Opini

Moderasi Agama Lewat Mapel SKI

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Naning Prasdawati, S.Kep., NS

Akhir bulan lalu, tepatnya 25 Februari 2021, dalam acara Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Kebudayaan Islam MA/MAK, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Muhamamd Zain, mengajak guru yang mengampu mata pelajaran (mapel) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) untuk menyampaikan materi sejarah secara komprehensif dan utuh kepada para siswa. Sehingga tercapai goal yang diharapkan yakni terbentuknya generasi yang menjadi agen-agen islam moderat. Dimana definisi moderat menurut beliau adalah mempraktekkan islam sebagai agama yang inklusif, terbuka dan toleran (http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detil&id=11872#.YE7kammyQwB).

Sebenarnya upaya moderasi beragama ini bukan suatu hal yang baru. Akhir tahun 2019 kemarin, kemenag juga mengeluarkan kebijakan yang kontroversial, yaitu tentang konten bab khilafah dan jihad yang awalnya tercantum di mapel fiqih dipindah ke mapel sejarah (cnnindonesia, 2019). Belum lagi yang masih hangat dibenak publik, diperbolehkannya guru non-muslim mengajar di madrasah (jpnn, 2021).

Pemerintah berdalih bahwa dengan adanya moderasi beragama, akan mampu mewujudkan kesatuan dan mencegah perpecahan bangsa. Berbagai literatur yang tampak islami dan valid mereka sampaikan sebagai pembenaran hipotesanya yang menyatakan bahwa sejarah kejayaan islam lahir dari peradaban yang inklusif.

Bukan hal yang mengherankan memang, dalam sistem pemerintahan yang menjadikan hawa nafsu manusia sebagai sumber lahirnya peraturan, muncul hal-hal yang kontradiktif. Di satu sisi mereka mengagungkan kebebasan, di sisi lain justru menjegal kebebasan tersebut ketika mengancam hagemoni mereka.

Munculnya kesadaran umat terhadap akar masalah dari semua problematika yang ada, tidak terkecuali di bidang pendidikan yang telah nyata gagal mewujudkan visinya untuk mencetak generasi cemerlang. Ditambah mulai bangkitnya semangat umat untuk kembali kepada Islam kafah, telah cukup menggentarkan musuh-musuh Islam hingga mereka berupaya untuk mengaborsi perjuangan ini.
Sebab, ketika umat memahami sejarah kejayaan Islam seutuhnya melalui penerapan Islam kafah, dakwah, dan jihad, maka maknanya adalah lonceng kematian bagi peradaban barat.

Tumbuhnya ghiroh dan kesadaran umat untuk kembali kepada Islam kafah merupakan ancaman telak bagi barat, membahayakan ide-ide kapitalisme sekuler yang selama ini sekuat tenaga mereka cekokkan kepada generasi-generasi muslim.

Jangan sampai kaum muslim terjebak dengan narasi-narasi opini yang terus mereka dengungkan. Kita harus paham bahwa ide moderasi Islam adalah satu dari sekian banyak cara yang mereka gunakan untuk memerangi Islam ideologis. Karena tidak bisa dimungkiri, sebagaimana sejarah yang sudah-sudah, sektor pendidikan berikut seperangkat kurikulumnya memberikan pengaruh besar bagi bangkit dan mundurnya peradaban sebuah bangsa. Jadi, memang ini bukanlah sesuatu hal yang baru. Maka, sejatinya ini membuktikan bahwa barat telah kehabisan cara untuk meredam perjuangan ini. Sungguh jauh sebelum ini Allah telah mengabarkan kepada kita dalam firman-Nyaĺ:

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai.” (QS. At Taubah : 32)

Jelas sudah bahwasannya gagasan moderasi Islam merupakan pesanan dari musuh-musuh Islam untuk memperlemah umat. Maka umat harus selalu waspada, jangan terjebak dengan rancangan sistematis mereka yang justru semakin menjauhkan kita dari kebangkitan. Yakinlah bahwa Allah tak pernah salah menyematkan gelar khoiru ummah kepada kita,

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Ali Imran: 110)

Maka, tidak ada cara lain untuk meraih kemuliaan dan menjadi umat terbaik selain dengan kembali kepada Islam kafah, memahami sejarah Islam secara utuh, dan menerapkannya dalam bingkai khilafah islamiyah sebagai konsekuensi keimanan kita.

Wallahua’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 201

Comment here