Oleh : Sahabat Wacana Edukasi
Wacana-edukasi com, SURAT PEMBACA-– Lebih dari 1000 pengungsi Muslim Rohingya tiba di Aceh dalam sepekan. ada banyak wanita dan anak-anak dalam keadaan yang memprihatinkan. Mereka terombang ambing selama berhari-hari dalam haus dan kelaparan.
Sempat terjadi penolakan dari warga setempat terkait kedatangan pengungsi dan menyuruh kapal-kapal mereka kembali ke laut. Berdasarkan Pengalaman sebelumnya, para pengungsi dinilai tidak tertib. Sebab itu, warga setempat tidak mau menerima para pengungsi kembali.
*ASEAN dan Negara Terbukti Tak Mampu*
Indonesia salah satu Negara yang berkomitmen terkait nasib Muslim Rohingya. Terlebih Indonesia menjadi ketua ASEAN, yang dinilai memiliki peran yang penting untuk segera mendesak terjadinya penyelesaian permasalahan Rohinya dan krisis Myanmar.
Menlu Retno Marsudi menegaskan bahwa ASEAN akan berkontribusi dan tidak akan pernah melupakan Rohingya. Namun, hingga kini penyelesaian tidak nampak progresnya. Muslim Rohingya masih melarikan diri mencari perlindungan dan tempat yang aman.
Awal kedatangan kapal- kapal para pengungsi Muslim Rohingya mendapatkan penolakan dari warga setempat. Pengalaman-pengalaman sebelumnya membuat warga khawatir para pengungsi akan berulah dan tidak mau diatur. Hal ini memang tidak bisa dihindarkan sebab Tidak ada kejelasan dari pemerintah pusat.
Ketua Komisi 1 DPR Aceh, Iskandar Usman Al-Falarky menuturkan bahwa sikap pemerintah pusat yang belum jelas membuat penanganan pengungsi oleh pemda pun menjadi tidak maksimal. Dengan kata lain, ketidakjelasan mekanisme penanganan terhadap para pengungsi pun berkontribusi terhadap adanya penolakan dari warga setempat. Nasib para pengungsi harus dilindungi langsung oleh Negara bukan warga.
Padahal menurut Chris Lewa, selaku pegiat dari Arakan Project yang merupakan lembaga advokasi HAM Rohingya, pemerintah sudah diperingatkan dan harus bersiap dengan kedatangan yang lebih banyak. Akan tetapi, upaya mengatasi krisis ini nampaknya tidak jelas.
Hal ini membuktikan bahwa dalam lingkup internasional maupun nasional tak ada solusi yang pasti terkait nasib para pungungsi muslim Rohingya. Semua Negara memiliki kepentingan yang mereka jaga. Sehingga, permasalahan Rohingya tidak benar-benar menjadi masalah bersama.
*Nasionalisme Sumber Masalah*
Nasionalisme, sebagaimana banyak dianut oleh banyak Negara, disadari maupun tidak telah banyak memberikan kemudharatan bagi kaum muslim. Negara-negara muslim menjadi tersekat-sekat dan sulit bersatu. Selama ideology nasionalisme eksis di suatu negeri selama itu pula negeri tersebut hanya akan berkutat pada urusan kelompoknya sendiri. Masalah kelompoknya akan lebih diprioritaskan atas kelompok yang berada luar mereka.
Andaipun bisa membantu, itu pun bantuan yang tidak akan maksimal karena adanya sekatan itu tadi. Nasionalisme membuat kabur jati diri dan karaktersitik seorang muslim. Bahwa dalam Islam, hubungan antar sesame muslim ialah bagai satu raga. Apabila bagian tubuh tertentu sakit, maka yang lainnya akan merasa sakit.
Permasalahan Rohingya akan selesai dengan tuntas apabila nasionalisme tidak dianut oleh Negara. Maka rasa tersekat-sekat akan pupus juga dalam benak-benak rakyat. Tidak peduli dari etnis, suku, dan bangsa mana, selama ia adalah muslim maka tetap akan menjadi saudara yang wajib dipedulikan dan dilindungi.
Nasionalisme- dalam Islam disebut dengan ashabiyah—adalah satu hal yang sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia, sebagaimana sabda Rasulullah saw.
dalam riwayat Ahmad dan Muslim (dengan redaksi hadis berbeda),
ﻭﻣﻦ ﻗﺘﻞ ﺗﺤﺖ ﺭاﻳﺔ ﻋﻤﻴﺔ، ﻳﻐﻀﺐ ﻟﻠﻌﺼﺒﻴﺔ، ﺃﻭ ﻳﻘﺎﺗﻞ ﻟﻠﻌﺼﺒﻴﺔ، ﺃﻭ ﻳﺪﻋﻮ ﺇﻟﻰ اﻟﻌﺼﺒﻴﺔ، ﻓﻘﺘﻠﺔ ﺟﺎﻫﻠﻴﺔ
“Barang siapa mati di bawah bendera kebutaan, marah karena ashabiyah, berperang karena ashabiyah atau mengajak kepada ashabiyah, maka seperti kematian masa jahiliah.”.
*Solusi*
Permasalahan Rohingya hanya akan terselesaikan apabila ada khilafah, yang mana Islam bersatu dalam satu naungan kepemimpinan. Dalam pemerintahan Islam suara meminta perlindungan dari para pengungsi muslim Rohingya akan dijawab oleh khilafah dengan memberi mereka perlindungan terbaik. Tidak tersekat dengan nasionalisme, selama ada jiwa yang terdzalimi dan meminta perlindungan maka khilafah wajib melindunginya.
Hal ini, pernah dilakukan oleh Khalifah Mu’tashim Billah yang mengerahkan bala tentaranya hanya untuk membela satu perempuan muslim yang didzalimi oleh orang Romawi. Sementara hari ini yang terdzalimi adalah para muslim Rohingya yang jumlahnya banyak. Maka sudah barang tentu, khilafah akan bertindak jelas dan tegas.
Memberikan pertolongan pada muslim Rohingya dan melakukan tindakan politik dan bahkan militer terhadap Negara Myanmar selaku negara yang mendzalimi muslim Rohingya. Akan tetapi hal itu akan terjadi apabila ada khilafah. Oleh sebab itu, penting bagi seluruh umat muslim menyadari urgenitas khilafah dan menyerukan terwujudnya pemerintahan Islam. Wallahu alam
Views: 4
Comment here