Oleh Sari Ramadani (Aktivis Muslimah)
أَفَحُكْمَ الْجٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (TQS. Al-Ma’idah [5]: 50).
Sungguh tampak begitu jelas berbagai kerusakan dari penerapan hukum buatan manusia. Mengabaikan aturan Sang Pencipta, menjadikan umat makin sengsara. Penderitaan tak ada ujungnya yang dirasakan umat pun tak menjadikan para penguasa di sana menjadi iba. Kerakusan yang sudah menguasai para penguasa, menjadikan mereka buta dan mati rasa, malangnya nasib umat yang ada di bawah kepemimpinannya.
Baru-baru ini pemerintah Indonesia sepertinya mendapat kabar yang kurang mengenakkan. Bagaimana tidak, SoftBank selaku investor dalam proyek IKN telah memberikan konfirmasi bahwa perusahaannya tidak akan berinvestasi pada proyek IKN. Keputusan tersebut disampaikan pada Jumat, 11 Maret 2022. (bisnis.tempo.co, 12/03/2022).
Mundurnya SoftBank dari proyek yang akan dijalankan ini makin memberikan bukti kuat kecurigaan umat terhadap penggunaan anggaran belanja negara untuk IKN. Lantas, kenapa salah satu investor besar yang diharapkan lebih memilih mundur dalam memberikan investasinya untuk megaproyek pembangunan IKN Indonesia?
Bhima Yudhistira selaku direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) menerangkan alasan dari perusahaan induk multinasional Jepang, Softbank memilih mundur dari investasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Faktor utama menurutnya, Softbank memiliki permasalahan keuangan internal, khususnya pada masa pandemi seperti hari ini. Dari Juli hingga September 2021 dengan penurunan valuasi dalam portofolio unit teknologi, Vision Fund, yang memberikan dampak Softbank rugi Rp49,9 triliun. Tak hanya itu, kerugian juga berasal dari Wework di 2020, Alibaba ditahun lalu yang masih belum bisa digantikan hingga detik ini. Faktor lainnya yang ialah perang yang terus berlanjut antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada tidak pastinya ekonomi global. (m.mediaindonesia.com, 12/03/2022).
Walaupun Softbank tidak jadi berinvestasi pada proyek IKN, namun Softbank akan terus memberikan dukungan kepada sebuah perusahaan rintisan (startup) di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. “Kami tidak jadi memberikan investasi dalam proyek (IKN) ini, tetapi kami tetap terus memberikan investasi di Indonesia melalui perusahaan portofolio SoftBank Vision Fund,” kata SoftBank dalam sebuah pernyataan resminya. (money.kompas.com, 12/03/2022).
Pada saat pemerintah mengumumkan wacana pemindahan ibu kota, publik pun ramai memberikan berbagai pandangan terhadap proyek IKN. Banyak pro dan kontra yang terus bergulir hingga detik ini. Pemerintah pun dinilai gegabah dan terkesan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan soal pemindahan ibu kota. Tak hanya itu, pemerintah dinilai tidak terbuka dan tak memiliki persiapan yang matang, serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terkait kebijakan IKN ini.
Belum lagi banyaknya problem yang tengah dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang harusnya menjadi perhatian lebih bagi pemerintah seperti pada bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan dan masalah lainnya yang hingga detik ini belum mampu diatasi oleh pemerintah secara maksimal. Hal ini jelas menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat terkait dengan kemampuan pemerintah dalam mengatasi berbagai persoalan dan juga soal IKN.
Penyebab SoftBank selaku investor dalam pembangunan IKN yang memilih menarik mundur investasinya tidak salah sama sekali apabila tujuannya untuk menunjukkan sikap tegas kepada pemerintah agar bersedia meninjau ulang proyek IKN ini, akan tetapi hal demikian justru membuat pemerintah di negeri ini tidak kehabisan cara untuk melanjutkan proyek IKN dengan mengandalkan investor lokal yang ada.
Padahal jika diperhatikan, Kalimantan adalah pulau yang terkenal dengan kelebatan hutannya, dan hal ini belum tentu bisa dijaga kelestariannya jika dihubungkan dengan proyek pembangunan infrastruktur yang nantinya akan dibangun berikut dengan fasilitas dan sarana juga prasarana di ibu kota baru tersebut. Sungguh lebih bijak jika pemerintah pada hari ini lebih memprioritaskan dan memberikan perhatian yang lebih untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah ada di negeri ini dan belum selesai hingga detik ini.
Kabar mundurnya SoftBank sebagai investor untuk proyek IKN memberikan tanda bahwa melakukan pemindahan sebuah ibu kota negara tidak semudah yang dibayangkan. Diperlukan banyak pertimbangan yang menjadi sebuah dasar bagi pemerintah untuk kemudian dapat merealisasikan kebijakan tersebut. Dalam konteks ini adalah butuh adanya biaya dan dana yang sangat besar. Tak hanya itu, pemerintah mestinya juga mempertimbangkan faktor lain yaitu ekonomi, lingkungan, dan juga sosial budaya.
Seperti yang sudah diketahui bahwa Kalimantan sendiri memiliki banyak sekali habitat alamiah satwa yang selama ini berada di lokasi inti IKN, jangan karena adanya sebuah pembangunan, justru memicu berbagai konflik dengan satwa liar yang ada di daerah tersebut, serta merusak habitat dan ekosistem yang ada dan selama ini telah berjalan dengan baik. Bukan hanya itu, tata ruang yang ada pun harus dipikirkan dan memerlukan perencanaan yang matang, sehingga proyek yang ingin dibuat tidak memberikan dampak bagi potensi terjadinya banjir di Kalimantan.
Selain itu, dari sisi ekonomi, banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan. Mulai dari fasilitas yang harus disediakan, transportasi juga menjadi bagian yang penting, administrasi, serta upah. Pemindahan IKN ini jika tidak benar-benar dipersiapkan dengan matang maka akan menjadi kendala baru dari segi hukum, administrasi, dan tenaga kerja apabila segala sektor ekonomi juga dipaksa untuk pindah ke IKN.
Beginilah memang wajah asli penguasa yang lahir dari rahim kapitalisme-demokrasi. Tidak pernah benar-benar memikirkan umat. Seharusnya mereka bekerja hanya untuk meraih rida Allah dan juga untuk kemaslahatan umat. Namun sayangnya, hari ini segala kebijakan yang dilancarkan hanya untuk kepentingan mereka dan golongannya saja seperti halnya proyek IKN ini. Padahal, umat sudah babak belur menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada akibat dari penerapan aturan yang bersumber dari nafsu para penguasa ini. Belum lagi segala permasalahan yang tak juga kunjung selesai yang malah makin menambah deretan penderitaan bagi umat.
Dari sini dapat kita pahami bahwa tak ada jalan yang lain lagi kecuali kembali kepada Islam secara sempurna. Agar datanglah rahmat dari Allah Sang Pencipta langit dan bumi. Serta, sejarah pun telah membuktikan kepada kita semua tentang bagaimana keberhasilan Khalifah Al-Mansur yang mampu mendanai pembangunan sebuah ibu kota pada saat Islam berjaya. Kota Baghdad pada saat itu dibangun tanpa melibatkan investor lokal maupun asing, dan juga tidak memupuk utang. Pada saat itu, Khalifah Al-Mansur membangun Kota Baghdad hanya dengan menghabiskan dana yang diperkirakan sekitar 3,88 juta dirham, dengan sistem pengelolaan harta yang sesuai dengan aturan Allah, Khilafah pada saat itu mampu menyejahterakan rakyat, yang berbeda sangat jauh jika dibandingkan dengan hari ini.
Maka, marilah kita bersegera untuk berjuang dalam mengembalikan kemuliaan Islam.
Wallahualam bissawab.
Views: 6
Comment here