Opini

Moderasi Beragama Menyasar Pelajar, Apa Solusinya?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sumariya (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Pada Rabu, 11 September lalu, ibu negara Iriana Joko Widodo (Jokowi), Ibu Wury Ma’ruf Amin dan sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) menggaungkan Moderasi Beragama kepada ratusan pelajar lintas agama di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Ini ditujukan untuk menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini. Sebanyak 500 pelajar di Balikpapan berkontribusi dalam kegiatan bertajuk ‘Sosialisasi Moderat Sejak Dini’ yang mengangkat tema “Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia”.

Ratusan pelajar lintas agama ini berasal dari sekolah madrasah Aliyah dan SMA se-Kota Balikpapan yang bernaung di bawah Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Dalam kesempatan ini, Eny Retno Yaqut, istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa kegiatan ini sengaja menyasar kalangan pelajar sebagai upaya menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sejak dini. Dengan menanamkan nilai-nilai moderasi sejak dini, diharapkan dapat membentuk para pelajar yang cinta damai dan toleran.

Eny mengatakan, terdapat 4 sikap moderasi beragama yang perlu disosialisasikan kepada para pelajar, yakni komitmen kebangsaan, anti kekerasan, sikap toleransi, dan penerimaan terhadap tradisi lokal, (detik.com, 11/9/2024).

Lagi-lagi pemerintah memberikan solusi aneh terhadap kondisi pelajar. Faktanya, para pelajar mengalami dekadensi moral yang semakin parah. Banyak pelajar yang terlibat kasus perundungan, seks bebas, aborsi, narkoba, kriminalitas, pembunuhan, dan lainnya.

Sayangnya, pemerintah justru memberikan solusi dengan moderasi beragama yang sama sekali tidak terkait dengan persoalan. Moderasi agama di institusi pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menangkal ide radikalisme di kalangan pelajar. Ide radikalisme yang dimaksud adalah ide-ide yang didakwahkan oleh kelompok Islam ideologis agar umat Islam termasuk para pemudanya kembali mengambil Islam sebagai sebuah sistem kehidupan (ideologi) sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan mengambil Islam hanya sebagai agama spiritual, seperti yang diharuskan oleh Barat. Ideologi Islam dipandang sebagai musuh oleh sistem kehidupan yang eksis sekarang, yakni ideologi kapitalisme yang berasal dari Barat.

Seorang Mujtahid dari Palestina, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nidzamul Islam bab Qiyadah Fikriyah, menjelaskan bahwa kapitalisme adalah ideologi yang dibangun dari dasar pemikiran memisahkan aturan agama dari kehidupan (sekulerisme). Manusia berhak membuat hukum sehingga sistem kehidupan ini akan mempertahankan hak kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik, dan kebebasan pribadi.

Disebut kapitalisme, sebab hal yang paling menonjol atas ideologi ini adalah sistem ekonominya yang lahir dari kebebasan kepemilikan. Oleh karena itu, para pemilik modal atau para kapital merupakan penguasa sesungguhnya. Mereka melakukan penjajahan ekonomi secara hard approach, seperti di Palestina ataupun soft approach melalui undang-undang, seperti negeri mayoritas Muslim, misalnya. Mereka bisa menguasai SDA yang notabennya milik rakyat melalui perusahaan Freeport, Exxonmobil, dan sejenisnya.

Selain itu, ideologi kapitalisme memandang ideologi Islam sebagai musuh. Pasalnya, ideologi Islam tidak memberikan hak untuk membuat hukum kepada manusia secara mutlak. Hukum hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Manusia juga tidak akan diberi kebebasan tanpa batas, namun kebebasan dalam koridor syariah. Ideologi kapitalisme terus dijaga eksistensinya oleh negara-negara Barat demi kepentingan penjajahan ekonomi, sehingga mereka berusaha untuk menidurkan umat Islam dari ideologi Islam.

Moderasi beragama adalah salah satu strateginya, sebagaimana yang tertulis dalam dokumen Open Source Rand Corporation (RC) yang berjudul Building Moderate Muslim Networks. Ide moderasi beragama membuat umat Islam memahami Islam sesuai dengan kepentingan Barat, yakni menerima ide liberal, seperti demokrasi, kesetaraan gender, HAM, pluralisme, dan ide-ide Barat lainnya. Jadi moderasi beragama harus dimasifkan agar tercetak generasi Islam yang memiliki profil moderat dalam beragama sesuai keinginan Barat, bahkan ikhlas dalam mengemban ide-ide Barat.

Sangat jelas, moderasi beragama justru menjauhkan profil kepribadian Islam dari diri pelajar Muslim, bahkan masifnya ide moderasi beragama yang diaruskan oleh negara menunjukkan masalah yang menjadi kekhawatiran negara, bukan kerusakan moral di kalangan pelajar, tetapi ancaman kebangkitan Islam. Tak hanya itu, hal tersebut juga menunjukkan penguasa sedang menjalankan peran sebagai penjaga sistem kapitalisme sesuai arahan Barat.

Seharusnya pelajar Muslim dicetak menjadi duta Islam yang mengambil Islam yang murni tidak bercampur dengan pemikiran Barat, yakni ideologi Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan bahwa satu-satunya agama yang diridhai Allah hanya Islam, berdasarkan Qur’an surah Ali Imran ayat 19. Selain itu, Allah mengancam siapapun yang mengambil hukum selain hukum Allah termasuk golongan orang-orang kafir, zalim, dan fasik berdasarkan Qur’an surah Al Maidah ayat 44, 45, dan 47. Islam diturunkan sebagai sistem kehidupan yang menjelaskan segala sesuatu berdasarkan Qur’an surah An-Nahl ayat 89.

Maka umat Islam, termasuk para pelajar Muslim tidak boleh merendahkan dirinya dengan mengambil ide-ide Barat termasuk terpengaruh dengan ide moderasi beragama. Cukuplah ridha Allah dan murka Allah menjadi standar amal perbuatan, bukan kebebasan tanpa batas.
Para pelajar muslim harus hidup untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Mereka harus senantiasa sadar bahwa setiap amal perbuatan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat.

Dengan pemahaman hidup yang benar sebagaimana Islam mengarahkan, maka akan lahir profil generasi muslim yang produktif, tangguh, dan membangun peradaban Islam yang mulia. Hanya saja, profil tersebut hanya mampu dicetak oleh negara Islam, yakni Khilafah melalui penerapan sistem pendidikan Islam.

Sistem pendidikan Islam sangat unik karena mampu mencetak generasi didik berkepribadian islam, dimana pola pikir dan pola sikap mereka sesuai dengan Islam. Kepribadian Islam ini akan menyelamatkan pelajar dari dekadensi moral karena mereka berlomba-lomba untuk menjadi hamba yang taat dan menjauhi maksiat.

Wallahu a’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 10

Comment here