Opini

Moderasi Pengajaran Sejarah Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

 

Oleh: Mega (Mahasiswi FEB UHO)

Kementrian Agama meminta guru madrasah pengampu mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) untuk menyampaikan materi secara komprehensif. Hal ini perlu dilakukan agar siswa memiliki pandangan yang utuh atas fakta-fakta sejarah Islam yang terjadi.

“Sampaikan kepada peserta didik, fakta sejarah yang komprehensif agar siswa memahami sejarah Islam masa lalu secara utuh,” pesan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Muhammad Zain, di Tangerang, Kamis (25/2/2021). Pesan ini disampaikan Zain secara daring kepada puluhan Guru Mata Pelajaran SKI yang mengikuti Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Kebudayaan Islam MA/MAK.

Lebih lanjut Zain menuturkan, penyampaian sejarah Islam secara komprehensif memiliki andil untuk membentuk generasi muda yang moderat. Zain mencontohkan, materi tentang kejayaan Islam di Spanyol yang melahirkan para filsuf hebat Ibnu Rusyd dan mufassir Abi Abdullah al-Qurthuby, maka tak cukup hanya menjelaskan perkembangan ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu.
Ia mengingatkan agar Guru Mapel SKI perlu memiliki kekayaan literasi sejarah Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam, memiliki karakternya sendiri, hal ini perlu didukung dengan sumber bacaan yang lengkap agar informasi sejarah tidak dilihat dari satu sudut pandang saja. Guru SKI, harus banyak membaca dan penguasaan literaturnya harus baik. Kasubdit Bina GTK MA/MAK, M. Sidik Sisdiyanto menambahkan, kegiatan ini bagian upaya mengimplementasikan 3K. Yaitu, meningkatkan kualifikasi, meningkatkan kompetensi, dan meningkatkan kesejahteraan (Kemenag.go.id, 26/02/2020).

Sejarah Islam Semestinya Dipahami dengan Baik.

Pentingnya penanaman nilai dalam proses pendidikan Islam ditunjukan agar peserta didik mampu memiliki way of life (pandangan hidup) dalam menjalani kehidupannya. Dalam hal ini pendidikan Islam dapat berwujud segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menumbuhkan atau meningkatkan pemahaman ajaran Islam dan nilai-nilainya agar tertanam secara mendasar sesuai dengan kondisi yang sebenarnya tanpa terdistorsi.

Namun sayangnya, kampanye moderasi Islam di sekolah semakin masif dijalankan. Salah satunya dengan menyesatkan orientasi pengajaran materi sejarah yang dipandang bahwa generasi muda hari ini sudah terpapar oleh paham radikalisme atau ekstreamisme dalam beragama. Padahal nyatanya paradigma selama ini dibangun atas persepsi yang dikehendaki oleh kafir barat yang dengannya memobilisasi seluruh komponen umat yang bisa dimanfaatkan diantaranya merekrut lembaga-lembaga pendidikan, para akademisi, kaum intelektual, LSM, media bahkan kalangan ulama dan jejaringnya termasuk lembaga pesantren dan madrasah, untuk masuk dalam proyek deradikalisasi tersebut dengan effort dana dan energi yang tak ringan.

Pengarusan Islam wasathiyah atau Islam moderat di anggap sebagai solusi jitu dalam nilai-nilai liberalisme dengan mengalihkan sejarah Islam yamg dianggap hadir karena peradaban inklusif dan toleran sesuai perspektif dibangun sesuai arah yang diinginkan, yang semestinya jika menginginkan sejarah dipahami secara komprehensif seharusnya mengajarkan sejarah Islam tanpa digeruskannya sejarah kekuasaan Islam dan kekhilafahan. Maka pengarusan Islam wasathiyah disini sebenarnya adalah Islam yang tak anti Barat, yakni menerima ide-ide liberalisme kapitalisme di berbagai bidang kehidupan termasuk bidang pendidikan sekaligus mendukung sekularisasi dan menolak gagasan atau gerakan penerapan syariat Islam.

Mendudukan Sejarah Kunci Kebangkitan

Umat Islam adalah umat yang khas, berbeda dengan umat yang lain. Umat Islam hanya mampu tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang khas, di mana hukum-hukum syariat diterapkan secara kaffah. Sebaliknya, eksistensi umat Islam lenyap tatkala mereka dilepaskan dari lingkungan alaminya, yakni penerapan syariat dalam seluruh aspek kehidupan.

Sekularisme bukanlah bentuk kehidupan yang sesuai bagi umat Islam, sekularisme telah mengundang murka Illahi. Hal ini bertolak belakang dengan syariat Islam yang akan memberikan kehidupan yang barokah lagi mendatangkan rida Illahi sebagai firman-Nya,

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri dab bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf:96)

Sebagaimana pula dalam konteks pengarusan Islam moderat ini, madrasah dan lembaga pendidikan Islam lainnya seperti pesantren, sekolah madrasah, dan perguruan tinggi Islam memang telah dipilih sebagai garda terdepan. Namun, dengan mendistorsi pelajaran sejarah Islam seharusnya umat harus waspadai rancangan sistematis untuk menjauhkan dari kebangkitan dan kembali tegaknya khilafah. Yang bahkan menggoyahkan keyakinan bahwa solusi problem umat yang kian hari kian parah disebabkan kehidupan saat ini jauh dari Islam dan sistem politiknya.

Sejarah Islam harusnya diajarkan secara utuh tanpa didistorsi sehingga membangkitkan ghiroh untuk memperjuangkan Islam secara kafah yang tentunya dibarengi dengan pemahaman detail konsep khilafah ideal, khilafah ala minhaajin nubuwwah, baik struktur maupun administrasi dan hukum-hukum lainnya yang menghadirkan sistem yang adil dan penuh berkah atas ridha ilahi. Ada tiga asas perubahan yaitu: Pertama, adanya pemahaman akan fakta yang rusak. Kedua, pentingnya gambaran fakta ideal pengganti fakta yang rusak. Ketiga, pemahaman yang lengkap dan rinci tentang jalan/metode perubahan. Ketiganya akan menghasilkan arah perjuangan yang jelas, tanpa kesamaran dan kekaburan.

Maka sudah saatnya umat menyadari hakikatnya persoalan, agar tidak selalu jadi korban penipuan. Umat juga harus yakin bahwa ideologi Islam yang hari ini dimusuhi Barat adalah kunci kebangkitan. Sebagaimana peringatan Allah Swt., “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan caha-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS.At-Taubah:32)

Semoga ini menjadi penguat bagi kita untuk senantiasa istikamah dalam memperjuangkan Islam dan bersemangat untuk mempelajari sejarah Islam yang seutuhnya.

Wallahua’lam bishshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here