Opini

Naiknya Anggaran Masa Pandemi Bukan Solusi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Mifta ( Aktivis Muslimah )

wacana-edukasi.com,   Masih terkait pandemi. Mengenai Pemulihan Ekonomi Nasional ( PEN ), pemerintah telah menambah dana dalam alokasi anggaran Covid – 19 tersebut. Dalam webinar Kunta pun menyampaikan bahwa anggaran meningkat disebabkan karena pemerintah harus menyiapkan sarana dan prasarana terkait intensif tenaga kesehatan uangkapnya. Dikatakan kenaikannya anggaran PEN cukup signifikan sekitar 133, 07 Triliun dua kali lipat dari realisasi PEN 2020 sekitar 63,51 Triliyun, terangnya. CNN. Indonesia ( 7/2 ).

Lebih mencengangkan dalam penguwatan penangan dikatakan bisa berubah bila mana peningkatan jumlah kasus bertambah dalam menyuplai vaksin covid – 19. Menteri keuangan membeberkan, bulan Februari anggaran PEN 688,3 Triliun. Perubahan anggaran sangat meningkat dua kali lipat dari alokasi sebesar 373, 3 Triliun. Ekonomi.bisnis.com

Penangan Pandemi Dalam Demokrasi

Peningkatan dalam anggaran PEN tahun 2021 tidak signifikan memberi harapan penuntasan pandemic. Konsep penangan awal bisa dibilang gagap salah kaprah. Awal mula penangan terlalu menyepelekan covid – 19. Hingga awal mulanya berita covid – 19 masuk, bagian dari pejabat pun mengatakan bahwa virus susah masuk karena perizinan sulit. Ada pula seorang mantan menkes mengatakan, covid – 19 ngak bisa masuk, karena suhu Indonesia panas. Begitu pula ada yang mengatakan orang Indonesia itu kuat, kebal karena sering minum jamu. Astaghfirullah…., seperti lagunya bang Roma dengan lirik lagunya ” Terlaluu “. Terlalu mengentengkan, dan terlalu menggampangkan. Seharusnya ketika pertama kali ditemukan kasus yang kena Covid – 19 di Depok itu pemerintah segera menerapkan karantina wilayah dengan gercep ( gerak cepat ). Namun faktanya justru gagap dalam mengambil keputusan tindakan penanganan. Semua itu terjadi karena negara tidak mengambil syariat islam sebagai solusi. Sehingga dengan adanya pandemi yang aturan tersebut tidak bersumber dari syariat islam maka serba terbatas dan lemah. Menjadikan pandemi tidak kunjung berakhir. Hingga akhirnya kegagapan demi kegagapan itu terus berlangsung dengan menerapkan PSBB, New Normal Live, dalam kondisi yang tidak kondusif terus menerus berlangsung hingga kemudian relaksasi ditarik ulur muncul lagi penetapan PSBB dan PPKM mikro, hingga akhirnya sampai detik ini pun pandemi belum kunjung berakhir. Padahal dana – dana sudah lebih banyak dikeluarkan.

Sudah jelas ya kenapa tak kunjung selesai dalam penanganan pandemi ? Kita harus menyadari bahwa selama ini pemerintah enggan menerapkan konsep Islam. Karena dengan menerapkan konsep islam maka negaralah yang akan menopang sepenuhnya kebutuhan pokok rakyatnya. Namun APBN negara yang menganut mabda sekuler ini APBNnya rupanya lebih cenderung untuk pembangunan inspratuktur. Dan inspratruktur yang mereka maksud itu maksudnya untuk siapa yaa ? Entahlahh, faktanya hanya si kaya yang menikamati. Buat si miskin hanya sedap dipandang mata, jangan ngarep bisa menikmatinya. Cukup memandangnya.

Yang mencongkol asas negara ini karena bersumber dari penerapan aturan sekuler. Begitulah konsep penerapan aturan yang bersumber kufur, sekuler. Mengesampingkan peran agama dari kehidupan. Agama hanya dipakai individualisme, namun untuk sebuah negara syariat islam enggan diterapkan.

Konsep mekanisme sistem sekuler selalu mencari celah, mikirnya untung rugi. Bila menguntungkan maka akan diambil, contohnya seperti wakaf yang termasuk bersumber dari aqidah islam, mau mereka mengambilnya sebagai solusi. Namun terkait syariat islam lainnya yang tidak menguntungkan maka ya tidak diambil. Itulah watak sistem Demokrasi.

Penanganan Islam Terhadap Pandemi

Dalam Islam ketika tertimpa pandemi, konsep awal yang akan diterapkannya langsung dengan penerapan mekanisme lockdown atau biasa diterapkan dengan karantina wilayah. Khalifah akan bergerak cepat dan tegas dalam masalah penanganan pandemi. Negara akan meriayah memisahkan antara yang sakit dengan yang sehat. Sehingga orang yang sehat mereka akan tetap bisa

melaksanakan rutinitas hari – harinya seperti sebagaimana mestinya. Sebagaimana yang sakit, akan diberikan jaminan kesehatan gratis dan tidak dipersulit dalam penanganan kesehatan. Hingga benar – benar sembuh. Bahkan ketika sudah masa sehat kembali maka akan diberikan jaminan kehidupan untuk jangka masa mendatang. Penerapan dalam islam juga tidak tebang pilih, tidak membedakan si kaya dan si miskin. Negara akan memfasilitasi kesehatan dengan mumpuni sebab mekanisme APBN dalam negara yang disebut Baitul Mall sangat kaya, menjadi negara idependen. Tidak ketergantungan. Rasulullah pun berfirman di THR. Bukhari yang artinya : ” Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu. ” Hingga Rasulullah pun juga menekankan yang namanya pemimpin itu kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di yaumil hisab. Dalam firmannya Rasulullah menyampaikan : ” Setiap kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas apa – apa yang dipimpinnya. ” ( THR. Al – Bukhari ).

Maka, sangat gamblang dan jelas maknanya bahwa pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin itu sangatlah berat. Baik secara individu, bermasyarakat, maupun kepemimpinan dalam bernegara. Maka sudah saatnya siapapun itu bila menjadi seorang pemimpin harus mengambil peran kepemimpinannya yang betul – betul aturan tersebut bersumber dari Al Khaliq ( pencipta ) dan Al Mudabbir sebagai pengatur. Maka, kitanya manusia yang di ciptakan harus mau diatur oleh penciptanya dengan berlandaskan Al Qur’an dan As sunnah yang sebagai pedohan hidupnya. Sehingga agama Islam ini terciptalah sebagai Rahmatan lil Alamin. Rahmat seluruh mahkluq di dunia. Sehingga terkait masalah pandemi segera teratasi dan tidak tumpang tindih dalam penyelesaiannya. Karena hanya aturan yang bersumber dari syariat Islam yang kaffahlah penanganan pandemi mampu di atasi totalitas.

Wallahu’alam bishawwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here