Oleh: Widya Rahayu (Lingkar Studi Muslimah Bali)
Wacana-edukasi.com, OPINI– Penjajahan Zionis terhadap Palestina terus berlangsung, meninggalkan jejak kehancuran yang semakin parah. Anak-anak yang tak berdosa menjadi target serangan brutal, sekolah-sekolah hancur, guru-guru syahid, dan sarana pendidikan luluh lantak.
Akibatnya, generasi Palestina terancam kehilangan hak dasar mereka untuk mendapatkan pendidikan. Tidak hanya pendidikan, kebutuhan kesehatan pun direnggut secara kejam. Serangan terhadap klinik Gaza bahkan terjadi saat kampanye vaksinasi, sebagaimana dikecam oleh WHO dan UNICEF baru-baru ini. Zionis tidak hanya melukai fisik, tetapi juga menghancurkan masa depan bangsa Palestina.
Kecaman Internasional yang Hampa
Dunia terus menyaksikan tragedi ini dengan kecaman-kecaman tanpa aksi nyata. Di balik semua ini, dukungan Amerika Serikat terhadap Israel tidak pernah surut. Sebuah laporan menyebutkan bahwa AS menghabiskan miliaran dolar dari pajak warganya untuk mendanai perang Israel di Timur Tengah . Fakta ini menunwa kekuatan besar dunia tidak hanya diam, tetapi aktif mendukung penjajahan terhadap Palestina.
Dikutip tempo.co Biaya signifikan lainnya yang belum banyak mendapat perhatian adalah miliaran dolar pajak AS yang mendukung agresi Israel yang sedang berlangsung dan pengerahan pasukan, kapal, dan pesawat AS di wilayah tersebut. Sebuah laporan terbaru untuk proyek Brown Costs of War memperkirakan bahwa senjata yang disubsidi AS untuk Israel telah mencapai setidaknya $22,76 miliar sejak awal perang di Gaza.
Dikutip dari AlJazeera.com In her address to the UN General Assembly’s Third Committee, the UN Special Rapporteur on the Occupied Palestinian Territories, Francesca Albanese, called out the lack of “empathy” for Palestinians devastated by the conflict in Gaza.
Lembaga internasional seperti PBB hingga kini belum mampu menghentikan agresi Zionis. Resolusi demi resolusi hanya menjadi catatan sejarah tanpa dampak yang berarti. Padahal, laporan terbaru dari Al Jazeera mengungkapkan bahwa jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat, menunjukkan kurangnya empati dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina .
Yang lebih menyakitkan adalah sikap penguasa negeri-negeri Muslim. Ketika Zionis terus membombardir Palestina, mereka memilih diam atau sekadar mengutuk tanpa tindakan berarti. Para pemimpin Muslim lebih sibuk mempertahankan kekuasaan mereka daripada memperjuangkan hak-hak umat Islam.
Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perumpamaan kaum Mukminin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Muslim)
Hadist ini mengingatkan bahwa umat Islam adalah satu tubuh. Ketika satu bagian terluka, bagian lainnya harus turut merasakan sakitnya. Namun, di bawah sistem sekuler-kapitalis, semangat ukhuwah ini telah mati. Nasionalisme yang lahir dari sekularisme menjadikan umat terpecah-pecah berdasarkan batas negara. Akibatnya, Palestina tidak lagi dilihat sebagai bagian dari umat Islam, melainkan sekadar masalah bangsa lain.
Akar Masalah: Sekularisme dan Kapitalisme
Sistem sekuler-kapitalisme telah memutus ikatan persaudaraan Islam. Dalam sistem ini, kekuasaan dan kedudukan menjadi prioritas utama. Para pemimpin Muslim lebih memilih tunduk pada kekuatan global daripada memperjuangkan hak-hak umat. Hal ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang mengutamakan keadilan dan melindungi kaum yang tertindas.
Nasionalisme juga telah menciptakan jarak antara umat Islam di berbagai negara. Rasa kepedulian terhadap Palestina semakin pudar karena umat lebih mengidentifikasi dirinya sebagai warga negara daripada sebagai bagian dari umat Islam global.
Solusi Hakiki: Jihad dan Tegaknya Khilafah Islamiyah
Tidak ada solusi lain untuk membebaskan Palestina selain jihad fi sabilillah. Allah SWT berfirman:
“Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” (QS. Al-Baqarah: 193)
Jihad adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh umat Islam untuk melawan penjajahan. Namun, jihad tidak dapat dilakukan tanpa kepemimpinan yang kuat dan terorganisir. Umat membutuhkan pemimpin yang mampu menggerakkan kekuatan militer negeri-negeri Muslim untuk melawan Zionis.
Pemimpin ini hanya dapat lahir dari sistem politik Islam, yaitu Khilafah. Khilafah Islamiyah memiliki sejarah panjang dalam melindungi umat Islam dari penjajahan dan penindasan. Dalam sistem ini, umat Islam tidak dipisahkan oleh batas-batas negara, melainkan dipersatukan di bawah satu kepemimpinan.
Sejarah mencatat bagaimana Khilafah melindungi Palestina selama berabad-abad dari serangan musuh. Namun, sejak runtuhnya Khilafah pada tahun 1924, umat Islam kehilangan perisai yang melindungi mereka. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai, di mana orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, perjuangan untuk membebaskan Palestina tidak bisa hanya dilakukan melalui donasi atau kecaman. Umat Islam harus bersatu untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyah sebagai perisai yang melindungi mereka dari penjajahan.
Membangun Kesadaran Umat
Untuk mencapai tujuan ini, langkah pertama adalah membangun kesadaran umat Islam akan pentingnya Khilafah. Umat harus memahami bahwa akar masalah Palestina bukan hanya penjajahan Zionis, tetapi juga sistem sekuler yang memisahkan mereka dari saudara-saudara Muslim lainnya.
Kesadaran ini harus ditanamkan melalui dakwah, pendidikan, dan diskusi di berbagai forum. Para ulama, aktivis, dan pemikir Muslim harus bekerja sama untuk menyadarkan umat akan pentingnya persatuan Islam.
Selain itu, umat harus menekan para pemimpin Muslim untuk mengambil tindakan nyata. Mereka harus diminta untuk memobilisasi kekuatan militer negeri-negeri Muslim untuk membebaskan Palestina. Jika para pemimpin ini tetap diam, umat harus siap menggantikan mereka dengan pemimpin yang benar-benar peduli terhadap nasib Palestina.
Kesimpulan
Palestina tidak membutuhkan kecaman atau donasi semata. Mereka membutuhkan tindakan nyata dari umat Islam untuk menghentikan penjajahan Zionis. Tindakan ini hanya bisa dilakukan melalui jihad fi sabilillah yang dipimpin oleh Khilafah Islamiyah.
Umat Islam harus bangkit dari keterpurukan dan menyadari bahwa nasib Palestina adalah tanggung jawab mereka. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka dia bukan bagian dari mereka.” (HR. Al-Baihaqi)
Saatnya umat Islam meninggalkan sistem sekuler-kapitalis yang memecah belah mereka dan kembali kepada sistem Islam yang mempersatukan. Dengan bersatu di bawah naungan Khilafah, umat Islam dapat membebaskan Palestina dan mengakhiri penjajahan Zionis untuk selamanya.
Views: 7
Comment here