wacana-edukasi.com– Di tengah krisis kebutuhan pangan yang melanda masyarakat, pemerintah di negeri ini bukanya segera mengambil langkah penyelesaian. Akan tetapi pemerintah tampak sibuk dengan urusan lain yaitu menindak lanjuti proyek IKN di Kalimantan. Padahal proyek IKN Nusantara diketahui sejak awal banyak ditentang oleh berbagai pihak dan gugatan terhadap kelanjutannya.
Presiden RI beserta pejabat pemerintah dan 34 gubernur seluruh Indonesial berkemah di lokasi titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Perkemahan itu dilakukan dalam rangka melaksanakan sebuah agenda ritual yang disebut ”Ritual Kendi Nusantara”. Ritual Kendi Nusantara merupakan sebuah prosesi simbolis menyatukan tanah dan air dari seluruh provinsi di Indonesia dan dimasukkan ke dalam kendi. Olehnya, para gubernur diminta membawa tanah dan air dari daerah asalnya masing-masing.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Juru Bicara Gubernur Kalimantan Timur, HM Syafranuddin.”Air satu liter dan tanah sekitar 2 kilogram, nantinya akan disatukan dalam kendi. Kendi Nusantara namanya. Kendinya besar, saya lihat terbuat dari tembaga,” ungkapnya ( jogja.tribunnews.com, 12/3/2022).
“Praktek semacam itu dalam terminologi sosiologi budaya dan sosiologi politik biasa dikategorikan sebagai politik klenik. Suatu praktek politik mengimpementasikan kemauan penguasa (IKN) berdasar imajinasi irasionalitasnya yang meyakini semacam adanya mistisisme tertentu” kata pengamat politik dari Universitas Negri Jakarta Ubedilah Badrun kepada Kompas.com, minggu (13/32022)
Seolah berbanding terbalik dengan konsep keyakinan mayoritas muslim dengan populasi mencapai 85%, justru mempraktekkan gaya hidup dalam sistem jahiliah yaitu mencampur adukkan budaya dengan konsep paling prinsip dalam kehidupan seorang Muslim yaitu keimananya. Hal ini disebabkan oleh kerusakan asas ketika pemerintahan ini dibangun, yakni akidah sekulerisme. Sebuah paham yang menyatakan bahwa agama terpisah dari kehidupan. Pemisahan ini tentu saja berdampak pada pola pikir dan pola sikap masyarakat tak terkecuali penguasanya.
Demokrasi yang lahir dari akidah sekularisme, menjadikan politik klenik ini sebagai salah satu untuk meredam gejolak penolakan publik pada mega proyek IKN. Politik klenik tentunya selaras dengan spirit pemikiran liberal yakni kebebasan. Bebas untuk menghalalkan dan mengharamkan apa yang dikehendaki hawa nafsu manusia meski itu bertentangan dengan Islam. Yang kemudian menjadikan masyarakat terbelakang dengan konsep kesyirikan.
Alih-alih menyelesaikan persoalan, Politik klenik ini justru bentuk kesyirikan yang bisa saja mengundang azab yang lebih besar dari Sang Khaliq. Sebab dalam perbuatan tersebut mempercayai ada sebuah kekuasaan yang lebih besar daripada Pencipta alam semesta, yaitu Allah SWT . Sedangkan mempercayai dzat lain selain Allah Azza wa jalla adalah terkategori perbuatan syirik. Allah Ta`ala berfirman,“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (TQS. An-Nissa:36).
Sistem demokrasi telah melanggengkan kesyirikan. Tak hanya ritual Klenik, perilaku syirik juga telah dilakukan para pemimpin dan sebagian besar masyarakat dengan mengakui sistem dan syariat (hukum) selain Allah.
Mereka mengaku beriman, tapi disaat yang sama mereka tidak melaksanakan sistem dan hukum-hukum Allah dalam bernegara, pemerintahan dan bermasyarakat. Bahkan mereka meyakini, hukum dan perundang-undangan buatan manusia lebih baik dibanding hukum Allah. Naudzbulillahi min dzalik.
Demikianlah gambaran sistem demokrasi. Eksisnya kesyirikan dan tergadaikannya akidah umat islam hanyalah efek samping yang didapatkan ketika menjadikan sekulerisme sebagai asas. Karena itu sudah saatnya sistem rusak dan merusak ini harus ditinggalkan dan diganti dengan system yang baik berasal dari Yang Maha Baik yaitu sistem slam.
Umat Islam wajib mengupayakan penegakkan syariah islam secara kaffah. Kemudian membaiat seorang khalifah untuk menjalankan fungsi pengaturan umat dengan hokum syariah juga sebagai junnah (perisai) akidah umat islam.
Dengan sistem Islam, seorang khalifah akan membangun negara yang dipenuhi dengan suasana keimananyang membawa keberkahan dan kebaikan. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS. Al-A’raf:96).
Nurlina, S.Pd.
Views: 21
Comment here