Opini

Naluri Ibu Mati, Dampak Sekularisasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Heti Suhesti (Aktivis Muslimah)

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Seorang ibu berinisial E di Sumenep, Jawa Timur, diduga menyerahkan anak kandungnya yang masih berusia 13 tahun kepada kepala sekolah berinisial J untuk diperkosa. Kini, E sudah ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana perdagangan orang (TTPO). “Pelaku E mengakui bahwa telah menyuruh anak kandungnya untuk melakukan persetubuhan dengan seorang laki-laki yang bernama J yang merupakan kepala sekolah,” kata Kepala Sub-Bagian Hubungan Masyarakat Polres Sumenep AKP Widiarti saat dihubungi. Widiarti menjelaskan, E tega menyerahkan anaknya kepada J karena dijanjikan sejumlah uang serta dijanjikan satu unit sepeda motor jenis Vespa Matic. (Kompas.com, 1/9/24)

Kembali lagi terjadi kasus perdagangan anak dan kali ini bukan dilakukan oleh orang lain melainkan oleh seorang ibu kandung. Entah apa yang ada dibenak seorang ibu yang telah melahirkan, menyusui dan membesarkan anaknya sehingga dengan tega dan tanpa bersalah menyerahkan anaknya untuk disetubuhi orang lain.

Ibu yang dengan sifat keibuannya menyayangi, menjaga dan mengayomi anaknya seharusnya sakit, marah dan tak rela anak yang dilahirkannya dirusak, direnggut kesucian dan masa depannya. Kali ini justru berbeda, dia sendiri yang mengantarkan dan menyerahkan putri kecilnya untuk dinikmati kesuciannya oleh laki-laki yang telah menjanjikan materi yang tak seberapa dibandingkan kesucian dan masa depan anaknya.

Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan matinya naluri keibuan nyata adanya, dan menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat.

*Materi Menghilangkan Naluri*

Inilah fenomena yang mengerikan di zaman sekarang ini, materi menjadi tujuan hakiki dalam mencapai kebahagiaan sehingga masyarakat berjibaku menggunakan berbagai cara untuk mencapai kepada kebahagiaan tersebut tanpa lagi memandang cara yang dilakukannya benar atau salah.

Semua ini karena dampak dari sekulerisasi di semua aspek kehidupan terkhusus dalam keluarga. Hilangnya peran dan pengaruh agama pada setiap anggota keluarga menjadikan mereka terkhusus seorang ibu hilang fungsi utamanya sebagai sosok yang lembut dan penyayang.

Sekulerisme hanya menjadikan sosok ibu yang melahirkan dan membesarkan anaknya dengan tuntutan imbalan materi kepada sang anak sebagai bakti atas perannya tersebut sehingga wajar jika seorang anak dimanfaatkan orang tua atau ibunya untuk mendapatkan uang. Maka tak ayal jika banyaknya terjadi penyimpangan di dalam keluarga karena hubungan antar anggota keluarga dasarnya adalah materi bukan agama.

Diperparah dengan penerapan kapitalisme oleh negara menjadikan peran negara mandul dalam melayani urusan rakyat. Hampir semua pelayanan negara yang diberikan kepada masyarakat dikomersilkan sehingga tekanan dan biaya hidup rakyat semakin berat mengharuskan bukan hanya sosok ayah yang banting tulang mencari penghidupan yang layak dan mapan namun tak jarang ibu pun terpaksa keluar rumah untuk membantu perekonomian keluarga.

Selain itu, sistem pendidikan yang diterapkan telah gagal mencetak generasi yang bersyakhsiyah Islamiyyah (berkepribadian Islam) yang tercipta justru generasi-generasi yang disiapkan untuk dunia kerja sehingga tujuan utama dari pendidikan adalah materi. Hal ini memperparah tatanan kehidupan terkhusus tatanan keluarga dimana akhirnya kesuksesan sebuah rumah tangga atau keluarga dinilai dari seberapa mapan ekonominya hal itu nampak dari kepemilikan rumah, kendaraan dan gaya hidupnya.

Begitupun dengan sistem sanksi yang diterapkan negeri ini, tindakan kejahatan dan kedzaliman bisa diproses hukum jika ada pengaduan. Jika tidak ada pengaduan dalam arti ikhlas menerima perlakuan dzalim tersebut maka tidak ada proses hukum. Bayangkan berapa banyak anak yang jadi korban kedzaliman orang tua yang mereka bungkam karena takut dan masih menghargai orang tuanya? Maka sebanyak itu pula kelalaian negara atas sistem sanksi yang tumpul dalam menegakkan keamanan dan keadilan.

Maka dari berbagai faktor tersebut tentu kerusakan ini bukan terjadi begitu saja dan bukan semata kesalahan tunggal pelaku kedzaliman melainkan karena persoalan sistemis yang telah begitu akut diterapkan di negeri ini mulai dari rusaknya landasan sistem yang diterapkan, sistem ekonomi, sistem pendidikan dan juga sanksi.

Ini adalah bukti kegagalan sistem yang diterapkan yaitu Sekulerisme Kapitalisme yang telah mematikan naluri seorang ibu yang begitu penting tumbuh dalam peran utamanya di keluarga. Bahkan peran ibu menjadi peran sentral bukan hanya di dalam keluarga namun juga berperan dalam peradaban suatu bangsa. Maka hancurnya sosok ibu akan berpengaruh besar terhadap kehancuran peradaban negeri ini.

*Islam Menjaga Naluri Ibu*

Islam telah menetapkan peran dan fungsi ibu bukan hanya sebagai sosok yang melahirkan, menyusui dan membesarkan seorang anak namun juga berperan sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya.

Kemudian Islam juga menyediakan adanya supporting sistem di tempat kerja dimana bagi para ayah tidak menghabiskan waktunya untuk bekerja seharian bahkan masih ada banyak waktu untuk menjalankan perannya dalam keluarga untuk mendidik dan quality time dengan anak dan istrinya. Begitupun seorang ibu yang dibutuhkan ilmunya dalam profesinya sebagai guru atau dokter tujuan utamanya bukan materi tapi mengamalkan ilmu dan mengabdi kepada masyarakat dengan niat sebagai ibadah. Karena seorang Khalifah (pemimpin negara Islam) telah menjamin kebutuhan primer umat baik secara individual maupun komunal. Sehingga yang dibutuhkan hanyalah mencari kebutuhan pokok yaitu makanan yang halal dan thayib.

Maka peran anggota keluarga terkhusus seorang ibu akan sangat terjaga kewarasannya dan tercipta kebahagiaannya dalam mengurus keluarga termasuk didalamnya adalah anak. Semua tercipta karena landasannya adalah akidah Islam dimana hubungan antar anggota keluarga adalah untuk mendapatkan pahala di sisi Allah SWT maka semuanya akan berlomba-lomba memberikan yang terbaik untuk meraih ridhonya Allah SWT. Karena kebahagiaan tertinggi seorang muslim adalah mendapatkan ridho Allah SWT.

Kesempurnaan sistem Islam juga tampak dari Sistem Pendidikan yang membentuk kepribadian islam sehingga agama menjadi landasan umat dalam berfikir dan bertindak. Kemudian sistem sanksi yang menjadikan semua pelaku kriminal jera dan mencegah umat melakukan kemaksiatan tersebut bahkan sistem sanksi dalam Islam mampu menebus dosa dari kemaksiatan yang telah dilakukan ketika telah dijatuhkan sanksi. Begitupun dengan sistem lain yang mampu menjaga setiap individu dalam kebailkan, ketaatan dan keberkahan Allah SWT.

Islam juga mewajibkan negara agar mampu menjaga fitrah ibu, dan anak juga manusia semuanya dengan penerapan syariat Islam secara sempurna dan paripurna dalam seluruh aspek kehidupan. Maka hanya Islamlah satu-satunya solusi hakiki dalam mengatasi matinya naluri ibu juga permasalahan pelik lainny karena Islam hadir bukan hanya sebagai agama ritual tapi juga sebagai problem solver dalam semua hal baik hubungan manusia dengan dirinya sendiri ataukah dengan sesama manusia semua telah termaktubkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Wallahu a’lam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here