadaran yang sama. Mereka bergerak dengan kompak, ikhlas dan sungguh-sungguh mengharap rida Allah. Dengan begitu, persoalan pandemi akan segera tuntas. Wallahu’alam bishowab.
Views: 8
Comment here