Oleh: Arinal Haq, S.Pd. (Aktivis Dakwah)
Wacana-edukasi.com — Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka mengadakan Program Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit) 2021. Program Bangkit 2021 merupakan program pembinaan 3.000 mahasiswa/pemuda berbakat dalam dunia digital guna menyiapkan sembilan juta pemuda terampil digital pada tahun 2030 (Kompas, 8/1).
Tentu hal ini menjadi angin segar bagi para pemuda yang ingin mengembangkan dirinya di dunia digital. Mereka yang terpilih nantinya akan mendapatkan kompetensi di bidang machine learning, mobile development dan cloud computing. Tak hanya itu, pemuda yang terpilih akan mendapatkan 20 SKS dan sertifikasi dari Google. Masih banyak lagi manfaat yang diperoleh oleh pemuda generasi negeri ketika terpilih dalam Program Bangkit ini.
Dilansir dari detik.com, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) Kemendikbud juga telah merancang perubahan kurikulum baru pada jenjang SMK. Setidaknya ada lima aspek perubahan tersebut adalah (1) Mata pelajaranakan dikontekstualisasikan menjadi vokasional, (2) Praktik kerja industri minima satu semester atau lebih, (3) Akan ada mata pelajaran project base learning dan ide kreatif kewirausahaan, (4) Sekolah menyediakan mata pelajaran pilihan selama tiga semester, (5) Terdapat co-curicular yang harus diikuti oleh siswa (detik.com, 9/1).
Program-program baru pemerintah di bidang pendidikan terkesan sangat menggiurkan bagi pelajar dan mahasiswa. Akan tetapi, kita harus bisa memahami arah pendidikan negeri ini. Mengamati dari tujuan, program dan manfaat yang dibagikan kepada generasi negeri ini. Ternyata itu semua dilelang untuk memenuhi jabatan yang dibutuhkan oleh para korporasi. Perusahaan-perusahaan besar yang terlibat dalam program ini adalah perusahaan besar dan sebagiannya adalah perusahaan asing. Negara melalui kementeriannya membuka jalan bagi korporasi untuk mengembangkan potensi generasi yang nantinya akan mengabdi pada perusahaan karena dalam sistem sekuler-kapitalisme hari ini tak ada makan siang gratis (no free lunch).
Sangat disayangkan sekali, padahal pemuda adalah aset berharga sebuah negara. Dalam diri seorang pemuda terdapat jiwa-jiwa membara dan potensi berpikir yang mendalam. Kondisi fisik dan psikisnya berada pada fase yang berkualitas dalam berkarya dan berjuang. Jika pemuda hari ini dilelang potensinya demi kepentingan korporasi, sungguh negara sangat rugi sekali. Merelakan SDM hanya untuk memenuhi kepuasan para korporat.
Potensi pemuda yang luar biasa hendaknya bisa memberikan harapan cemerlang bagi masa depan negara. Oleh karenanya, dibutuhkan kesempatan dan perhatian besar terhadap pemuda dalam mengeksplor potensinya. Namun, selama sistem sekuler-kapitalisme masih tetap diadopsi oleh pemerintah negeri ini, maka potensi pemuda akan menjadi komoditi yang bisa “diperjualbelikan” kepada para kapitalis. Jiwa pengabdian untuk negeri semakin lama akan semakin pupus pada diri pemuda jika hal ini terus terjadi. Maka, sangat dibutuhkan sekali sistem yang mengatur sesuai dengan fitrah manusia khususnya pemuda, yaitu sistem Islam. Sistem Islam berasal dari Dzat Yang Menciptakan Manusia, yang paling tau tentang hakikat dan fitrah manusia. Islam memberikan ruang yang besar kepada pemuda untuk meningkatkan skill dan kreativitas untuk membangun peradaban cemerlang. Tercatat lebih dari ribuan ilmuwan lahir dari peradaban Islam yang keilmuannya masih diterapkan hingga hari ini. Seperti Ibnu Al Haytsami, orang yang berhasil menemukan konsep lensa pada kamera atau Maryam Al Asturlabi, muslimah yang menemukan kompos dan asturlobe. Tak luput juga, ada Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan, Abbas ibnu Firnas, Fakhruddin Ar Razi dan masih banyak lagi. Ilmuwan besar lahir dari peradaban Islam didorong oleh semangat ruhiyyah dan kecintaan terhadap ilmu yang sangat tinggi. Negara pun hadir menyediakan fasilitas dan reward terhadap para pemuda yang menuntut ilmu. Tentu saja, kita semua berharap negeri ini dapat melahirkan peradaban cemerlang seperti halnya peradaban Islam. Oleh karena itu, hendaknya hal ini menjadi pacu pada diri kita masing-masing khususnya pemerintah untuk menerapkan sistem Islam sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah saw. Mari kita bersama-sama bergerak untuk berjuang demi lahirnya peradaban emas dunia selanjutnya dengan Islam.
Wallahua’lam bishshawab
Views: 3
Comment here