Opini

Nestapa Umat Tanpa Khilafah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Dwi Aminingsih, S.Pd. (Pemerhati masalah sosial dan politik Islam)

Wacana-edukasi.com, OPINI— Sejak runtuhnya Khilafah, 3 Maret 1924, kondisi umat Islam bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Berbagai macam penindasan, penistaan, penghinaan, ancaman, datang silih berganti. Sudah banyak darah dan air mata umat Islam yang ditumpahkan karena kekejaman, keberingasan, kedzaliman orang-orang kafir beserta antek-anteknya. Semua itu karena runtuhnya Khilafah, yang telah menjadikan kehidupan umat Islam tidak lagi diatur dengan syariat Islam secara kaffah. Ideologi Kapitalisme telah mencengkram dunia dan menguasai negeri-negeri muslim. Jadilah umat Islam dibelenggu oleh aturan-aturan kufur.

Penderitaan umat Islam masih terus berlanjut. Telah nampak di depan mata, muslim Rohingya kembali diburu dan dianiaya. Serangan pesawat nirawak atau drone terhadap warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar telah menewaskan puluhan orang, termasuk keluarga dengan anak-anak. Beberapa saksi mata mengatakan para korban selamat terpaksa harus mencari di antara tumpukan mayat untuk menemukan dan mengenali kerabat mereka yang tewas atau terluka (www.voaindonesia.com, 10/08/2024).

Sementara itu, di belahan bumi yang lain, muslim Palestina masih terus menjadi sasaran penjajah dan hidup dalam kesulitan yang luar biasa. Pasukan Israel terus melancarkan serangan-serangannya di jalur Gaza. Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan pada Sabtu (10/8) bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel di sebuah sekolah di kota Gaza telah meningkat menjadi antara 90 dan 100 orang (news.detik.com, 10/08/2024).

Mirisnya Amerika Serikat (AS) akan mengucurkan bantuan senilai 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 55,8 triliun, memperkuat persenjataan dan peralatan militer Israel. Departemen Luar Negeri menyampaikan dalam Kongres AS, telah menyetujui alokasi bantuan terhadap Israel selama aksi genosida ke Palestina (news.republika.co.id, 11/08/2024).

Sungguh, predikat sebagai umat terbaik yang Allah berikan sebagaimana di dalam surat Ali-Imran ayat 110 telah menghilang pada diri umat Islam : “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” Faktanya justru umat Islam saat ini menjadi santapan orang-orang kafir. Mereka tercerai berai dalam sekat-sekat nasionalisme. Hidup terkatung-katung dalam keterpurukan bagai buih dalam lautan.

Berbeda dengan kehidupan di masa Rasulullah SAW. saat berdirinya Negara Islam di Madinah maupun kehidupan di masa Kekhilafahan. Sejarah Islam sejak masa Rasulullah SAW. hingga Kekhilafahan, banyak berisi kemuliaan terhadap umat manusia. Tidak pernah terjadi pemaksaan agama Islam kepada non-Muslim. Apalagi aksi genosida terhadap kalangan di luar Islam. Sejarah menyaksikan Khilafah sepanjang sejarahnya justru menjadi payung kebersamaan untuk berbagai agama.

Will Durrent dalam The Story of Civilization menuliskan, “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat, lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa, yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.”

Reza Shah-Kazemi juga dalam bukunya, The Spirit of Tolerance in Islam, menjelaskan bahwa Khilafah Utsmani pernah memberikan perlindungan kepada komunitas Yahudi. Seorang tokoh Yahudi terkemuka, Rabbi Isaac Tzarfati, pernah menulis surat kepada Dewan Yahudi Eropa Tengah setelah berhasil menyelamatkan diri dari persekusi di Eropa Tengah dan tiba di wilayah Khilafah Utsmani menjelang 1453 M.

Melalui suratnya, pria kelahiran Jerman itu memuji Khilafah Utsmani sebagai: “Negeri yang dirahmati Tuhan dan penuh kebaikan.” Selanjutnya dia mengaku, “Di sini (aku) menemukan kedamaian dan kebahagiaan. Kami (kaum Yahudi) tidak ditindas dengan pajak yang berat. Perniagaan kami dapat berlangsung bebas. Kami dapat hidup dalam damai dan kebebasan.”

Dengan demikian nampak jelas perbedaan kehidupan saat masih ada Negara Islam yang kemudian berlanjut pada Kekhilafahan dengan kehidupan setelah Khilafah runtuh. Maka sejatinya tidak ada alasan bagi umat untuk menolak Khilafah. Khilafah dengan penerapan Islam secara kaffah akan mewujudkan Negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Karena memang Islam diturunkan oleh Allah untuk memberikan rahmat bagi seluruh alam. Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Anbiya ayat 107:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”

Mewujudkan kembali kehidupan Islam dalam naungan Khilafah adalah tanggung jawab seluruh umat Islam. Dan ini membutuh kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas dari umat Islam untuk berjuang bersama-sama merapatkan barisan, sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 104: ”

Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Wallahu A’lam Bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here