Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA— Akhir tahun, Indonesia dirundung duka bencana. Baru-baru ini terjadi banjir di beberapa wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Sungai Cimandiri meluap dan merendam puluhan rumah di Kampung Mariuk, RT 01, RW 01, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Sukabumi, hingga Sabtu (7/12/2024) pukul 17.30 WIB, setidaknya ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan (detikjabar.com, 24/11).
Turut berduka untuk saudara-saudara kita di Sukabumi. Kita harus senantiasa bersabar atas qada’ (ketetapan) dari Allah Swt. dengan datangnya musibah. Musibah ini sebagai bentuk kasih sayang Allah Swt. kepada umat manusia.
Hanya saja, ada hal lain yang bisa kita sikapi dari adanya bencana ini. Penyebab bencana bukan sekadar faktor alam semata, tetapi adanya ulah tangan manusia yang berbuat kerusakan. Oleh karena itu, selain sebagai ujian musibah bisa menjadi teguran, yakni karena banyaknya pelanggatan syariat karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar.
Hukum dan kebijakan hari ini diatur bukan dengan penerapan Al-Qur’an dan As-Sunnah secara utuh. Sistem yang mendominasi adalah penerapan Undang-Undang Barat. Manusia hari ini hidup jauh dari pemahaman agama yang benar. Ekonominya pun demikian, dicengkram oleh sistem ekonomi kapitalisme.
Alhasil, maraknya eksploitasi alam atas nama pembangunan pun dilakukan. Bencana yang terjadi di Sukabumi diduga akibat adanya eksploitasi aktivitas pertambangan. Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), DPR RI Zainul Munasichin mengungkapkan bencana banjir bandang yang terjadi di Kota Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi diduga salah satunya disebabkan karena aktivitas pertambangan yang dilakukan di luar kendali (askara.co, 6/12).
Sementara itu, analisis yang dilakukan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebutkan salah satu biang bencana itu adalah industri ekstraktif, yakni tambang dan kebun tanaman energi. Mukri Friatna selaku Deputi Eksternal Eksekutif Nasional WALHI menyebutkan, pemantauan citra satelit menunjukkan sedikitnya terdapat dua kawasan hutan yaitu pegunungan Guha dan Dano yang telah hancur tutupan hutannya. Kehancuran hutan itu diduga kuat karena aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh PT. SGC melalui anak usahanya yaitu PT. Semen Jawa dan PT. Tambang Semen Sukabumi (betahita.id, 14/12).
Penerapan sistem ekonomi kapitalisme adalah penyebabnya. Sistem ini menjadikan negara sebagai regulator antara para kapital untuk bebas mengeksploitasi kekayaan alam di negeri ini.
Saatnya menjadikan bencana sebagai bahan muhasabah total. Yakni dengan bertobat dan mengupayakan tegaknya syariat Islam di bhmi ini. Kepemimpinan Islam akan membangun tanpa merusak, sehingga bencana bisa diminimalisir. Negara dalam sistem Islam berperan sebagai pengurus dan penanggung jawab kehidupan rakyat. Ekonomi yang diterapkan juga berdasarkan syariat Islam, berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidakkah ayat ini kita jadikan renungan?
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum: 41)
Ismawati
Palembang, Sumsel
Views: 2
Comment here