Oleh Hasni Surahman
wacana-edukasi.com– Turki adalah negeri muslim yang paling lantang menentang penjajahan Israel terhadap Pelestina. Di forum internasional dan nasional Presiden Tayyip Erdogan tidak segan membela hak-hak warga Palestina. Sikap inilah yang menjadikan orang nomor satu di Turki tersebut banyak dielukan oleh kaum muslimin bahkan digadang-gadang menjadi pemimpin masa depan setelah berhasil membuka kembali Masjid Hagia Sophia setelah lama tidak dialihfungsikan.
Namun harapan itu harus pupus dengan realitas pahit dari laporan Reuters bahwa Perdana Menteri Israel Yasir Lapid dan Presiden Turki Tayyip Erdogan akan bertemu. Selama sidang umum PBB di New York pertemuan kedua tokoh ini menandai adanya perbaikan hubungan kedua negara tersebut yang telah lama tegang.
(SINDOnews.com, 11/9/22)
Pada tahun 2018 baik Israel maupun Turki mengusir duta besar mereka atas konflik Israel-Palestina. Aroma normalisasi telah berhembus pada bulan maret lalu ketika Presiden Israel melakukan perjalanan kunjungan ke Turki. Dua bulan kemudian, menteri luar negeri Turki mengunjungi Israel dan kekuatan regional mengatakan mereka berharap untuk memperluas hubungan ekonomi.
Atas nama kepentingan dunia (ekonomi), Turki tega melukai hati ribuan rakyat Pelestina yang telah lama berjuang untuk kemerdekaan negaranya. Ribuan nyawa habis dilibas oleh militer Israel, penggusuran ribuan pemukiman warga Palestina dilakukan Israel untuk pembangunan pemukiman ilegal warga yahudi. Normalisasi hubungan Turki dengan Israel ini dikecam keras oleh hamas.
Publik mengetahui bahwa yang berdiri di belakang rakyat Palestina adalah hamas. Di saat negeri-negeri muslim dibelenggu sekat nasionalisme sehingga tidak mengirimkan tentara untuk melawan penjajahan Israel, Hamaslah yang berjuang sendirian. Normalisasi antara Ankara dengan musuh bebuyutan Pelestina adalah bentuk penghianatan terbesar.
Pernyataan menteri luar negeri Turki, Mevlut Cavusoglu bahwa normalisasi hubungan antara Turki dan Israel tidak akan berarti Ankara akan “membuat konsesi atas perjuangan Palestina”. Sikap yang kontradiktif di saat yang sama menjadi pahlawan kesiangan untuk Palestina sekaligus teman baik dari musuh Palestina (Israel). Jika ingin memperjuangkan kemerdekaan Palestina tidak harus dengan jalan diplomatik, melainkan mengirim tentara militer untuk meluluhlantakan Israel.
Palestina tidak membutuhkan obat dan pakaian. Palestina membutuhkan tentara militer untuk mengusir penjajahan di negerinya sehingga kemerdekaan dapat diraih. Israel termasuk “kafir harbi fi’lan”, yaitu kafir yang menjadi musuh Allah, musuh Rasulullah, dan musuh kaum muslimin.
Kafir ini membenci Islam, dan senantiasa menumpahkan darah kaum muslimin.
Mereka tidak berhenti memerangi, menyiksa, membunuh, dan membantai kaum muslimin. Sikap kaum muslimin terhadap kaum kafir jenis ini adalah membalas perlakuan mereka dengan memerangi mereka. Ini adalah kewajiban yang harus segera dilakukan. Ketiadaan pemimpin (Khilafah Islamiyyah), sebagai pemersatu negeri-negeri muslim, menjadikan kaum muslimin terpecah belah. Nasionalisme menjadi benteng penghalang bagi negeri-negeri muslim lainnya dalam membantu saudara seimanya.
Kaum “Kafir harbi” (Israel, Amerika, China, dll) tidak dibenarkan menjalin hubungan kerja sama apapun dengan mereka. Di hati mereka tersimpan kebencian mendalam bagi Islam dan kaum muslim sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali ‘Imran : 118)
Wallahu a’lam bishawwab.
Views: 4
Comment here