Opini

Mewujudkan Takwa Tidak Sekadar di Bulan Ramadhan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ana Mujianah

wacana-edukasi.com, Tak terasa, Ramadan 1442H/ 2021M tinggal menghitung hari. Umat Islam di seluruh dunia mulai bersiap menyambut datangnya bulan yang istimewa ini. Bulan penuh berkah dimana Allah SWT melipatgandakan pahala setiap amal ibadah yang dikerjakan. Sebulan penuh menahan lapar dan dahaga pun tak terasa karena besarnya balasan yang Allah SWT janjikan.

Tidak hanya umat Islam secara umum, antusiasme menyambut bulan suci Ramadan itu ternyata juga datang dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Dalam rangka meningkatkan kekhusyukan menjalankan ibadah, KPI menerbitkan Surat Edaran Nomor 2/2021 tentang Pelaksanaan Siaran Pada Bulan Ramadan. Tertuang dalam surat edaran itu aturan terhadap lembaga penyiaran televisi terkait konten-konten dalam siarannya selama bulan Ramadan.

Untuk itu KPI melarang televisi menampilkan muatan yang mengandung lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), hedonistik, mistik/horor/suprantural, praktik hipnotis dan sejenisnya, mengeksploitasi konflik dan privasi seseorang serta muatan lain yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan kesopanan. Ketua KPI, Agung Suprio, mengatakan maksud dan tujuan surat edaran ini adalah untuk menghormati nilai-nilai agama dalam pelaksanaan ibadah di bulan Ramadan (DeskJabar, 24/3/2021).

Imbauan dari KPI dengan diterbitkannya surat edaran itu sangat patut diapresiasi. Setidaknya selama bulan Ramadan, umat Islam tidak terganggu dengan tayangan-tayangan yang bertentangan dengan ajaran Islam yang bisa mengganggu kekhusyukan ibadah puasa. Harapannya, tentu saja untuk mewujudkan tujuan puasa yaitu menjadikan muslim yang bertakwa, bisa tercapai.

Sulitnya Mewujudkan Takwa dalam Sistem Sekuler

Namun, ada hal yang sangat disayangkan. Pengaturan konten tayangan televisi itu hanya berlaku selama bulan Ramadan saja. Padahal, pengaturan itu sebenarnya juga dibutuhkan di luar Ramadan. Karena, menjadi muslim yang bertakwa tidak hanya ketika bulan Ramadan saja. Akan tetapi menjadi hamba yang bertakwa yaitu menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya diwajibkan kepada umat Islam dalam setiap detik kehidupannya.

Maka, yang dibutuhkan umat ini sejatinya adalah perangkat atau sistem yang bisa mewujudkan ketakwaan bagi setiap individu di sepanjang bulan tidak hanya di bulan Ramadan. Sistem ini tentunya harus sejalan dengan tujuan tersebut yaitu membentuk pribadi muslim yang bertakwa. Karena, jika sistemnya berlawanan maka tujuan takwa tadi tidak akan bisa tercapai.

Dari sini kita pun bisa melihat. Bahwa memilah-milah aturan, mana yang pas diambil, ketika tidak sesuai keinginan maka ditinggalkan, sejatinya merupakan ciri sistem sekuler. Dalam sistem sekuler tujuan utama yang ingin diraih hanyalah manfaat semata. Maka, keberadaan agama pun tidak lepas dari sekadar nilai manfaat. Hal inilah yang kemudian menjadikan aturan ditetapkan sesukanya. Alhasil, mewujudkan ketakwaan dalam sistem sekuler menjadi jauh panggang dari api.

Sistem Islam Mewujudkan Takwa Sepanjang Bulan

Ketakwaan sejatinya tidak akan terwujud secara instan. Butuh aturan untuk mengkondisikannya. Dalam sistem Islam, aturan diterapkan bukan untuk mengejar manfaat tapi dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT. Maka, setiap bentuk pelanggaran terhadap syariat seperti LGBT, pornografi, pornoaksi, gosip, dan hal-hal berbau mistik yang bisa merusak aqidah diatur dengan tegas tidak hanya di bulan Ramadan, tapi berlaku di sepanjang bulan.

Islam juga memberikan sangsi tegas bagi yang melanggar. Pelaksanaan sangsi ini berlaku adil untuk semua kalangan, tidak terkecuali Khalifah dan pejabat negara yang lain. Sehingga sangsi tersebut benar-benar memberikan efek jera tidak hanya terhadap pelaku tapi juga masyarakat secara umum. Dengan demikian, mereka akan berpikir ulang untuk mengulangi perbuatannya lagi.

Adapun di bulan Ramadan, suasana yang dibangun dalam Islam adalah semangat meningkatkan amal ibadah. Ketika masuk bulan Ramadan, para Khalifah akan berkhotbah di hadapan masyarakat, mengajak mereka meningkatkan amal saleh. Memperbanyak sedekah, mengkhatamkan Al-Qur’an, mendirikan qiyamul lail, berburu lailatul qadar dengan memperbanyak zikir dan taqarrub kepada Allah, mengeluarkan zakat fitrah dan menghidupkan malam Idulfitri.

Hal itu sebagaimana yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Ketika masuk malam pertama bulan Ramadan, Umar ra segera salat Maghrib dan berkhutbah di hadapan masyarakat (Mushannaf ‘Abdur Razaq).

Suasana takwa yang dibangun di bulan-bulan selain Ramadan, membuat kaum muslimin semakin semangat menyambut Ramadan. Sehingga, meskipun perut lapar, hal itu tidak menjadikan alasan bagi kaum muslimin untuk bermalas-malasan. Walaupun tidurnya orang yang berpuasa bisa bernilai ibadah.

Suasana keimanan dan ketaqwaan itu akan bisa kita rasakan, hanya ketika Islam diterapkan sebagai pengatur dalam kehidupan. Maka, menjadi tugas kita bersama saat ini, seluruh kaum muslimin, untuk mewujudkan kembalinya Islam dalam sistem yang sesuai yaitu sistem Khilafah Islamiyyah. Karena, sepert itulah yamg pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para Khulafaur Rasyidin setelahnya.

Wallahu’alam bish shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here