Surat Pembaca

Nestapa Papua, Miskin di Tanah Kaya

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Hanimatul Umah

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Sudah sewajarnya, jika manusia hidup butuh suasana tenang tentram lahir batin dan keamanan terjamin. Namun lain halnya yang terjadi di bumi Cendrawasih. Ketenangan jauh panggang dari api, kemiskinan tak henti menyertai hingga kerusakan alam berakibat gempa bumi.

Sudah jatuh tertimpa tangga, beginilah yang tergambar di tanah Papua, kemiskinan dan keterbelakangan ditambah bencana alam gampa bumi, diperparah konflik berkepanjangan oleh TPNPB – OPM (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat- Organisasi Papua Merdeka).

OPM menyandera pilot pesawat Susi Air Pilatus Porter PC 6, kapten Philips Max Mehrtens, penyanderaan dilakukan sejak pesawat dibakar pada 7/2/23. Juru bicara TPNPB- OPM Sebby Sambom menyebut Philips ditahan sampai pasukan militer Indonesia ditarik dari Papua dan mengakui kemerdekaan Papua, (CNN Indonesia 16/2/23).

Secara keamanan negara hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan RI sedang terancam, baik dari aspek keamanan, sosial, ekonomi, dan politik.
Hingga saat ini masalah Papua belum terpecahkan, terbukti sejak 1960 papua masih dibawah kekuasaan Belanda, kemudian presiden Soekarno memgeluarkan Trikora untuk memerdekakan Papua dan menjadi bagian wilayah Indonesia, namun hanya sebagian yang menerima kemerdekaan, hingga saat ini sebagian menolaknya.

Kapitalisasi SDA (Sumber Daya Alam).

Atas nama HAM mereka meneriakkan kemerdekaan, ini dikarenakan tidak merata pembangunan apalagi wilayah kaya SDA tetapi tidak dinikmati rakyat setempat. Ironis, ditengah kekayaan alam melimpah disebut juga surga kecil tetapi dari segi ekonomi masih tergolong sebagai provinsi termiskin di Indonesia. Ketidakadilan dan tidak merata secara ekonomi inilah memicu rakyat papua yang terus mendukung gerakan OPM.

Konflik yang berlarut tentu banyak memakan korban jiwa dan tidak sedikit pula fasum yang rusak. Padahal banyak daerah yang belum merata pembangunan infrastrukturnya. Diperparah kekayaan alam yang dieksploitasi oleh pemodal asing dinikmati segelintir orang. Akhirnya kesenjangan ekonomi makin timpang, inilah buah kapitalisme berujung petaka Papua. Sistem kapitalis sekuler gagal menyatukan wilayah dan menyejahterakan rakyatnya.

Sebab lain dimungkinkan warga papua mengalami diskriminasi sosial, dan disinformasi sehingga justru lebih dekat dengan negara tetangga dibanding pemerintahnya.

Islam Menawarkan Solusinya

Keadilan dan kesejahteraan adalah dambaan semua insan, kehidupan yang tenteram hanya dimiliki oleh intitusi yang melaksanakan seluruh aturan hidup dalam sistem Islam.
Dalam sistem Islam mengatur kepemilikan umum, di mana Negara satu- satunya pengelola SDA di bumi ini. Seperti hasil tambang di dalam bumi, hasil hutan dan kekayaan di dalam perairan. Bukan diserahkan kepada pengelola swasta dan asing dan haram hukumnya.
Kemudian hasil pengelolaan untuk kemakmuran keadilan seluruh warga baik muslim dan non muslim.
Dalam sabda Rosul : “Kaum muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam 3 hal, padang rumput, air dan api.”

Tentang perlindungan terhadap warga dari ancaman dan tekanan negara harus melindungi penuh terhadap warga negaranya baik muslim atau non muslim, “Dan jika seorang diantara orang- orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia, supaya ia sempat mendengar firman Allah kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui,” (Qs. At- taubah : 6)

Dari sinilah antara warga negara dan kholifahnya terjalin kasih sayang dalam naungan kesejahteraan yang terselamatkan dunia akhiratnya. Hanya dalam sistem Islam dapat meraihnya. Wallahu A’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 18

Comment here