Oleh : Irma Legendasari
wacana-edukasi.com– “Sebaik- baiknya manusia adalah mereka yang memanusiakan manusia.” Sebuah kalimat yang diungkapkan oleh Millen Cyrus di sesi final question 3 besar pada saat ajang pemilihan miss queen 2021 di Bali. Keponakan Ashanty itu berhasil menyabet juara satu Miss Queen Indonesia 2021. Ia berhasil mengalahkan 17 kontestan lainnya, dan harus bersiap untuk bertanding ke Thailand dalam tingkat internasional. Ajang tersebut merupakan kontes untuk para transgender (celebrity.okezone.com. 01/10/2021). Ajang ini diselenggarakan untuk menumbuhkan kesadaran hak transgender di kalangan masyarakat internasional, penggalangan dana yang akan disumbangkan ke yayasan AIDS Kerajaan Thai, membangun persahabatan, sikap sportif dan bertukar ide antar komunitas LGBT internasional (wikipedia.org)
Ajang ini pun tak ayal menjadi sebuah kontroversi di kalangan warga. Pro dan kontra masih terus bergulir. Dengan mayoritas warga Indonesia sebagai muslim, hal ini harusnya menjadi sebuah malapetaka. Hanya saja, kaum minoritas ini mampu menggaungkan ide-idenya, dengan alasan bahwa mereka pun juga manusia, yang mempunyai kebebasan dan hak yang sama dengan manusia pada umumnya, dan ini bukan merupakan tindakan kriminal. Alasan kesetaraan dan hak asasi manusia senantiasa digembar – gemborkan oleh mereka. Wajar, jika kaum ini semakin leluasa melakukan misinya sehingga pengikutnya pun semakin bertambah.
Unggahan pidato Kanza Vina seorang waria yang mewakili dalam Forum LGBTIQ dalam ajang Tasrif Award yang dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat itu. Ini pun, seolah- olah menguatkan mereka, bahwa keberadaan mereka didukung, dilindungi serta diakui oleh negara (Liputan6.com. 17/10/2018). Seharusnya, negara mempunyai kekuasaan yang mutlak untuk mengusut tuntas permasalahan ini, tetapi negara justru memberikan rasa simpati dan empati kepada kaum ini. Dengan dalih bahwa negara ini adalah negara demokrasi, yang menjunjung tinggi kebebasan, salah satunya kebebasan berperilaku, termasuk tindakan lesbian, gay, biseksual dan transgender (L98T).
LGBT lahir dari faham sekuler liberalisme yang menuhankan kebebasan tanpa didasari oleh landasan nilai- nilai agama didalamnya. LGBT tidak sesuai fitrah manusia, bukan takdir apalagi kodrat. Ini adalah perbuatan yang menyimpang dan melanggar hukum Allah. Allah tidak segan -segan mengabadikan perbuatan kaum sodom dalam Al-Quran. Nabi Luth mendapatkan perintah dari Allah untuk mendatangi daerah Sodom. Kaum Sodom dihuni oleh orang-orang tercela yang jauh dari ajaran Allah SWT. Dalam surat Al Araf ayat 80 yang artinya “Dan (kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, ” Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini)., dan Al Ankabut ayat 30 yang artinya ” Dia (Luth) berdoa, ” Ya, Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas golongan yang berbuat kerusakan itu.” Allah telah menetapkan berbagai sanksi hukum terhadap para pelakunya, baik hukum cambuk, rajam ataupun dijatuhkan dari gedung yang tertinggi, ini adalah sanksi yang keras agar menimbulkan efek jera bagi pelakunya.
Islam memandang manusia sebagai makhluk sempurna, yang mempunyai potensi akal untuk berfikir untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri. Untuk memenuhi naluri nau yaitu melestarikan keturunan dan menyalurkan syahwatnya, Islam mempunyai solusi dengan menghalalkan pernikahan antara laki-laki dan perempuan. Mengharamkan perzinahan dan penyimpangan L98T.
Oleh karena itu, tak heran zaman sekarang banyaknya bencana dan kerusakan di muka bumi ini adalah akibat ulah dan dosa manusia. Agar kita semua bisa selamat, kita harus kembali ke jalan Allah dengan menerapkan aturan Islam dengan sempurna dan paripurna.
Maka, sebaik-baik nya manusia adalah manusia yang mau taat dan menerapkan aturan Allah secara totalitas.
Wallahu ‘alam bishowab
Views: 14
Comment here