Oleh : Isma Kim
Wacana-edukasi.com — Wah enak ya jadi artis terkenal, punya banyak fans. Punya banyak duit, saban hari bisa belanja apa aja yang dimau. Kemana-mana ada yang jagain, selalu diperhatiin, de el el. Ga heran sih, saat ini pemandangan seperti itu lumrah didambakan hampir semua orang. Wa bil khusus millenials yang katanya sedang dalam masa mencari jati diri. Jangankan jadi artis, ketika posting foto di sosial media kita lalu banyak yang memberikan like dan komen saja senangnya bukan kepalang. Ya nggak? Tapi.. jika postingan sepi jempol dan komentar auto mendadak galau dan pusing tujuh hari tujuh malam.
Emang salah ya? Sebenarnya sih enggak gaes. Sudah menjadi fitrah (alamiah) seseorang merasa senang ketika dipuji. Rasa senang, sedih, pengen terkenal, pengen dipuji bahkan ngebet banget hits sampe jadi artis adalah salah satu wujud dari naluri yang dianugrahkan Allah Swt. kepada kita. Naluri ini disebut dengan Gharizatul Baqa (Naluri mempertahankan diri). Wajar bila rasa-rasa demikian muncul dalam diri kita.
Hanya saja, penting diingat gaes untuk memenuhi naluri ini, Allah Swt tidak memberikan kebebasan bagi manusia untuk mengekspresikannya. Karena ada aturan Allah Swt yang memberi rambu-rambu bagi manusia untuk beraktivitas, termasuk memenuhi naluri baqa tadi gaes. Kalau sampai ga ada batasan, apa jadinya generasi hari ini? Akan terjerumus kedalam aktivitas yang justru membawanya pada kemaksiatan. Naudzubillah!
Apalagi saat ini di alam sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Seperti contohnya “mau ceramah di masjid aja deh!” seolah-olah kalau bukan dimasjid ga boleh bawa agama. Nah itu artinya sekularisme sudah merasuk ke jiwa-jiwa masyarakat hari ini. Alhasil, agama hanya dijadikan sebagai aturan yang mengatur ibadah saja, sementara dalam beramal atau beraktivitas kita bisa membuat aturan dengan kehendak sendiri. Istilahnya tuh halal dan haram ga ada dalam kamus hidupnya.
Ngeri kan gaes, padahal sebagai seorang muslim kita seharusnya sadar siapa yang menciptakan kita, tentu Allah Swt. Sebagai pencipta Allah Swt. juga sebagai pengatur. Untuk itu, hidup kita jadi ga asal-asalan gaes. Karena semua perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana firman Allah Swt. “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (TQS. Al-Isra’:36).
Nah, kembali ke permasalahan pengen ngartis tadi sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya saja, yang perlu digaris bawahi adalah dalam hal apa kita ingin terkenal dan menjadi idola. Pengen dipuja bak penyanyi terkenal? Pengen mendulang popularitas bak selebritis hits supaya punya banyak duit? Hehehe.. nampaknya jika yang menjadi tujuan hanya itu usirlah jauh-jauh ya gaes. Hidup di dunia ini hanya sementara dan tempat kembali kita yang abadi hanya ada dua pilihan yakni surga dan neraka. Jadi, apa gunanya jika hidup kita hanya dihabiskan untuk sekadar mendapatkan materi saja?
Lihatlah potret selebritis yang banyak digandrungi. Banyak yang unjuk kekayaan, pacaran, bikin konten unfaedah, joget-joget ala-ala aplikasi yang sedang hits bahkan tak jarang yang rela alih peran laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya. Duh ngeri ya gaes! Demi materi rela melakukan hal demikian sampai-sampai rela berbuat dosa. Seperti itulah virus liberalisme yang menjadikan manusia bisa bebas sebebas-bebasnya tanpa aturan. Apalagi jika pelakunya adalah seorang muslim, wahh rugi ya gaes bisa jauh dari cahaya Islam.
Sejatinya Rasulullah Saw. telah mengingatkan kepada kita : “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, yang ditanyai tentang lima perkara, yaitu : tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya darimana ia mendapatkan dan kemana dibelanjakan, serta bagaimana ia mengamalkan ilmu yang dipunya.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2416)
Menohok hati banget kan gaes hadist ini, menjadi pengingat bagaimana harusnya kita beramal dan beraktivitas. Silakan menjadi idola tapi dalam kacamata Islam, yang senantiasa berjuang untuk kejayaan Islam. Menjadi generasi yang menghabiskan waktunya beramal / beraktivitas untuk meraih surga-Nya. Silakan jika ingin kaya harta, tapi jadikan itu sesuatu yang dapat membawamu ke surga. Ingatlah kenikmatan di dunia hanya sesaat, sedangkan yang kekal ada di akhirat kelak.
Rasulullah Saw. bersabda : “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ini (perawinya bernama Yahya menunjuk jari telunjuk) ke lauan, lalu hendaklah ia perhatikan apa yang didapat pada jari tangannya.” (HR. Muslim, no.2858).
Wallahu a’lam bishowab.
Views: 2
Comment here