Oleh : Watini Aatifah
wacana-edukasi.com — Dikutip dari salah satu media bahwa 70 persen jumlah harta pejabat naik, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat sebanyak 70,3 persen penyelenggara negara mengalami kenaikan harta kekayaan selama pandemi Covid-19. Angka tersebut diketahui berdasarkan hasil laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LKHPN) kepada lembaga antirausah tersebut. “Kita amati juga selama pandemi 1 tahun terakhir ini secara umum penyelenggara negara 70 persen hartanya bertambah. Kita piker pertambahannya masih wajar,” kata Deputi KPK Pahala Nainggolan saat webminar, melalui akun YouTube KPK RI, Selasa (7/9).
Dia mengatakan, kenaikan paling banyak terlihat pada harta kekayaan pejabat di instansi kementrian dan DPR yang angkanya mencapai lebih dari Rp1 miliar. Sedangkan di legislative dan eksekutif daerah, penambahannya masih dibawah Rp1 miliar. Apa yang kita pikirkan Ketika para wakil rakyat bertambah harta kekayaanya disaat masa sulit seperti ini dan disaat rakyat tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya? Masyarakat telah memberikan kepercayaan atau suaranya ketika memilih seorang wakil rakyat, guna agar bisa mewakili dan menyuarakan keluh kesah dan pendapatnya agar sampai pada penguasa, namun nyatanya mereka hanya perduli dengan diri mereka sendiri dan abai terhadap rakyatnya, begitulah sebuah potret demokrasi.
Suara-suara rakyat yang hanya dimanfaatkan untuk memperebutkan sebuah kursi kekuasaan, berjanji disaat kampanye akan mensejahterakan rakyat namun faktanya yang sejahtera hanyalah sekelompok orang saja, berjanji akan memenuhi hajat hidup rakyatnya namun faktanya hanya memenuhi kantong saku masing-masing tanpa peduli rakyat makan apa. Dari sini kita melihat bahwa sistem demokrasi yang digadang gadang bisa menjamin keadilan dan mensejahterakan rakyat teryata gagal dan tak mampu memberikan solusi, yang terjadi malah sebuah ketimpangan sosial, yang kaya akan semakin kaya dan si miskin semakin miskin.
Sistem yang rusak diperebutkan dengan cara yang kotor ini telah melahirkan seorang pemimpin yang rusak pula, disaat pencalonan para calon penguasa sebisa mungkin mengambil hati dan suara rakyat agar memilihnya, dengan cara memberikan uang ,sembako dan lain-lain, agar terkesan sebagai calon pemimpin yang amanah, namun faktanya setelah terpilih bantuan sebako dan uang saku pun tak ada lagi, apalagi disaat pandemi seperti ini masyarakat butuh didengar keluh kesahnya, dicukupkan segala hajat hidupnya oleh seorang pemimpin, namun lagi-lagi penguasa telah lepas tanggung jawab mengurus rakyat malah sibuk memperkaya diri.
Dari sistem inilah korupsi makin tumbuh subur di negeri ini, mereka bekerja bukan lagi untuk rakyat, mereka bekerja untuk mengembalikan modal yang digunakan disaat kampanye, semboyan yang selalu di agung-agungkan bahwa demokrasi dari rakyat untuk rakyat namun fakta dilapangan dari rakyat untuk penguasa, semua janji hanyalah omong kosong. Meskipun sebab kenaikan harta pejabat negara bukan hanya karena korupsi, keadaan seperti ini memalukan sekali dimana pejabat diseberang sana bertambah harta kekayaanya disebagian lainnya rakyat kelaparan karena tidak punya uang untuk makan.
Dikutip dari detik.com, adalah Ibu minah (55) yang buta huruf divonis di PN Purwokerto , berawal saat ibu Minah memanen garapannya disebuah dusun sidoarjo, mata tua ibu Minah tertuju pada 3 buah kakao yang sudah ranum, kemudian ibu Minah memetiknya untuk disemai sebagai bibit ditanah garapannya, setelah dipetik 3 buah kakao ini digeletakan dibawah pohon kakao, tak lama berselang lewat seorang mandor perkebunan kakao, mandorpun bertanya siapa yang memetik buah kakao, dengan polos, ibu minah pun mengaku, kemudian mendapat teguran dari mandor tersebut. Seminggu kemudian dia mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum berlanjut sampai akhirnya dia harus duduk sebagai terdakwa kasus pencurian di Pengadilan Negara Purwokerto. Dengan vonis 1,5 bulan kurungan dengan masa percobaan 3 bulan akibat mencuri 3 buah kakao.
Sistem demokrasi tak hanya menyuburkan korupsi tapi juga melahirkan kebijakan kebijakan yang tidak adil, hukum yang hanya tajam ke bawah dan tumpul keatas. Dengan kondisi yang seperti ini sudah saatnya umat sadar bahwa sistem ini tidak bisa menyelesaikan segala permasalahan umat yang terjadi saat ini, umat saat ini membutuhkan sebuah sistem yang dimana bisa adil dan memberikan solusi terhadap setiap permasalahan yang terjadi.
Islam adalah paket lengap memberikan panduan dan juga solusi bagi segala permasalahan. Seorang pemimpin dalam islam tidak akan membiarkan rakyatnya kelaparan. Adalah Umar bin Khatab, suatu malam khalifah Umar mengajak seorang sahabat Bernama Aslam untuk mengunjungi kampung terpencil di sekitar Madinah. Langkah khalifah Umar terhenti didekat sebuah tenda lusuh . suara tangis seorang gadis kecil mengusik perhatiannya. Khalifah Umar mengajak Aslam mendekati tenda itu memastikan apakah penghuninya butuh bantuan.
Setelah mendekat khalifah Umar mendapati seorang Wanita dewasa tengah duduk di depan perapian. Wanita itu tengah mengaduk-aduk bejana, setelah mengucap salam khalifah umar bertanya kenapa anak-anakmu menangis? Apakah dia sakit? ‘’tidak, mereka lapar,” balas Wanita itu.
Jawaban wanita itu membuat khalifah umar dan aslam tertegun, dan ternyata bejana yang sedari tadi diaduk-aduk olehnya berisi batu. Melihat kejadian ini khalifah umar segera meminta Aslam Kembali ke Madinah. Sesampainya di Madinah Khalifah langsung pergi ke Baitul mal dan mengambil sekarung gandum. Tanpa mempedulikan rasa lelah, khalifah umar mengangkat sendiri karung gandum tersebut di punggungnya. Sesampainya disana khalifah Umar meminta aslam membantu menyiapkan makanan untuk mereka dan mengajak keluarga yang tidak mampu tadi untuk makan. Sekilas potret kepemimpinan dalam Islam. Islam menjamin dan memastikan tidak ada seorangpun rakyat yang kelaparan. Gambaran pemimpin seperti inilah pemimpin yang kita butuhkan saat ini dan sistem yang sudah terbukti mampu mensejahterakan rakyat yaitu sistem Islam. Hanya islam yang mempu menyelesaikan segala permasalan umat.
Wallahu alam bisowab.
Views: 164
Comment here