Opini

Pandemi Belum Tamat, Islam Penyelamat

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Ummu Ahtar (Anggota Komunitas Setajam Pena)

wacana-edukasi.com– Hingga kini masyarakat seakan lupa akan Covid . Dilihat dari aktivitas masyarakat yang bebas, tanpa ada pembatasan. Bahkan tak ada jarak, tak memakai masker dan mulai banyak rutinitas yang menimbulkan kerumunan. Hal itu seakan mendapat ijin dari pemerintah. Seperti perkataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada pekan lalu mengatakan bahwa kenaikan kasus Covid-19 saat ini masih dalam taraf aman dan normal selepas peringatan hari raya.Menurutnya saat ini angka positivity rate di tingkat nasional berada di angka 1,15 persen sehingga kondisi kasus masih terjaga.(msn.com, 13/6/22)

Ahli kesehatan masyarakat Hermawan Saputra menyayangkan kebijakan pemerintah yang melonggarkan pembatasan di masa pandemi, terkait situasi kenaikan kasus Covid bulan ini. Menurutnya walau niatnya untuk menggerakkan kembali roda perekonomian, tetapi pelonggaran itu membuat masyarakat cenderung mengabaikan protokol kesehatan seperti tidak mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. ( Kompas.com, 12/6/2022).

Hingga kini kasus meningkatnya Covid akibat varian baru masih naik. Hal itu diutarakan oleh juru bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril bahwa total subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 melonjak menjadi 143 kasus per Kamis (23/6/2022), naik dari sebelumnya 57 kasus di Jumat (17/6). Syahril belum merinci detail sebaran kedua subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, begitu juga dengan gejalanya. Namun, dalam kesempatan terpisah, pakar biologi molekuler Amin Subandrio mengungkap kedua Omicron BA.4 dan BA.5 sudah tersebar di DKI Jakarta hingga Jawa Barat.(healt.detik.com, 23/6/22)

Sangat disayangkan jika negeri ini meremehkan kenaikan Covid. Padahal ,Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kepada menteri kesehatan bahwa kendati kasus dan kematian Covid-19 sudah menurun secara signifikan, bukan berarti pandemi telah berakhir.Pernyataan tersebut disampaikan Tedros di acara pembukaan Majelis Kesehatan Dunia tahunan badan pembuat WHO yang diikuti oleh 194 negara.

Sebaliknya, terlihat kesibukan di berbagai kabar berita bahwa partai-partai politik mulai rajin saling membentuk koalisi untuk merumuskan siapa capres yang akan diusung di Pemilu 2024 nanti. Seperti Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sudah lebih dulu membentuk kongsi. Mereka menamakan diri sebagai Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).Sementara, sejauh ini elite-elite partai lain masih sibuk bersafari ke petinggi-petinggi parpol lainnya, membuka peluang koalisi(nasional.kompas.com, 21/6/22)

Tipe Rezim Pro Kapitalis

Ironis jika pemerintah meremehkan kenaikan Covid varian Omicron dan lebih serius menyiapkan pemilu 2024 sudah membuktikan bahwa kepentingan akan keselamatan rakyat dinomor duakan. Padahal Rasulullah Saw bersabda,“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Jika demikian berarti pemerintah mengedepankan keuntungan materi daripada keselamatan jiwa. Sesungguhnya hal itu wajar karena sistem yang diterapkan adalah demokrasi kapitalisme. Yang mana tolak ukur perbuatan atas azas manfaat dan keuntungan materi semata. Ditambah lagi sistem Kapitalisme ini mempunyai dasar keyakinan memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme).

Kedaulatan tertinggi ditangan rakyat hanya omong kosong belaka. Rakyat dinomor duakan, para kapitalis(pemilik modal) diutamakan. Karena sesungguhnya mereka ada pemegang kekuasaan tertinggi yang mana dalang pembuat kebijakan yang menghasilkan aturan-aturan yang sejatinya menyengsarakan rakyat dan sebaliknya sebagai tameng mereka. Wajar saja akan penyambutan pemilu 2024 disambut dengan persiapan matang, sedangkan urusan rakyat saling lempar batu sembunyi tangan.

Rakyat Perlu Beralih Islam

Kegagalan sistem Kapitalisme dalam mengatasi pandemi Covid-19 sejatinya dunia perlu membuka diri dan berbenah kepada sistem lebih baik. Sejatinya Islam adalah solusi terbaik tidak hanya mengatasi pandemi Covid-19 namun semua problematika umat dunia. Karena pada dasarnya bumi ini adalah milik Allah SWT.

Hal itu terbukti akan keterbatasan manusia dari pengobatan , pencegahan hingga pembuatan vaksin sampai sekarang tidak bisa menuntaskan pandemi Covid-19. Bahkan virus terus bermutasi, membunuh banyak korban hingga tenaga medis yang kewalahan. Bahkan pandemi ini bisa serentak melumpuhkan semua sektor masyarakat. Hingga sampai sekarang dunia masih berjuang melawan pandemi Covid-19.

Islam memandang sebuah bencana itu terjadi karena peringatan atau sebuah azab dari Allah SWT. Faktanya kegagalan sistem Kapitalisme dalam mengatasi pandemi ini membuktikan bahwa bumi ini sudah tak mau diatur dengan sistem kufur bukan sistem dari Allah SWT.

Jika pandemi Covid-19 ini adalah peringatan buat semua umat Muslim dunia, sejatinya kita perlu berfikir dan membuka sejarah atas kegemilangan Islam dalam mengatasi semua problematika kehidupan. Dahulu Rasulullah SAW berhasil mengatasi wabah thaun dengan menerapkan lock down dan memisahkan penduduk sakit dengan sehat. Menjamin kehidupan sehari-hari rakyat sakit dan terdampak wabah.

Selain itu, pada masa Sultan Mahmud Saljuqi terdapat rumah sakit yang memberikan pelayanan berpindah-pindah didalamnya diangkut segala fasilitasnya (dokter, alat kesehatan dan obat-obatan) dengan 40 onta. Hal ini dimaksudkan tidak lain agar pelayanan kesehatan bisa dirasakan secara merata oleh masyarakat yang jauh dari perkotaan.

Kewibawaan Khalifah Islam tak hanya itu, Umar bin Khattab rela memanggul gandum untuk rakyatnya. Serta di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang tidak ada rakyat menerima zakat. Semua itu karena kecanggihan kas Baitul Mal yang kuat menopang perekonomian wujud kemandirian negara dalam mengelola negeri yang semua dialokasikan untuk kebutuhan rakyat secara percuma.

Di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengatakan,”Negara dan agama adalah saudara kembar. Agama merupakan dasar, sedangkan negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh, dan dasar tanpa penjaganya akan hilang”.

Sehingga Islam adalah solusi terbaik mengatasi semua problematika umat. Karena Islam adalah agama ritual dan siyasiyah. Paket komplit yang mengatur aturan manusia pada Allah, aturan manusia untuk dirinya dan mengatur urusan manusia dengan sesama. Semua telah jelas bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah.

Sepatutnya dunia perlu berpikir cemerlang akan solusi tuntas mengakhiri pandemi Covid-19 dan semua polemik kehidupan yang membuat kerusakan. Tentunya hanya menerapkan Islam secara kaffah dalam semua lini kehidupan. Karena dulu kegemilangan atas Peradaban Islam sudah pernah terjadi selama 14 abad.Maka dari itu melalui dakwah Islam kaffah ke semua lini masyarakat adalah harapan terbaik untuk mewujudkan kembali kehidupan Islam, yang mana aman sentausa, menerabar rahmat dan menggapai jannah.

Wallahu’alam bisshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 2

Comment here