Wacana-edukasi.com — Pandemic Fatigue adala fase dimana orang – orang mengalami kelelahan fisik dan mental akan adanya pandemi yang tak kunjung usai. Sembilan bulan sudah pandemi di Indonesia terjadi, bahkan dalam 9 bulan ini Indonesia belum juga melewati gelombang pertamanya. Jumlah kasus harian mengalami peningkatan dan Indonesia terus mencatatkan rekor-rekor baru terlepas dari upaya penanggulangan yang telah dilakukan oleh pemerintah.
Tercatat sebanyak 5.533 kasus harian, belum lagi puluhan ribu orang yang meninggal. Termasuk di dalamnya ratusan nakes yang meregang nyawa akibat pandemi ini. Kini rumah sakit sudah banyak yang menolak pasien covid karena ruang isolasi sudah penuh.
Kondisi biradul ini diperparah dengan adanya fase pandemic fatigue ini. Pada awal pandemi mungkin mudah bagi orang – orang untuk mematuhi protokol kesehatan. Namun sekarang mematuhi prokes minimal 3M menjadi hal yang terasa berat. Rasa jenuh, kecewa dengan pemerintah yang tak becus tangani pandemi membuat masyarakat abai dan pasrah. Alhasil pandemi di Indonesia entah kapan akan berakhir.
Fakta ini jelas menunjukkan bahwa sejak awal pemerintah gagal tangani pandemi. Perkataan dan saran dati para ahli tak digubris sama sekali. Parahnya mereka malah menggodog UU kontroversi membuat rakyat terpaksa demo ditengah pandemi. Sebut saja RUU HIP hingga Omnibus Law. Alih – alih fokus tangani pandemi negara malah seolah abai dan lebih mementingkan segolongan pejabat.
Hal ini merupakan hal yang lumrah dalam iklim kapitalisme. Kapitalisme sendiri menjadikan materi sebagai tolok ukur perbuatannya. Maka memperkaya diri dan golongannya dengan dalih menyelamatkan ekonomi negara, dipandang lebih penting dibanding menyelamatkan jutaan nyawa manusia. Terlihat jelas ideologi kapitalisme yang berasaskan materialisme ini sungguh tidak layak dijadikan ideologi bangsa bahkan dunia. Karena terbukti, ketika ideologi ini diterapkan masalah menjamur di segala lini kehidupan.
Shita Ummu Bisyarah
Views: 1
Comment here