Oelh: Iiv Febriana (Pengajar di HSG Mutiara Umat Candi Sidoarjo dan Aktifis Dakwah Muslimah Rindu Syariah Sidoarjo)
Wacana-edukasi.com — Setelah 6 bulan lamanya pandemi covid 19 dirasa tak makin membaik, jumlah kasus covid belum menunjukkan trend menurun malah semakin meningkat. Tenaga medis makin banyak yang berguguran, ditambah lagi fasilitas kesehatan yang sudah overloaded.
Namun bukannya memperbaiki kualitas penanganan Covid 19 pemerintah terkesan seolah menyalahkan perilaku rakyatnya yang tak bisa disiplin. Baru-baru ini Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyebut negara-negara yang menganut pemerintahan otokrasi atau oligarki lebih efektif menangani pandemi virus Covid-19. Mendagri menyebut negara dengan pemerintahan seperti itu mudah mengendalikan perilaku masyarakat dalam menghadapi pandemi karena kedaulatan negara dipegang oleh satu atau segelintir orang karena mereka menggunakan cara-cara yang keras.
Sementara, kata Tito, negara penganut demokrasi, seperti Indonesia, India, dan Amerika Serikat cenderung mengalami kesulitan karena pemerintah tidak bisa memaksakan rakyatnya (cnnindonesia.com, 03/09/2020).
Lalu pertanyaannya apakah kunci keberhasilan menangani pandemi covid 19 hanya terletak pada kepatuhan rakyatnya saja? Dengan mengatakan China dan Vietnam berhasil menangani pandemi covid 19 juga merupakan peryantaan yang menyesatkan. Karena dari data terbaru kasus Covid 19 di China mencapai 85.168 kasus dan Vietnam 1060 kasus.
Memang adakalanya penanganan pandemi dinilai cukup berhasil namun setelah sektor pariwisata dan beberapa sektor bisnis lainnya mulai dibuka, lonjakan gelombang kedua covid 19 tak terelakkan lagi. Lalu dimana letak keberhasilan yang dimaksudkan? Nyatanya meski dipuji karena ke-oligarki-annya, China dan Vietnam tetap setia terhadap para kapital dengan memilih prioritas pemulihan ekonomi lebih utama daripada keselamatan warga negaranya.
Terlebih lagi kepatuhan yang dipuji Tito karena cara-cara keras yang diterapkan pemerintahan Otokrasi adalah karena ancaman dan adanya sanksi yang berat. Tentu kepatuhan semacam ini tidak akan mampu bertahan lama.
Seharusnya pemerintah memfokuskan diri untuk melakukan segala cara demi memutus rantai penularan covid 19 melalui sosialisasi protokol kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh dan konsisten serta menyediakan fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau oleh rakyat dan tidak membebani dengan biaya-biaya yang mencekik dan prosedur yang rumit.
Inilah penyakit bawaan penguasa sistem demokrasi, mereka setengah hati dalam mengurus kebutuhan rakyatnya dan terkesan lamban dalam merespon permasalahan rakyat. Hal ini dikarenakan hati dan pemikiran mereka bukan bertumpu pada rakyat namun kepada para kapital yang telah membantunya untuk meraih kekuasaan. Lalu jika demikian masihkah kita berharap pada sistem yang bobrok ini? Atau malah berharap pada pemerintahan oligarki?
Pandemi Covid 19 sejatinya telah membuka mata dunia bahwa sejatinya dunia membutuhkan sistem alternatif, bukan demokrasi ataupun otokrasi. Sistem alternatif tersebut akan mewujudkan terselenggaranya fungsi negara secara konsisten untuk penguasanya sebagai pengayom dan penanggung jawab. Negara akan bekerja optimal mengatasi krisis dan menyosialisasikan protokol kesehatan untuk dijalankan rakyatnya.
Paradigma sistem seperti ini hanya dimiliki oleh sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah. Dalam sistem ini baik penguasa dan rakyatnya adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Mereka menjalani kehidupannya sesuai aturan dari Al Qur’an dan As Sunnah. Sehingga meski dalam kondisi pandemi ataupun tidak, Khalifah akan melakukan upaya terbaik sesuai Islam untuk mengurus kebutuhan rakyatnya bukan atas dorongan material semata atau takut diprotes rakyat. Tetapi karena ingin mendapatkan kemuliaan di akhirat.
Sudah seharusnya perhatian umat fokus mengarah pada perjuangan penegakan Khilafah. Karena hanya sistem Khilafah yang mampu memberikan solusi dan menghasilkan kepatuhan permanen masyarakat terhadap aturan sebab dorongan iman. Umat Islam tidak membutuhkan demokrasi ataupun otokrasi-oligarki untuk hadapi pandemi. Melainkan Islam sebagai aturan kehidupan yang menenangkan jiwa serta memuaskan akal manusia.
*Pengajar di HSG Mutiara Umat Candi Sidoarjo dan Aktifis Dakwah Muslimah Rindu Syariah Sidoarjo
Views: 4
Comment here