Opini

Nurani Ibu yang Terenggut

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Armelia, S.Psi, MHM

Wacana-edukasi.com — Menjelang hari ibu yang akan jatuh pada tanggal 22 Desember, sudah mulai banyak tulisan atau pun kata-kata mutiara tentang Ibu yang bertebaran di berbagai sosial media. Satu diantara kata mutiara yang populer adalah “Tuhan menurunkan malaikat tanpa sayap ke dunia untuk menjaga anaknya dalam bentuk seorang Ibu”.

Namun akhir-akhir ini, beberapa berita yang menceritakan tentang ibu justru berisi hal yang menyedihkan. Karena berita itu alih-alih menunjukkan betapa ibu adalah malaikat tanpa sayap di dunia untuk menjaga anak-anaknya, namun justru menampilkan bahwa sebagian Ibu juga mampu menjadi perantara malaikat maut bagi buah hatinya.

Minggu (13/12/2020), muncul berita seorang ibu yang membunuh tiga anak kandungnya dengan menggunakan parang karena kondisi ekonomi di saat suami dan anggota keluarga lain sedang mengikuti Pilkada, di portal Viva.co.id. Ditambah lagi hari Selasa (15/12/2020), di Kompas.tv, muncul berita tentang seorang Ibu yang tega menganiaya anak perempuannya hingga tewas karena si anak tidak mengerti saat belajar daring, menguburnya sendiri bersama suami dan sempat berpura-pura tidak mengetahui keberadaan anaknya dengan melaporkan kehilangannya ke polisi.

Belum lagi jika di kilas balik berita-berita yang kerap muncul sebelumnya mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anaknya sendiri baik disengaja ataupun tidak, selain dua kasus diatas. Ataupun tingginya angka pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anaknya ketika masih di dalam kandungan/aborsi. Seolah-olah menegaskan  bahwa pada jaman sekarang, pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya adalah sesuatu yang biasa.

Jika membaca berita-berita yang bermunculan, disebutkan bahwa latar belakang pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anaknya mayoritas dikarenakan kondisi ekonomi, perilaku suami/pasangan, kondisi kejiwaan yang tidak stabil, tidak sabar menghadapi anak dan juga ketidaksengajaan. Namun kalau kita jujur dan mau melihat dalang sesungguhnya dibalik semua ini, kita akan menyadari bahwa akar penyebabnya adalah karena sistem kapitalis yang diterapkan saat ini.

Sistem kapitalis yang diterapkan, melahirkan banyak masalah yang memicu ataupun mendorong seorang wanita keluar dari fitrahnya sehingga sanggup membunuh anaknya, baik dalam hal pergaulan, ekonomi, pembentukan kepribadian, ataupun sanksi yang tidak memberi efek jera.

Masalah pergaulan, memunculkan banyaknya ibu-ibu baru dan muda tanpa suami/diluar ikatan pernikahan sehingga mereka memilih untuk menggugurkan kandungannya sekalipun hal tersebut berbahaya bagi kesehatannya dan menambah dosa atas apa yang sebelumnya mereka lakukan.

Masalah ekonomi yang mendera dengan Kepala keluarga yang tidak mampu mencukup kebutuhan, sedangkan negara lepas tangan terhadap kesejahteraan rakyatnya, membuat ibu-ibu harus bekerja untuk menambah penghasilan keluarga ataupun mengencangkan ikat pinggang, menekan pengeluaran rumah tangga sambil berpikir seribu satu cara untuk tetap dapat bertahan hidup.

Selain itu, beban ekonomi yang terus meningkat membuat keluarga-keluarga miskin ini lebih memilih menggugurkan anak yang ada dalam kandungannya dengan obat-obatan ataupun memberikan anaknya kepada orang lain agar tidak menambah jumlah mulut yang harus diberi makan.

Belum lagi, pendidikan yang diterapkan dinegeri ini telah melahirkan generasi yang serba instan dan emosional. Membentuk pribadi-pribadi yang ingin menang sendiri, sulit mengontrol emosi dan menghalalkan segala cara, sehingga hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan dengan mudah memancing amarah dan emosi.Sanksi yang diberikan oleh pemerintah untuk kasus-kasus seperti ini juga sangat ringan, atau bahkan kadang tidak diproses. Sehingga tidak mampu menimbulkan efek jera dan mencegah orang lain melakukan perbuatan yang sama.

Disinilah seharusnya kita paham, bahwa penerapan sebuah sistem sebagai sebuah kesatuan yang menyeluruh adalah sebuah hal yang tidak dapat dihindari, karena satu bagian akan memengaruhi bagian yang lain. Dan melihat massifnya dampak buruk yang muncul karena diterapkannya sistem kapitalis, sekarang adalah saatnya kita berpaling kepada sistem Islam sebagai sistem yang diturunkan oleh Allah Swt untuk diterapkan di dalam kehidupan manusia.

Pendidikan dan pola asuh yang sesuai dengan Islam, akan mengajarkan dan memersiapkan generasi untuk menjadi pribadi yang memiliki tujuan jelas dalam kehidupan, menjaga pergaulan dan kehormatannya, serta hanya melakukan cara-cara yang dibolehkan oleh Islam untuk meraih keinginannya. Sehingga perselingkuhan, pengabaian terhadap hak orang lain dan kehamilan diluar nikah dapat dihindari.

Pribadi yang memahami Islam tidak akan sanggup untuk membunuh anaknya dengan alasan apapun, terutama karena alasan ekonomi sebagaimana firman Allah dalam Al-Isra’ ayat 31 “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada (anak-anak) mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra’ [17]: 31)

Pribadi yang dibentuk dengan pola pikir dan pola sikap Islam juga akan menjadi pribadi yang bersyukur ketika dilimpahi kenikmatan dan bersabar ketika dihujani musibah. Mereka akan berusaha untuk menolong orang-orang yang dalam kesulitan tanpa merendahkan.

Adapun dengan sanksi dalam Islam. Di dalam Islam, ada denda/diyat yang harus dibayar bagi setiap nyawa yang terbunuh tanpa alasan yang hak, baik sengaja ataupun tidak sengaja yaitu sebesar 100 ekor unta. Jika saat ini harga 1 ekor unta adalah 12 juta-32 juta rupiah, maka diyat satu nyawa adalah 1,2 miliar – 3,2 miliar.

Wallahu’alam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 12

Comment here