Oleh: Annisa Nur Istiqomah (Aktivis Dakwah Kampus)
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Sudah dua ratus hari lebih, sejak Oktober 2023 lalu mengundang kepedihan dan derita yang tiada meredanya bagi warga Gaza akibat respon brutal Israel atas serangan Toofan Al-Aqsa Hamas. Meskipun pada hakikatnya, derita itu terjadi sejak pendudukan Israel di Palestina berpuluh-puluh tahun lamanya, yaitu tahun 1948 hingga saat ini. Sedangkan, beberapa hari yang lalu, tanggal 6 Mei 2024, Israel tetap melancarkan serangan rudal ke daerah ujung selatan Gaza, yakni Rafah (BBC News, 7/5/2024). Rafah merupakan wilayah yang menampung populasi hingga 1,4 juta orang, bahkan banyak warga Gaza yang mengungsi disana. Sedangkan, Hamas baru saja menyetujui adanya genjatan senjata dengan Israel dan pembebasan sandera, tetapi pemerintah Israel tetap melakukan penyerangan meskipun tidak mendapatkan persetujuan dari Amerika Serikat.
Serangan demi serangan yang terus menimpa wilayah Gaza di Palestina dan telah membunuh hingga lebih dari 34.700 warga Gaza, memicu kemarahan masyarakat dunia sebab kebrutalan Israel yang tiada hentinya. Baru-baru ini ribuan mahasiswa di negara-negara Eropa, Asia hingga Amerika Serikat menggelar aksi demonstrasi di berbagai kampus ternama dunia untuk mengecam Israel dan menyuarakan dukungan kemerdekaan bagi Palestina. Para mahasiwa juga menuntut pemerintah dan pihak kampus untuk melakukan tindakan atas serangan yang dilakukan Israel kepada Palestina. Di Amerika Serikat setidaknya terdapat 35 kampus termasuk kampus bergengsi Universitas Columbia; 7 kampus kampus di Australia, seperti Universitas Queensland; beberapa kampus di Prancis, seperti Universitas PO dan Sorbonne, serta aksi yang dilakukan oleh ribuan warga Yaman dan kelompok Houthi yang mengancam akan memperluas kampanye mereka dengan menargetkan kapal-kapal yang melakukan perjalanan ke Israel (CNBC Indonesia, 4/5/2024).
Namun, hal yang disayangkan bahwa kampus luar negeri lebih dulu masif dibandingkan kampus-kampus di negeri muslim. Menyambung apa yang dilakukan oleh kampus-kampus ternama dunia, 172 kampus Muhammadiyah di Indonesia serentak mengadakan aksi bela Palestina (Viva.co, 7/5/2024). Seharusnya mahasiswa-mahasiswa di negeri-negeri muslim menjadi inisiator pergerakan atas sikap diamnya para para pemimpin dunia terhadap genosida yang dilakukan Israel. Meskipun demikian, hal ini menggambarkan secara jelas bahwa keresahan akan timbul bagi siapapun yang masih memiliki fitrah kemanusiaan, terlepas mereka muslim ataupun non-muslim.
Peristiwa yang terjadi di Palestina, khususnya wilayah Gaza saat ini, menempatkan Islam sebagai perhatian dunia dan memperlihatkan kekokohan iman seorang muslim yang berkorelasi menghasilkan kekuatan jiwa di tengah kondisi yang tertekan sekalipun. Hal tersebut yang dirasakan oleh masyarakat non-muslim Eropa untuk memutuskan masuk Islam, dan bahkan perkembangannya hingga mencapai 400%. Fenomena ini menunjukkan geliat umat Islam yang semakin berkembang pesat untuk mewujudkan peradaban Islam yang didasari kekokohan iman.
Dengan demikian, persatuan seluruh umat Islam amat dibutuhkan demi terciptanya kekuatan besar untuk membebaskan kaum muslimin di Palestina. Hanya dengan membebaskan pemikiran umat dari penyakit-penyakit sekuler dan liberal yang menjajah pemikiran umat Islam hari ini serta mencabut hingga ke akar-akarnya. Urgensi persatuan umat harus terus tersampaikan pada setiap diskusi dan kesempatan untuk dapat mewujudkan perisai umat dibawah kepemimpinan Daulah Islamiyyah.
Views: 12
Comment here