Oleh: Armayani
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Serangan Palestina dianggap sebagai pemicu,padahal sebenarnya adalah bentuk balasan atas kekejaman Israel selama bertahun-tahun.
Dikutip dari laman voaindonesia.com Rabu, 27/9/23 Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada bangsa Israel bahwa negaranya sedang dalam kondisi “berperang” melawan militan Hamas yang menguasai Jalur Gaza.
Senada dengan media cnbcindonesia.com Sabtu, 7/10/23 Sementara itu layanan darurat Israel, Magen David Adom, mengatakan bahwa setidaknya 22 orang tewas akibat serangan besar-besaran yang dilakukan oleh Hamas. Lalu, sekitar 70 orang lainnya mengalami luka berat.
Dalam beberapa hari terakhir ini media dihebohkan dengan beredarnya video Israel yang digempur oleh pasukan Hamas, akibatnya opinipun semakin digiring bahwa Hamas adalah pelaku dan Israel adalah korban dari aksi ini, hal ini dibuktikan dengan komentar-komentar penguasa negara Kapitalisme seperti Amerika dan antek-anteknya, mereka mengatakan bahwa Hamas adalah teroris yang harus dibasmi. Nyatanya penggiringan opini tersebut merupakan standar ganda media barat terhadap konflik Palestina Israel, padahal jelas apa yang dialami Israel saat ini belum sebanding dengan penderitaan rakyat Palestina.
Tentara Hamas hanya membalas perbuatan Israel yang sudah berpuluh-puluh tahun membuat kehidupan Palestina menjadi sulit, bahkan sering memakan korban serta penderitaan yang amat sangat menyedihkan, sedangkan serangan yang dilakukan Hamas hanyalah sebagai bentuk perlawanan dan perlindungan diri. Seharusnya, masyarakat harus memahami bahwa Israel adalah penjajah yang merampok tanah suci Palestina dari tangan kaum muslimin, Israel bisa eksis sampai sekarang karena adanya sokongan dari Amerika dan sekutu-sekutunya tanpa dukungan ini Israel bukan apa-apa.
Faktanya, Israel bisa menduduki tanah Palestina karena adanya perjanjian Balfour yang disetujui Inggris pada 1917 M. Padahal tanah palestina merupakan tanah kharajiyah milik kaum muslimin sejak 637 M, saat itu peperangan kaum muslimin melawan ratusan ribu kaum Romawi diperang Yarmuk sehingga menjadi titik awal futuhat kota Al Quds, kemudian setelah mengetahui bagaimana Islam mengurus orang-orang yang ada didalam kekuasaannya sehingga membuat pemimpin gereja Kristen Patriach Sophoronius menyerahkan kunci kota Al Quds kepada Khalifah Umar, setelah itu tanah Palestina dibawah perlindungan dan penjagaan Khilafah.
Seharusnya ketika ada pihak-pihak yang merampas tanah Palestina kaum muslimin harusnya wajib berjihad merebutnya kembali dari tangan para penjajah, namun keputusan seperti ini hanya bisa ketika negara bersistem Khilafah. Khalifah dalam bingkai Khilafah sangat memahami status kepemilikan tanah Palestina. Karena itu kaum muslimin terus berjuang mengambil alih kembali tanah Palestina yang sempat dikuasai oleh tentara salib dan direbut kembali oleh Panglima Salahuddin Al Ayyubi dan pasukannya.
Tanah suci inipun terus menerus dijaga oleh para Khalifah hingga pada masa Khilafah Utsmaniyyah, seorang Yahudi Theodor Herzl dengan lancang meminta tanah Palestina untuk kaumnya sehingga membuat Sultan Hamid ll menghardik Yahudi tersebut, bahkan Khalifah saat itu mengatakan “aku lebih rela menusukkan pedang ketubuhku dari pada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyyah”. Seperti inilah penjagaan Khilafah terhadap tanah suci Palestina dan pada saat itu tanah tersebut dijaga dengan darah kaum muslimin.
Namun sayang, saat ini kaum muslimin telah kehilangan perisainya, maka ketika kaum muslimin benar-benar ingin menolong saudaranya yang ada di Palestina mereka hanya bisa memberikan donasi, mengirim logistik, bantuan medis dan sejenisnya. Namun solusi ini hanyalah solusi prakmatis yang tidak pernah menyelesaikan masalah di Palestina. Jadi satu-satunya solusi tuntas terhadap permasalahan kaum Palestina adalah umat Islam wajib menghadirkan kembali Daulah Khilafah ditengah-tengah umat.
Views: 15
Comment here