Surat Pembaca

Menyoal Tasyakuran dan Doa Lintas Agama

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Pada Kamis (16/1), dalam rangka Hari Amal Bakti Kementerian Agama Ke-79 di KUA Ilir Timur Satu Palembang, mengadakan tasyakuran dan doa lintas agama. Dalam kegiatan ini hadir langsung Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Kabid Pakis) mewakili Kakanwil Kemenag Sumsel, Plt. Kakankemenag, Camat, Polsek, Danramil, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kanwil Kemenag Sumsel, Ketua DWP KUA Ilir Timur Satu, Pemuka Agama dan Perwakilan Umat Beragama.

H. Zulfikar Ali Fajri, S.Ag, M.Si Kepala KUA Ilir Timur Satu Palembang mengatakan bahwa, Kemenag mengayomi semua agama dan semua agama harus merasa memiliki Kemenag. Potensi keragaman agama ada di Kecamatan Ilir Timur, karena semua agama ada dan para pemuka agama di harapkan memanjatkan do’a sesuai keyakinan masing-masing guna mendoakan Kementerian Agama dan Kerukunan Umat Beragama. Acara ini pun ditutup dengan pemotongan tumpeng.

Sungguh, gentolnya arus negara dalam menyukseskan keharmonisan antarumat beragama perlu dipertanyakan. Pasalnya, intoleransi disebut sebagai permasalahan negeri ini. Seolah-olah keberadaan membangun toleransi dan mewujudkan moderasi beragama diambil sebagai solusinya.

Gagasan moderasi beragama sejatinya bertujuan untuk memasukkan ide atau cara pandang baru tentang Islam. Mencampuradukkan semua agama dianggap sebagai toleransi. Termasuk dalam hal ini adanya doa lintas agama, atau yang sebelumnya yakni adanya salam lintas agama. Padahal, kerukunan umat beragama tidak akan terwujud dengan moderasi beragama.

Adanya doa lintas agama merupakan wujud toleransi kebablasan. Sebab, doa lintas agama muncul dari peradaban Barat yakni sinkretisme (pencampl
uran akidah berbagai agama) yang lahir dari plularisme.

Sementara Islam, mengharamkan pluralisme. Karena di dalam Islam jelas bahwa agama yang benar di sisi Allah Swt. adalah Islam. Allah Swt. tegas berfirman,

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sungguh agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (TQS Ali Imran [3]: 19).

Allah Swt. juga berfirman,

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Siapa saja yang mencari agama selain Islam sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari dirinya dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (TQS Ali Imran [3]: 85)

Pembeda antara yang hak dan batil amatlah jelas. Janganlah mempersarukan antara keimanan dan kekufuran.

Sementara itu, wujud toleransi di dalam Islam amatlah jelas yakni membiarkan umat di luar Islam menjalankan akidah sesuai keyakinannya. Termasuk juga, Islam menjunjung tinggi keadilan bagi pemeluk-pemeluk agama. Oleh karena itu, upanya menggabungkan doa lintas agama ini bukanlah wujud toleransi yang sebenarnya. Justru ini membuahkan toleransi kebablasan.

Ismawati
Palembang, Sumsel.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here