Oleh Aisyah Yusuf (Pendidik generasi dan Aktivis Subang)
wacana-edukasi.com — Katamu negeriku merdeka, nyatanya masih banyak cukong yang merongrong
Katamu negeriku merdeka, nyatanya hutang kian melambung
Katamu negeriku merdeka, nyatanya masih banyak rakyat kelaparan, dan pengangguran pun kian bertebaran
Katamu Negeriku merdeka, nyatanya apapun dikenai pajak
Katamu Negeriku merdeka, nyatanya masih banyak anak negeri yang tak mengenyam pendidikan
Katamu negeriku merdeka, nyatanya negeriku masih terjajah. Dijajah dari segi pemikiran, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan …
Tujuh puluh enam tahun sudah negeri ini merdeka, merdeka dari serangan fisik
Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan lama pada saat merayakan hari kemerdekaan selalu diawali dengan aktivitas upacara. Namun ada yang berbeda pada hari kemerdekaan saat ini, sudah dua tahun ini hari kemerdekaan dibersamai dengan adanya COVID -19.
Oleh karenanya, tema kemerdekaan saat inipun sedikit berbeda.
Yakni mengusung tema ‘Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh’. Ada pesan optimisme di balik tema tersebut.
“Indonesia Tangguh menghadapi berbagai krisis yang selama ini menempa,” kata Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono lewat pesan singkat, Kamis (17/6/2021). Seperti diketahui, berbagai krisis telah menimpa Indonesia mulai dari krisis 1998 hingga pandemi COVID-19. Namun Indonesia harus tetap tumbuh dan bangkit.
Ujarnya (news.detik.com 17/06/2021)
Benarkah negeri ini sudah merdeka? Jika kita baca ulang tulisan diatas, maka akan kita dapatkan ternyata negeri ini belumlah merdeka, sebab merdeka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna: Bebas, bebas dari belenggu, penjajahan dan sebagainya. Tidak terkena, atau lepas dari berbagai tuntutan. Tidak terikat, tidak bergantung pada pihak atau orang tertentu (Bobo.id)
Ya, secara fisik saat ini kita memang sudah merdeka, tidak ada lagi pertempuran antara bambu runcing melawan senapan ataupun bombardir, namun penjajahan saat ini sangatlah soft (lembut). Misalnya saja,
penjajahan dalam bidang ekonomi dikatakan investor asing, padahal secara tidak langsung sumber daya alam kita diserahkan kepada asing. Penjajahan dalam pendidikan dikenal dengan pertukaran para pelajar, padahal secara tidak langsung setiap pelajar yang bersekolah keluar negeri dicuci otaknya dengan dimasuki paham-paham sekuler, yang menjauhkan dari Agamanya (Islam),
dan masih banyak lagi. Di bidang politik, budaya, dan hukum pun senantiasa di bawah komando asing.
Oleh karenanya, kemerdekaan hakiki itu harus masih diperjuangkan.
Karena kemerdekaan hakiki itu terbebas dari segala belenggu asing dan tunduk sepenuhnya terhadap seluruh perintah dan larangan Allah.
Sebagaimana diungkapkan oleh Cendikiawan Muslim, Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam diskusi FGD edisi ke-30 yang diadakan oleh PKAD (Pusat Kajian Dan Analisis Data) di kanal YouTube PKAD, Sabtu (14/8/2021) “Kemerdekaan hakiki dalam pandangan Islam adalah seseorang, atau sebuah masyarakat negara baru bisa dikatakan merdeka secara hakiki, ketika ia bisa tunduk sepenuhnya kepada seluruh perintah dan larangan Allah, serta melepaskan diri dari belenggu sistem yang bertentangan dengan tauhid seraya menegakkan hukum Islam,” jelasnya (News.visimuslim.org 17/8/2021)
Dengan demikian, untuk mewujudkan kemerdekaan hakiki tersebut haruslah dengan merubah pemikiran terlebih dahulu, karena dengan pemikiran akan menghantarkan pada pemahaman, dan dari pemahaman akan merubah tingkah laku. Maka dari sini akan muncullah sebuah kebangkitan yakni kemerdekaan yang hakiki.
Wallahu a’lam bishshowab.
Views: 24
Comment here