Opini

Nilai Ekspor Tinggi, Benarkah Rakyat Sejahtera?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Khaziyah Naflah (Freelance Writer)

wacana-edukasi.com, OPINI– Negara China dan India masih menjadi tujuan utama ekspor asal Sulawesi Tenggara (Sultra) periode Oktober-November 2022.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) nilai ekspor ke China – Tiongkok mencapai 556,27 juta USD disusul India yang mencapai 10,90 juta USD.

“Komoditi yang selama ini menjadi andalan Sulawesi Tenggara dalam sektor ekspor adalah besi dan baja serta bermacam hasil laut,” papar Kepala BPS Sultra, Agnes Widiastuti, Kamis, (01/12/2022).

Untuk nilai ekspor Sultra periode Oktober 2022 mencapai US$ 569,84 juta atau naik 3,04 persen dibanding ekspor September 2022 yang tercatat US$ 553,02 juta (sultrakini.com, 01/12/2022).

Besarnya nilai ekspor Sultra pada tahun 2022 ini seakan menjadi angin segar bagi daerah Sultra. Bagaimana tidak dengan besarnya nilai ekspor Sultra mengindikasi jika daerah ini telah mendapatkan banyak keuntungan dari ekspor tersebut dan hal itu harusnya berdampak sangat baik untuk kesejahteraan rakyat daerah Sultra.

Namun fakta di lapangan “Jauh Panggang dari Api”, besarnya nilai ekspor Sultra tersebut sangat berbanding terbalik dengan keadaan ekonomi rakyat daerah Sultra sendiri. Fakta membuktikan kemiskinan di daerah Sultra masih mengurita, walaupun mengalami penurunan namun masih ada beberapa daerah yang justru mengalami kemiskinan ekstrem seperti, Wakatobi, Kolaka Utara dan Kolaka Timur.

Menko PMK menetapkan 64 desa dan kelurahan di Kabupaten Wakatobi sebagai daerah prioritas percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem. Disusul Kabupaten Kolaka Utara dengan jumlah 45 desa dan kelurahan, Kabupaten Kolaka Timur 16 desa dan kelurahan, dan Kabupaten Konawe sebanyak 13 desa dan kelurahan (sultrakini.com, 12/06/2022).

Sungguh tidak bisa dibayangkan, nilai ekspor yang tinggi namun rakyat jauh dari kata sejahtera, apalagi sektor ekspor adalah baja dan besi serta hasil lautan yang nilainya cukup fantastis jika keuntungannya digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Yang pastinya rakyat akan terbebas dari kemiskinan yang kian mendera. Namun, lagi-lagi inilah fakta pilu hidup rakyat dalam jerat sistem kapitalis demokrasi.

Hal ini semakin membuktikan bahwa sistem kapitalisme hanya berorientasi kepada oligarki. Dimana, semua hanya untuk kepentingan para pemilik modal yakni hanya untuk memperkaya diri sendiri, sedangkan negara hanya mendapatkan royalti atau pajak yang tak sebanding dengan besarnya keuntungan para oligarki tersebut. Sungguh bentuk ketidakadilan yang nyata. Rakyat melarat di negeri pemilik surga sumber daya alam.

Padahal, sejatinya sumber daya alam adalah milik rakyat, hal tersebut tersirat dalam hadis Rasulullah saw. “Manusia berserikat dalam 3 perkara, air, padang rumput dan api (HR. Abu Dawud). Selain itu, Rasulullah juga pernah memberikan tambang garam kepada Abyadh bin Hammal. Setelah diberitahu para sahabat bahwa hasil tambang itu sangat banyak, mengalir seperti sungai, maka Nabi SAW menarik kembali tanah itu dari Abyadh bin Hammal. (HR Tirmidzi).

Dari gambaran hadis di atas telah jelas bahwa tambang yang jumlahnya banyak, maka haram hukumnya di swastanisasi/ di privatisasi. Namun, inilah buah busuk sistem kapitalisme menjadikan negeri sekaya apapun, rakyatnya akan tetap terseok-seok sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Rakyat akan senantiasa menjadi tumbal para pemilik modal. Sistem kapitalisme telah menjadikan negara hanya berperan sebagai regulator semata, bukan sebagai raain (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyat. Padahal sejatinya negara lah yang harusnya bertangungjawab untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup rakyatnya, mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan sesuai dengan aturan syara. Sungguh miris.

Hal ini berbeda jika Islam diterapkan. Dalam Islam kesejahteraan rakyat merupakan prioritas utama untuk diwujudkan, sehingga para pemimpin Islam senantiasa menjadikan
kepemimpinan sebagai tanggungjawab yang wajib diemban dengan baik. Bagaimana membuat rakyat sejahtera di bawah kepemimpinannya, meriayah rakyat agar dapat hidup dengan layak, memenuhi kebutuhan mereka dan mendekatkan rakyat kepada Sang Pencipta. Jika ada satu rakyat saja yang kelaparan dan menderita, maka pemimpin sangat takut terhadap pertangungjawaban di hadapan Allah kelak. Sebab, setiap kepemimpinan akan dimintai pertangungjawaban oleh Allah kelak, Rasulullah bersabda “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Selain itu, dalam Islam sumber daya alam adalah harta milik umat. Dimana keberadaanya tidak boleh di swastanisasi dan diprivatisasi seperti saat ini. Pengelolaannya pun diwajibkan atas negara dan keuntunganya dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat dalam bentuk pelayanan umum, seperti jaminan pendidikan gratis, kesehatan, keamanan, insfratruktur, transportasi dan lainnya secara gratis.

Negara menjamin keuntungan tambang dirasakan oleh seluruh rakyat, baik muslim maupun non muslim warga negara Daulah, baik dari kota maupun desa akan mendapatkan keadilan dan kesejahteraan yang layak dengan pengelolaan tambang sesuai syari’at, apalagi tambang di Indonesia merupakan penganugerahan kekayaan alam yang luar biasa yang hal itu jelas mampu mensejahterakan rakyat. Sehingga, rakyat harus sadar bahwa hanya dengan Islam mereka bisa merasakan kesejahteraan hakiki. Wallahu A’alam Bisshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here