Opini

Pandemi, Hentikan dengan Lockdown dan Shutdown

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Putri Dwi Kasih Anggraini)

Ideologi kapitalisme yang berasas sekulerisme yakni pemisahan agama dari politik atau pemisahan agama dari ranah kehidupan telah menggeser aqidah umat Islam sebagai hamba Allah yang beriman dan taat

Wacana-edukasi.com — Usai masa PSBB terbitlah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). PPKM berlaku di beberapa kota per tanggal 3 Juli sampai 20 Juli 2021 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 15 tahun 2021. Upaya PPKM muncul di saat kasus covid-19 semakin memperlihatkan tren peningkatan kasus dengan proses penerapannya yang tidak lepas dari polemik di masyarakat.

Dilansir dalam Republika.com (14/07/21), Presiden Jokowi merespon pertanyaan seorang siswi dalam sebuah dialog secara virtual mengenai alasan presiden memberlakukan PPKM darurat dan apa pengaruhnya dalam pengendalian penularan Covid-19. Jokowi menjelaskan bahwa PPKM tujuan utamanya adalah membatasi interaksi dan mobilitas masyarakat. Dengan berkurangnya interaksi antar orang dan antar kelompok maka bisa mengurangi peluang penularan. “Teorinya kalau mobilitas turun, interaksi antar orang turun, penyebaran juga dipastikan akan turun”. Ujar Jokowi.

Namun, PPKM yang telah berlangsung hampir 2 pekan ini malah menunjukkan kasus positif terus melonjak. Kasus virus Covid-19 bertambah 47.899 orang pada selasa (13/7) sekaligus mencetak rekor tertinggi selama pandemi.

Dengan demikian, sejak pasien pertama diumumkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret 2020, kini total kumulatif terpapar virus corona di Indonesia sudah mencapai 2.615.529 kasus. Sedangkan angka kematian bertambah 864 sehingga kumulatif menembus 68.219 orang (cnnindonesia.com, 13/07/2021)

Lagi, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah hanya sekedar pembatasan bukan penutupan, padahal hasilnya pasti akan berbeda. Apakah dengan adanya pembatasan berdurasi singkat benar-benar mampu mencapai zero kasus positif covid? Jika berkaca pada pengalaman penerapan PSBB sebelumnya tentu sudah bisa ditebak oleh seluruh warga.

Serba dilema, adanya pandemi ini telah membuat banyak Negara terguncang termasuk Indonesia. Indonesia tentu sangat berat melakukan upaya penanganan covid-19 lebih dari sekedar pembatasan yakni lockdown. Faktor ekonomi menjadi pertimbangan utama. Bagaimana mungkin pemerintah akan menjamin seluruh kebutuhan pokok rakyat ketika benar-benar lockdown. Akhirnya rakyat menjadi tumbal dari sikap dan kebijakan penguasa yang salah dan terkesan tidak serius.

Kondisi yang semakin mengguritanya beban hidup, diperlukan langkah awal untuk berbenah dengan mengevaluasi iman dan sistem hidup. Musibah yang menimpa manusia tentu tidak lepas dari ulah manusia yang semakin liar akibat kebebasan yang dijunjung tinggi dalam demokrasi yang lahir dari ideologi kapitalisme.

Dalam QS. Ar-Rum ayat 41 “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Ideologi kapitalisme yang berasas sekulerisme yakni pemisahan agama dari politik atau pemisahan agama dari ranah kehidupan telah menggeser aqidah umat Islam sebagai hamba Allah yang beriman dan taat.

Aqidah Islam menjelaskan bahwa hanya Allah sebagai al-Khaliq (Maha pencipta) dan al-Mudabbir (Maha pengatur) atas segala sesuatu. Manusia sebagai makhluk wajib menghadirkan ruh (spirit) dalam seluruh kehidupannya yang bermakna kesadaran hubungan dirinya dengan penciptanya, yaitu Allah SWT. Ia senantiasa ridho untuk terikat dengan perintah dan larangan-Nya. Untuk itu, umat muslim harus bersegera mengevaluasi imannya ditengah musibah ini. Memperkuat iman yang menjadi imun dalam membentengi diri dari serangan aqidah dan pemikiran yang bathil.

Adapun mengevaluasi sistem hidup juga menjadi keharusan mutlak. Keimanan terhadap Allah harus disertai dengan keimanannya terhadap Rasulullah dan kitabullah (Al-Qur’an) sebagai pedoman hidup. Hanya meyakini Islam sebagai agama dan ideologi yang benar serta satu-satunya yang mampu menjawab seluruh problematika umat hari ini dengan cemerlang. Keimanan tersebut dibuktikan dengan merealisasikan syariat Islam dalam seluruh kehidupan baik skala individu, keluarga, masyarakat, hingga Negara.

Tak kunjung usainya pandemi covid-19 dan seluruh persoalan negeri lainnya mengundang tanya, apa yang salah? Tentu jawabnya terletak pada sistem yang diterapkan saat ini. Kedaulatan di tangan rakyat dalam demokrasi telah menjadikan manusia lupa diri bahwa ia hanya makhluk lemah dan terbatas. Ia tidak akan mampu dan memang tidak berhak dalam menetapkan seluruh hukum kehidupannya sekalipun memiliki kecerdasan, gelar, harta, serta kecanggihan teknologi. Terbukti, undang-undang yang lahir dan dirumuskan oleh manusia ternyata hanya merusak kehidupan.

Rasulullah saw bersabda: “Tha’un (penyakit menular/wabah kolera) adalah suatu peringatan dari Allah SWT menguji hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu menjangkit suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya” (HR. Muslim dan Bukhari)

Islam memerintahkan lockdown total wilayah yang terjangkit sebagai solusi. Namun, diabaikan dengan mencari alternatif lain berdasarkan pada prasangka atau teori manusia. Walhasil makin kalang kabut tak berdaya menaklukkan makhluk kecil tak kasat mata ini. Padahal dengan lockdown tentu dapat meniadakan penyebaran virus covid-19 dan zero kasus tentu sangat berpeluang.

Selain itu, tidak cukup hanya melakukan upaya lockdown tetapi harus dibarengi dengan upaya shutdown atas sistem rusak hari ini yakni kapitalisme demokrasi liberal. Sebab segala problematika umat hari ini mulai dari karut marutnya ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan kesehatan semua terjadi akibat sistem rusak tersebut. Shutdown sistem rusak dan ganti dengan sistem Islam yang berasal dari pencipta yang Maha Mengetahui segala sesuatu menjadi satu-satunya solusi tepat dan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam.

Kedua upaya inilah yang wajib diadakan oleh seluruh manusia baik pada pemerintah maupun rakyat. Tidak ada jalan lain selain melakukan lockdown dan shutdown untuk mengakhiri situasi sekarat seperti sekarang. Belum cukupkah manusia mengambil pelajaran dari semua bentuk kesombongannya yang merasa dirinya maha tahu dan serba bisa? Urusan hidup bukan dikembalikan kepada manusia, tetapi kembalikan kepada pemilik kehidupan, Dialah Allah Swt.

Wallahu’alam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 0

Comment here