Opini

Moderasi Beragama Pelajar, Salah Kaprah Memahami Masalah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Anastasia, S.Pd.

Wacana-edukasi.com, OPINI— Kita tidak mungkin menutup mata, bagaimana saat ini permasalahan pelajar begitu rumit dan dekat dengan tindakan kriminal, pergaulan bebas, dan bullyng. Padahal usia mereka sangat produktif untuk mencari ilmu, seharusnya mereka sibuk mempersiapkan diri menjadi generasi berprestasi.

Namun, fakta berkata lain, lebih dari 84 persen anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Angka ini, berdasarkan data yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menurut survei International Center for Research on Women (ICRW). Dan ternyata angka kasus kekerasan di sekolah di Indonesia ini lebih tinggi dari Vietnam (79 persen), Nepal (79 persen), Kamboja (73 persen), dan Pakistan (43 persen). Kpai.go.id (21/02/2017).

Bukannya mencari solusi, pemerintah saat ini justru tengah menggencarkan narasi penguatan moderasi beragama di kalangan pelajar. Seperti dengan adanya ajang pemilihan duta moderasi beragama, atau Inisiator Muda Moderasi Beragama Madrasah (IMMB). Kegiatan ini diprakarsai, oleh Direktorat Kurikulum, Sarana Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah (KSKK) Kementrian Agama Republik Indonesia. Ajang ini bertujuan, untuk penguatan pemahaman moderasi beragama bagi siswa Madrasah Aliyah.

Tidak Memahami Akar Masalah

Sangat aneh, apabila kita saat ini pemerintah tengah gencar mengkampanyekan moderasi beragama di kalangan remaja. Padahal, uhal tersebut bukan akar permasalahannya remaja. Faktanya pelajar kita saat ini, tengah mengalami fase krisis moral, di mana angka kriminal, aborsi, tawuran, dan narkoba sangat melonjak tinggi.

Data Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun 2023 menunjukkan adanya peningkatakan penyalahgunaan narkoba secara konsisten di kalangan usia remaja atau pelajar. Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 1,73% atau sekitar 3,3 juta jiwa (Bnn.go.id (24/07).

Selain permasalahan narkoba, pelajar saat dihadang oleh paham kebebasan yang tidak menjadikan agama sebagai tolak ukur. Sehingga, wajar tindakan prilaku pelajar sudah mengalami dekadensi moral yang sangat parah. Maka, kampanye penguatan moderasi beragama di kalangan pelajar, sesungguhnya tidak menyelesaikan permasalah pelajar.

Alasan pemerintah melancarkan ide moderasi beragama, dilatar belakangi oleh upaya mencegah pelajar dari tindak radikalisme dan ekstrimisme. Namun, faktanya faktor yang membuat pelajar melakukan tindakan kekerasan, sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan agama atau pun ras tetapi, alasan yang melatarbelakangi tindak kekerasan pelajar adalah, adanya ideologi kebebasan, sehingga pelajar kita tidak bermoral, melakukan sesuatu dengan hawa nafsunya.

Mencegah Radikalisme?

Narasi penguatan moderasi beragama di kalangan pelajar, memang tengah digencarkan. Namun, sejatinya ini adalah topeng barat untuk meracuni pemikiran Islam. Tentu, barat memahami potensi kebangkitan Islam, di kalangan generasi muda di Indonesia, sebagai ancaman. Sehingga, apa pun potensi yang mampu mengarah ke sana, harus segara diatasi. Moderasi pun menjadi arah pandang barat, untuk membibitkan generasi yang pro terhadap pemikiran barat.

Dengan munculnya, istilah radikalisme, ekstrimisme atau Islam moderat, sesungguhnya itu jebakan barat, dalam mengkontak-kotakan umat Islam. Radikalisme adalah istilah, untuk melabeli orang-orang yang menginginkan penerapan syariat Islam secara kafah. Sedangkan moderat, adalah mereka yang mempunyai pemikiran yang sejalan dengan nilai-nilai barat.

Seperti paham kebebasan, demokrasi, dan kapitalisme, yang saat ini tengah diproyeksikan sejatinya, sebagai upaya menjauhkan Islam dari generasi muda.

Apabila munculnya, generasi pelajar yang paham Islam secara kafah, tentulah ini merupakan ancaman barat. Karena ideologi Islam, sebagai kekuatan yang mampu menyingkirkan pemikiran barat. Faktanya, pemikiran kapitalisme yang saat ini ditengah diterapkan, telah terbukti rusak.

Kerusakan kapitalisme sudah tidak bisa lagi ditutupi, dan terbukti gagal melahirkan generasi unggul. Contohnya, sistem pergaulan dalam pandangan kapitalisme, melahirkan rusaknya generasi, yang menghalalkan pacaran, akibatnya perzinahan, atas dasar suka sama suka menjadi wajar. . Begitu pun dengan pandangan ekonominya, telah nyata menjajah sumber daya alam, dengan adanya privatisasi dan swastanisasi kepada pemodal, rakyat hanyalah buruh yang tidak memilik harga diri.

Akan tetapi, berbeda dengan Islam. Apabila Islam diemban secara kafah oleh pelajar, maka akan tercipta generasi pelajar yang taat syariat. Tentu, ini merupakan, kekuatan yang mampu menghapus eksistensi kapitalisme. Karena Islam, kekuatan yang akan mampu mengobarkan perjuangan kepada generasi pelajar, sebagai calon pemimpin yang mampu melawan hegomoni barat.

Pelajar Islam Harapan Masa Depan

Sudah waktunya, sebagai umat Islam harus berupaya meneguhkan tujuan, untuk bersama-sama menerapkan Islam secara kafah. Pelajar adalah bagian dari masyarakat, yang memiliki potensi yang luar biasa untuk melakukan perubahan. Sehingga, eksistensi pelajar harus senantiasa didekatkan dengan pemahaman Islam.

Sejatinya, moderasi beragama, adalah upaya untuk menjauhkan Islam dari pelajar. Padahal, intinya para penguasa kita, tidak peduli dengan permasalahan pelajar . Akan tetapi, mereka hanya takut akan muncul kesadaran pelajar terhadap Islam, yang mampu mengancam eksistensi mereka.
Maka sudah seharusnya, pelajar memahami potensi meraka yang luar biasa, sebagai aset generasi di masa yang akan datang. Pelajar merupakan, fase emas untuk berjuang di jalan kebenaran.

Apabila isalurkan dengan benar, mereka akan tampil menjadi pemuda yang hebat pemimpin masa depan. Hal ini tentu berkaca, pada generasi para sahabat, yang mana pada usia mudanya, mereka dihabiskan dalam jalan Islam. Wajar, apabila mereka menjadi sosok pemimpin muda yang tangguh. Tentu, generasi seperti ini akan muncul, ketika pelajar ada dalam naungan Islam.

Melalui sistem pendidikan Islam, yang berbasis aqidah Islam, pelajar akan diarahkan untuk memahami Islam secara kafah. Dari pemahaman Islam, akan mendorong pelajar untuk berkarya, dan taat kepada Allah Swt. Dengan demikian, Islam mampu menghasilkan generasi mulia. Wallahu’alam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 9

Comment here