wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Pernikahan anak orang nomor satu Indonesia yang digelar di 10 -11 Desember 2022, telah banyak menyita perhatian publik. Bagaimana tidak? Pasalnya, pernikahan ini begitu megah dan wah. Dengan pengamanan yang sangat ketat, sekitar 11.800 personel gabungan TNI-Polri dikerahkan untuk acara tersebut. Ratusan pantauan kamera CCTV terpasang di sejumlah titik di resepsi pernikahan.
Di sisi lain, kondisi rakyat yang dipimpin olehnya justru kian memprihatinkan. Dari segi ekonomi, masih banyak rakyat Indonesia yang kedapatan kelaparan akibat kemiskinan. Dari pendidikan, banyak anak-anak yang putus sekolah karena biaya sekolah mahal.
Adapun dari segi sosial yang menjunjung tinggi kebebasan, sekarang ini kemaksiatan kian marak dilakukan, seperti berzina, mabuk-mabukan, sex bebas yang menimbulkan penyakit HIV/AIDS. Namun, hingga kini pemerintah tak mampu mengobati penyakit tersebut.
Lain halnya dari segi politik. Pasalnya, tak sedikit di hari ini anggota partai politik terlibat korupsi. Rakyat hanya bisa gigit jari ketika para pejabat menikmati hak rakyat. Hanya rakyat yang terpandang saja yang takkan merasakan kesulitan, termasuk para pejabat. Para petinggi
yang harusnya mengurusi semua urusan rakyatnya hingga rakyat jangan sampai ada yang tidak makan.
Namun melihat kondisi pejabat sekarang justru berkebalikan. Para pemimpin tak serius memperhatikan rakyatnya hingga fenomena kelaparan pun tampak di negara. Tentu fakta ini tidak terlepas dari sistem yang diterapkan di negeri ini. Sistem kapitalisme yang membuat para pejabat pamer kemewahan. Padahal, kemegahan yang mereka dapatkan rata-rata hasil dari ketika mereka duduk di kursi kekuasaan. Membuat kebijakan yang lebih banyak berpihak pada kepentingan kapitalis ialah kunci utama untuk mendapatkan keuntungan. Sehingga, gegara keegoisan para pemegang jabatan, rakyat semakin sengsara.
Berbeda dengan sistem Islam. Di mana ketika Islam diterapkan, bakal banyak terlihat pemegang kebijakan yang hidup sederhana. Bahkan, ada pemimpin yang lebih melarat daripada rakyatnya. Sebab mereka menjabat hanya untuk mengurusi urusan rakyat. Mereka hanya berfokus bagaimana cara supaya rakyat tidak sengsara.
Para pemimpin dalam peradaban Islam akan memahami bahwa menjadi seorang penguasa itu begitu besar pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Sehingga, mereka takut dan senantiasa menjaga agar mereka tidak melakukan kesalahan sedikitpun dalam mengurusi urusan rakyatnya.
Semestinya, para pemimpin hari ini berkaca pada sejarah. Yakni, mencontoh bagaimana Rasulullah dan para sahabat ketika menjabat di pemerintahan. Rasulullah dan para sahabat saat itu sangat dicintai oleh rakyatnya. Sebab, aturan yang mereka terapkan aturan yang berada dalam ridho Allah, aturan yang melahirkan rahmat bagi seluruh alam.
𝘞𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩𝘶’𝘢𝘭𝘢𝘮
Hartini
Views: 27
Comment here