Opini

Nasib Tragis Orang Tua dalam Sistem Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Suryani

wacana-edukasi.com–“Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah,” itulah peribahasa yang pantas disematkan kepada seorang ibu yang bernama Trimah, 65 tahun, warga Magelang Jawa Tengah. Trimah terpaksa menjadi penghuni Panti Jompo Griya Lansia Khusnul Khatimah yang berada di Malang Jawa Timur. Karena anak-anak yang telah dibesarkan dan dirawatnya bersepakat untuk menitipkan beliau ke panti jompo tersebut.

Ketika diwawancarai oleh TvOne Ibu Trimah mengatakan, anak-anaknya terpaksa menitipkan beliau karena secara ekonomi mereka tidak mampu untuk merawat dan membiayai hidupnya. Mata pencaharian sebagai tukang ojek tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, karena itu terpaksa menitipkan beliau ke panti tersebut. Namun demikian Bu Trimah masih berharap anak-anaknya masih mau menengok sewaktu-waktu ke panti. (Viva.co.id, 31/10/2021)

Setahun yang lalu ada juga kasus yang mengiris hati, seorang pria lansia ditemukan meninggal di salah satu lokasi dalam wilayah Kecamatan Meuraxa, tak jauh dari pinggiran jalan Sultan Iskandar Muda Kota Banda Aceh. Sebelum meninggal pria lansia itu sempat mengatakan kepada salah satu petugas Koordinator Tenaga Kesejahteraan (TKTS) Dinsos Aceh, Misra Yana bahwa dirinya dibuang oleh anaknya. (SerambiNews.com, 3/4/2020)

Kisah di atas hanya segelintir kasus dari potret keluarga saat ini. Masih banyak kisah serupa yang menimpa para orangtua yang harus menjalani masa tuanya tanpa kasih sayang, perawatan, dan perlindungan anak-anaknya. Sistem kapitalis yang diterapkan saat ini memandang segala sesuatu dinilai dengan asas manfaat. Akibatnya ketika orangtua sudah tidak lagi mendatangkan manfaat dan dianggap menjadi beban, maka sang anak tidak segan-segan untuk menjauhkannya dari kehidupan mereka.

Pemahaman agama yang minim dan kerasnya tekanan hidup seolah menjadi pembenaran untuk menelantarkan orangtua. Anak tidak lagi menjadi penyejuk hati orangtua, namun berubah menjadi sosok yang tidak punya belas kasih bahkan kepada orangtua mereka yang selama ini telah membesarkan dan merawatnya. Lagi-lagi semua karena materi.

Beban kehidupan yang semakin berat, merupakan buah dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi kapitalis membuat kemiskinan massal terjadi di mana-mana. Negara yang seharusnya bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya, nyatanya bersikap abai dan tidak peduli. Para pemangku kebijakan justru berlomba-lomba untuk memperkaya diri sendiri. Terbukti di tengah wabah yang menyulitkan rakyat, harta kekayaan pejabat malah naik drastis. Kesenjangan antara si kaya dan miskin makin menganga.

Sistem pendidikan sekuler saat ini pun hanya memproduksi orang yang cakap ilmu namun bobrok akhlaknya. Karena hanya mengedukasi nilai liberal yang jauh dari nilai-nilai Islam, sehingga sangat wajar apabila generasi hari ini tidak mengerti bagaimana hak dan kewajiban dalam keluarga termasuk kepada orangtua.

Tentu sangat kontras dengan Islam, karena pendidikan dalam Islam mewajibkan anak untuk menghormati orangtua dan menyayangi yang lebih muda serta menghargai sesama. Seorang anak wajib melakukan birul walidain dan memuliakan orangtuanya. Dosa besar bagi siapapun yang memperlakukan orangtuanya dengan buruk. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

Dosa besar yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada orangtua” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi). 

Negara dalam Islam berfungsi sebagai peri’ayah rakyatnya. Segala kebutuhan rakyat akan menjadi tanggung jawab negara. Sehingga ketika terjadi kesulitan ekonomi maka negaralah yang akan mencari jalan keluarnya dengan beberapa mekanisme yang dijalankan. Pertama, setiap laki-laki dewasa khususnya kepala rumah tangga diwajibkan untuk bekerja, guna memenuhi kebutuhan keluarga, dan negara akan memastikan bahwa lapangan pekerjaan selalu tersedia. Kedua, negara akan mendorong masyarakat akan saling tolong menolong jika terjadi kekurangan atau kemiskinan yang menimpa individu masyarakat, yang diatur melalu syariat zakat, sedekah, dan lain-lain.
Ketiga, negara akan menerapkan sistem ekonomi Islam dengan mengatur berbagai kepemilikan demi kemakmuran rakyat, baik itu kepemilikan individu, umum, dan negara. Terutama kepemilikan umum berupa SDA yang tidak boleh dimiliki individu atau swasta apalagi asing. Tetapi dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Maka kemiskinan akan bisa diatasi apalagi di negeri yang kaya raya seperti Indonesia.

Negara Islam yang menerapkan seluruh syariah Islam secara kaffah memiliki aturan yang begitu rinci dan sempurna. Dengan aturan tersebut tentunya akan bisa menjamin terpenuhinya sandang, pangan, dan papan untuk seluruh rakyatnya. Disertai dengan sistem pendidikan Islam yang yang akan membentuk generasi berakhlak mulia, yang pastinya akan sangat memuliakan orangtua. Dengan demikian tidak akan pernah ada seorang anak yang menelantarkan atau pun menitipkan orangtua yang sudah lansia ke panti-panti jompo.

Wallahu a’lam bi ash-sawwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 119

Comment here