Oleh : Rini Febiani
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Setelah Presiden Joko Widodo secara resmi menerbitkan Peraturan Presiden (Perpes) Nomor 58 tahun 2023 tentang penguatan moderasi beragama pada tanggal 25 September 2023 yang lalu. Berbagai upaya pengarusan moderasi beragama terus dilakukan oleh pemerintah, baik itu ditataran birokrasi, dunia pendidikan maupun media, moderasi beragama terus digaungkan. Langkah serius ini terus digaungkan baik dalam bentuk acara seminar-seminar, kurikulum, pembangunan rumah moderasi, lomba-lomba yang bermuatan moderasi beragama, penguatan-pengutan yang diberikan kepada ASN dalam bentuk pelatihan-pelatihan. Ini adalah bentuk serius dalam penanaman moderasi beragama yang terus diaruskan.
Narasi-narasi indah moderasi beragama terus dihadirkan. Mengutip dari laman resmi Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag) Moderasi beragama dinarasikan sebagai sikap, cara pandang dan praktik beragama dengan cara menegdepankan aspek kemanusian dan kemaslahatan. Menurut Prof M. Quraish Shihab, moderasi beragama dalam Al Qur’an berarti “wasathiyah” yang berarti pertengahan. Maksudnya pertengahan adalah adil, baik, terbaik, dan paling utama.
Selain dari itu, moderasi beragama dinilai sebagai solusi/jalan dari perealisasian program yang sedang berjalan, misal dalam mewujudkan generasi emas Indonesia tahun 2025. Menuju pencapaian cita-cita ini, persatuan bangsa yang berlandaskan kerukunan umat merupakan prasyarat mutlak. “Di sinilah moderasi beragama memegang peranan kunci untuk memastikan seluruh program dan rencana kerja bisa diimplematasikan secara maksimal,” ujar mantan Wapres K.H. Ma’ruf Amin dalam kuliah umum. Wapres juga menyampaikan bahwa moderasi beragama menjadi kunci penting karena dapat menciptakan kondisi harmonis tanpa diskriminasi untuk mengawal visi Indonesia Emas 2045. (kompas/19/8/24).
Kampus UIN Bandung pun menarasikan dalam visi barunya bahwa Rahmatan Lil alamin bisa terwujud melalui moderasi beragama. Dikutip dari laman uinsgd, visi UIN Bandung periode kepemimpinan 2023-2027. menurut Rektor UIN Prof. Rosihin Anwar, di visi yang baru ini terdapat ungkapan “Rahmatan lil Alamin” (RLA). salah satu indikator RLA ini adalah meningkatnya Indeks Moderasi Beragama (IMB), kerukunan beragama, dan indeks di Jawa Barat, nasional, dan regional. Indikator ini adalah berkaitan dengan kebermanfaataan yang dirasakan oleh Masyarakat. (uinsgd.3/7/2024).
Bukan hanya rektor UIN yang berpandangan bahwa moderasi beragama dapat mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin, pendapat ini pun datang dari Wakil Rektor IAIN Sorong, dalam artikel yang ditulis berjudul “Moderasi Beragama Wujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin” menurut Wakil rektor, untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamain bisa dengan menggunakan moderasi beragama. Pandangan ini lahir dari pernyatan beliau ketika menanggapi sikap yang harus dihadirkan ketika ada sebuah perbedaan pendapat, yang beliau soroti pada saat itu adalah masalah perbedaan penentuan Hari Raya umat Islam.
Narasi moderasi beragama terus didekatkan kepada masyarakat, dengan narasi yang indah agar mudah diterima dan dianggap tidak ada yang salah. Masyarakat bahkan para tokoh sedikit demi sedikit bisa menerima moderasi beragama bahkan ikut serta mengaruskan. Kritik terhadap moderasi beragama tak lagi lantang terdengar. Karena tadi, moderasi beragama berhasil dibangun dengan narasi yang menghipnotis. Maka dari itu perlu kiranya kita flashback pada latar belakang lahirnya narasi moderasi beragama ini. Sebelum kita bisa menjawab apakah benar moderasi beragama bisa melahirkan konsep Islam rahmatan lil alamin.
Menelusuri Moderasi Beragama
Alangkah naif ketika arus moderasi beragama kian gencar diaruskan tapi tak paham dengan apa yang melatar belakangi lahirnya konsep ini. Wacana moderasi beragama berawal dari kebijakan luar negeri AS setelah peristiwa 11 September dengan slogan “war on terorrism” wacana terus bergulir hingga pada Desember 2017, Resolusi Majelis Umum PBB mendeklarasikan 2019 sebagai tahun “International Year of Moderation” dalam upaya mempromosikan moderasi sebagai cara untuk mencegah munculnya ekstremisme dan terorisme dan mempromosikan nilai-nilai dialog , toleransi, pemahaman, dan kerja sama.
Indonesia sebagai negara bagian PBB, langsung menjewantahkan konsep ini melalui berbagai programnya. Bahkan tak main-main dana yang digelontorkan untuk wacana ini, dikutip dari laman republika Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto mengatakan “Anggaran moderasi beragama lintas direktorat jenderal tahun 2021 mencapai Rp 3,2 triliun” (republica, 28/11/21). Dengan anggaran yang besar yang telah dikeluarkan pemerintah pada tahun 2021 ini seperti telah membuahkan hasil. Kita bisa lihat sekarang banyak program-program yang diaruskan untuk menguatkan moderasi beragama ini, mulai dari kurikulum, berdirinya rumah moderasi yang dipelopori UIN Bandung, pembangun 1000 kampung moderasi beragama, belum lagi gelontoran dana melalui pelatihan-pelatihan dan lomba-lomba yang berkaitan dengan moderasi beragama. Lalu apa sebenarnya dibalik “proyek” mengampanyekan moderasi beragama? Siapa yang diuntungkan?
Ditinjau dari apa yang melatarbelakangi lahirnya wacana ini, ternyata lahir dari gagasan Barat yang diadopsi oleh umat muslim. Maka bisa dikatakan bahwa moderasi bukan berasal dari Islam dan justru lebih menafikan ajaran Islam yang sudah dibawa oleh Rasululah. Sebagai contoh arus pemahaman yang diangkat moderasi adalah berkaitan dengan toleransi, keadilan, plularisme, agama yang dibentukan dengan kebangsaan. Secara tidak sadar umat dilupakan dengan ajarannya sendiri bahwa Islam sendiri adalah agama yang sudah mengatur dan menjamin itu semua karena Islam datang dari zat yang paling paham apa yang dibutuhkan dalam kehidupan ini yakni Alkhaliq. Maka jauh sebelum moderasi beragama itu digaungkan, Islam sudah memiliki konsep pemecahan masalahnya.
Alih-alih menjadi solusi baru, moderasi beragama malah justu akan menjauhkan umat dari pemahaman yang benar. Karena moderasi ialah pesanan dari musuh-musuh Islam untuk mempermalukan umat Islam sendiri. Maka ketika berpikirn bahwa Islam yang rahmatan lil alamin itu akan terwujud melalui konsep moderasi beragama, ini sangat keliru sekali karena pasalanya moderasi ini justru lahir dari kelompok yang tidak menghendaki Islam.
Mendudukan Makna dan Cara Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin
Ketika sudah memahami dari mana lahirnya moderasi beragama menjadi hal yang uthopis ketika kita berharap mewujudkan Islam yang memberikan rahmat kepada seluruh alam melalui konsep moderasi beragama. Lantas bagaimana kita memaknai Islam rahmatan lil alamin. Sebagai agama yang diturunkan oleh Allah dzat yang maha sempurna Islam diturunkan untuk majdi rahmat bagi semesta lam dalam surat Al Anbiya:107 “Kami tidak mengutus kamu Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”
Menurut Syekh Taqiyuddin An-Nabhani tujuan Rasulullah diutus adalah agar risalahnya menjadi rahmat bagi manusia, bahwa risalahnya diturunkan untuk mewujudkan rahmat dan mencegah kemungkaran. Karena itu kerahmatan Islam bagi alam semesta merupakan perwujudan dari konsekuensi logis dari hasil penerapan Islam dan seluruh aspek kehidupan. Kerahmatan tidak akan terwujud jika Islam hanya diambil sebagai simbol, slogan, aksesoris dan pelengkap.
Kerahmatan Islam tidak akan ada jika Islam hanya diambil ajaran spiritual dan ritualnya saja sementara ajaran politiknya ditinggalkan dan pada saat yang sama justru mengambil dari kapitalisme maupun sosialisme yang judtru bertentangan Islam. Padahal pemahaman dan pelaksanaan Islam yang kaffah yang akan melahirkan rahmat. Dan menjalankan Islam yang menyeluruh telah menggores tintas ema, pasalnya ketika Islam dipahami dengan benar dan diterapkan secara menyeluruh selama 14 abad Islam mampu memimpin dunia, mulai dari Timur , Utara hingga Selatan semuanya berada diabawah naungan yang damai dan sentosa penuh keadilan. Muslim, Kristen, Yahudi dan penganut agama lain pun bisa hidup berdampingan dengan aman dan damai selama berabad-abad lamanya.
Begitulah Islam rahmatan lil alamin yang telah terbukti membawa kerahmatan bagi seluruh alam. Inilah konsep Islam yang dirindukan oleh umat manusia untuk kemabli memimpin dunia membebaskan manusia dari diskriminasi, menebarkan kebaikan, keadilan, dan kemakmuran di seluruh penjuru dunia dibawah naungan Khilafah Rosyidah.
Khotimah
Jika menghendaki Islam yang meberikan rahmatnya kesegenap alam, maka mewujudkan cita-cita ini tidak bisa dimulai dari konsep yang salah, yakni moderasi beragama yang jelas lahir dari rahim pemikiran barat. Oleh karenanya, selayaknya kaum muslim berpikir cerdas untuk memfilter pemahaman rusak yang sengaja diaruskan oleh Barat untuk menyesatkan umat Islam. Umat Islam harus dengan tegas menolak gagasan moderasi beragama dan meperjuangkan Islam kaffah supaya Islam bisa diterapkan dengan benar dan bisa terwujud Islam yang rahmtan lil alamin.
Views: 9
Comment here