Oleh: Santi Salsabila (Muslimah Indramayu)
wacana-edukasi.com, OPINI– Genosida yang dilancarkan oleh Zionis laknatullah terhadap penduduk Palestina sudah berlangsung selama 150 hari lebih. Tanpa belas kasihan mereka terus-menerus menyerang rakyat sipil. Bahkan, kota Rafah sebagai tempat pertahanan terakhir pun tak luput dari serangan mereka.
Tidak ada lagi yang tersisa selain nyawa mereka. Seakan hanya menunggu giliran saja untuk syahid. Berdasar data terbaru dari kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas, sedikitnya 29.410 jiwa menjadi korban, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Saat ini, kondisi di sana sangat memprihatinkan. Karena ketiadaan logistik, makanan ternak pun mereka makan.
Mesir sebagai negeri muslim yang notabene bersebelahan dengan Palestina malah berlaku acuh, bahkan membuat tembok yang tinggi dan menahan ratusan truk bantuan untuk saudara mereka sendiri. Atas dasar kemanusiaan pun, itu sangat-sangat tidak manusiawi. apalagi atas dasar agama.
Padahal Rasulullah Saw., mengibaratkan umat muslim seperti satu tubuh, jika ada anggota tubuh yang sakit maka anggota tubuh yang lain pun akan merasakan sakit. Tapi lihatlah yang dihasilkan dari sistem batil bernapaskan nasion-state ini. Para penguasa negeri muslim seakan mati rasa, dibius oleh candu kenikmatan dunia. Semestinya iman menyatukan dan berbicara. Sehingga tak ada satu pun dari kaum muslim yang tak menginginkan kebebasan Palestina. Setiap muslim sejatinya sangat berharap melihat Palestina tidak lagi merasakan ketakutan juga kelaparan.
Namun, di dalam lubuk terdalam, kegelisahan menyeruak tak mampu dibendung lagi. Menyadari, walaupun di satu sisi rakyat Palestina adalah manusia-manusia yang Allah muliakan karena begitu dekatnya mereka dengan syahid. Tapi di sisi lain acap kali melihat berita-berita tentang mereka, menjadikan diri ini merasa tak berdaya. Amat takut bahwa di akhirat kelak Allah tidak sudi melihat, karena saat ini kita seolah berdiam diri, menjadi penonton penderitaan saudara kita.
Sungguh sistem batil yang melingkupi dunia saat ini membuat putus asa. Masalah Palestina pun seakan dipelihara sampai berpuluh-puluh tahun. Bahkan berujung pada menjadikan Islam dan kaum Muslim sebagai tertuduh. Predikat jahat dan baik, terbolak balik. Faktanya meski nyata dan terang benderang Zionis Israel lah agresor sedari awal, dan rakyat Palestina hanyalah korban yang tengah berusaha melawan dari penindasan. Namun, justru yang terjadi malah menguatnya sinyal Islamofobia.
Di Inggris insiden kebencian anti-Muslim meningkat lebih dari tiga kali lipat. Hasil pengamatan organisasi pemantau, Tell MAMA, mencatat ada sebanyak 2.010 kasus anti-Muslim sepanjang empat bulan sejak serangan 7 Oktober 2023 lalu. Nampak terjadi peningkatan sebesar 335%, yakni naik dari 600 insiden pada periode yang sama pada 2022-2023. (voaindonesia.com, 23/2/2024).
Betapa mirisnya, saat hegemoni peradaban Barat memengaruhi mindset manusia, umat Muslim terutama di Palestina tak hanya menjadi korban, bahkan dijadikan pemicu masifnya virus Islamofobia. Ketidakadilan, bencana kemanusiaan, dan kesimpangsiuran merajalela. Hal ini tentu akan mengancam syiar Islam, kondisi Palestina pun akan semakin mencekam dan meradang, bahkan akan menghambat kebangkitan Islam.
Maka menjadi aneh, jika umat masih betah berlama-lama menghirup udara di alam sekuler-kapitalis ini. Dimana, nasion-state digaungkan sekaligus diagung-agungkan. Padahal dengannya kekuatan Islam porak poranda. Seperti sapu lidi yang terlepas dari ikatan, terpencar masing-masing, mudah patah dan dipatah-patahkan satu per satu. Sistem ini pun hanya melahirkan orang-orang yang egois yang hanya mementingkan keadaan dirinya sendiri baik itu dari kalangan bawah sampai kalangan atas terlebih dengan para penguasa.
Sungguh tidak ada kebaikan apapun dalam sistem batil ini. Kemana lagi bergantung harap jika bukan kembali kepada Sang Pencipta. Sudah cukup banyak pelajaran yang dapat diambil dari kasus Palestina ini. Berpuluh-puluh tahun mencari solusi, ibarat menggenggam angin, nihil. Belum tibakah waktunya untuk terbukanya mata, bahwa hidup jauh dari sistem Islam hanyalah membuahkan luka dan kepahitan.
Hanya sistem Islam lah satu-satunya harapan bagi umat, termasuk rakyat Palestina. Karena sistem Islam adalah satu-satunya sistem yang hak, dan melahirkan kebaikan-kebaikan. Termasuk di dalamnya akan terbebasnya rakyat Palestina dari penjajahan Israel. Akan tetapi sistem Islam tidak akan tegak sampai seluruh umat Islam bersatu dalam satu panji dan dalam satu kepemimpinan. Itulah janji Allah atas umat Islam. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.” (TQS. An-Nur: 55)
Maka untuk membebaskan Palestina dan membungkam Islamofobia, butuh memasifkan dakwah dengan arah yang tepat. Yakni, pada pengajakan menuju bersatunya umat dalam satu kepemimpinan umum di tangan seorang khalifah. Dengan dakwah yang terarah ini, semoga diri terbebas dari beban dosa saat hari penghisaban. Setelah istiqamah dalam jalan juang, kita hanya bisa berdoa semoga Allah berkenan atas terwujudnya persatuan Islam itu. Sampai datangnya kemenangan dan dunia akan kembali dalam naungan Islam. Karena sungguh, sekali lagi kita sudah berputus asa dalam sistem batil ini.
Hasbunallah wanikmal wakil. Allahu a’lam bishawab.
Views: 5
Comment here